Ini Kata Bos Libra soal Sistem Keuangan Kita yang Buruk

Para pengguna blockchain tahu benar bahwa mengirimkan uang menggunakan teknologi baru itu jauh lebih cepat dan murah daripada menggunakan layanan bank atau sejumlah layanan tradisional lainnya. Tidak heran IBM, Microsoft, Facebook dan Telegram, serta sejumlah perusahaan besar lainnya berlomba-lomba berinvestasi dan mengembangkan blockchain. Pada akhirnya guncangan (disruption) ke sistem keuangan kita pun semakin terasa. Apa kata David Marcus, Bos Libra, besutan Facebook-Libra Association soal ini?

David Marcus yang juga Kepala Divisi Blockchain di Facebook ini menegaskan wacana itu dengan perumpamaan sederhana ini. Katanya, sistem keuangan kita saat ini mirip dengan jikalau saat ini Anda tidak bisa mengirimkan surat elektronik dari Gmail ke YahooMail. Kita dipaksa untuk berkomunikasi dengan orang lain dalam satu sistem tunggal yang satu sama lain tidak kompatibel. Kemampuan surat elektronik mengirimkan lintas layanan, lintas merek dan lintas perusahaan hanya dimungkinkan (salah satunya) adanya protokol SMTP (Simple Mail Transfer Protocol) yang diperkenalkan kali pertama pada tahun 1982.

“Blockchain Libra dan kripto Libra sejatinya berperan seperti itu, laksana protokol sistem keuangan tanpa batas di seluruh dunia. Menggunakan teknologi blockchain untuk mengirimkan uang jauh lebih murah daripada menggunakan sistem perbankan, apakah itu teknologi SWIFT, RT1, ACH, European Payments Council dan lain sebagainya. Sistem jaringan transfer uang saat ini sangat terbatas, tidak terbuka dan relatif tidak terhubung satu lama lain. Sebagian besar sistem itu dibuat pada tahun 1960-1970-an. Kendati ada pemutakhiran, sistem itu terkadang tetap mengikuti pola lamanya, yakni infrastruktur yang terfragmentasi,” katanya.

Kata Marcus, mengirimkan uang dari satu orang ke orang lain lintas negara yang berbeda menggunakan rekening bank, memerlukan banyak hal daripada yang kita bayangkan. Sebagian besar di antaranya malah melibatkan pihak ketiga yang tidak sedikit dan memerlukan biaya.

“Ini bermakna proses transfer uang sangat lama dan memerlukan biaya tambahan di setiap langkahnya. Menggunakan blockchain Libra adalah keputusan kami yang ambisius. Lagipula setiap orang di dunia ini berhak untuk itu [kemudahan dan efisiensi-Red]. Saatnya berubah,” pungkasnya.

Berdasarkan catatan Redaksi, teknologi blockchain Libra dan kripto Libra yang dibuat oleh Libra Association kian mendapatkan tantangan dari sejumlah negara, khususnya dari Amerika Serikat, Jerman, Perancis, Jepang, Tiongkok dan India. Kontroversi itu sudah dimulai setelah diumumkannya Libra pada Juni 2019 lalu, utamanya karena ada perusahaan teknologi raksasa Facebook di balik asosiasi itu. Anggota pendiri lain, seperti Visa dan Mastercard, termasuk PayPal juga ada di asosiasi itu.

Libra direncanakan diluncurkan resmi pada tahun 2020 nanti sebagai stablecoin yang nilainya dipatok dengan sejumlah mata yang fiat. Kripto Libra kelak disematkan sebagai sistem pembayaran di Facebook termasuk WhatsApp dan Instagram. [Red]

Terkini

Warta Korporat

Terkait