Ini Kata Ekonom BNI tentang Manfaat Teknologi Blockchain

Tak banyak pelaku perbankan Indonesia yang menulis soal manfaat teknologi blockchain untuk bisnis mereka di media massa. Artikel terbaru dari Ryan Kiryanto, Chief Economist BNI di Investor.id tentang blockchain menarik disoroti, sebab merujuk pada sejumlah penelitian.

Kiryanto memulakan premis artikelnya dengan mengacu pada data Moody’s Investors Service terbaru. Ia menyitir, bahwa ada dua resiko yang dihadapi perbankan di kawasan Asia Pasifik.

Pertama, semakin membesarnya porsi utang yang dibukukan oleh perusahaan ketika suku bunga cenderung melandai. Kedua, stress test (uji daya tahan) perbankan di India dan Indonesia dinilai paling rentan (most vulnerable) di kawasan Asia Pasifik. Di sini Moody’s menyatakan adanya potensi risiko gagal bayar dari korporasi-korporasi di Indonesia, yang memiliki eksposur utang di perbankan. Risiko tersebut dipengaruhi oleh menurunnya kinerja korporasi dalam membukukan pendapatan di tengah turbulensi ekonomi global,” tulis Kiryanto.

Dengan sejumlah argumen adanya peningkatan resiko terhadap bisnis perbankan saat ini, Kiryanto menawarkan digitalisasi sebagai solusinya. Katanya, penggunaan teknologi digital akan meningkatkan proses transaksi dan operasional bank, serta meningkatkan customer experience. Ekosistem bank berubah dengan transformasi digital yang justru akan meningkatkan mutu hubungan bank dengan nasabah setianya, karena kendala dimensi jarak dan waktu menjadi tidak berlaku lagi.

“Kenyamanan dan kepuasan nasabah akan meningkat dengan sendirinya dalam melakukan transaksi melalui real–time cross–border payments, mobile payment services, dan application programming interface (API) dengan segala manfaatnya. API adalah sebuah teknologi untuk memfasilitasi pertukaran informasi atau data antara dua atau lebih aplikasi perangkat lunak,” tulisnya.

Peran Blockchain
Menjelang akhir artikel, Kiryanto memberikan porsi yang cukup soal peran teknologi blockchain agar bisnis perbankan dapat terus hidup. Dia bilang, pemanfaatan teknologi blockchain untuk kegiatan perdagangan keuangan bagi perusahaan dan bank komersial menjadi penting.

“Contohnya, 14 bank di Thailand telah merilis blockchain–based trade finance platform pada Maret 2018 untuk penerbitan letters of guarantee. Pada Mei 2018, tujuh bank di India menggabungkan blockchain–based trade finance network dengan tujuan mendigitalisasi dan mengotomasi proses trade finance. Kemudian, 12 bank di Hong Kong telah mengembangkan eTradeConnect, sebuah blockchain–based trade finance platform yang dirilis pada Oktober 2018.

Kiryanto menyimpulkan, untuk meraih kesuksesan, perbankan nasional harus mempercepat keandalan digitalisasi perbankannya untuk dapat mengeksplorasi dan mengeksploitasi kekuatan yang unik tersebut untuk memenuhi kepentingan bank (profitabilitas, solvabilitas, dan rentabilitas), sekaligus kepentingan nasabah (kepuasan, kenyamanan dan keamanan).

“Karena perbankan memiliki peran penting dalam perekonomian suatu negara, terutama dalam menggerakkan roda perekonomian melalui fungsi intermediasi, maka penguatan fundamental perbankan Indonesia menjadi penting dan mutlak untuk terus diupayakan sehingga perbankan nasional mampu mempertahankan dirinya dari berbagai risiko yang setiap saat mengintainya,” imbuhnya. [Investor/vins]

Terkini

Warta Korporat

Terkait