Perusahaan riset dan analisis Arcane Research melaporkan bahwa korelasi positif antara Bitcoin dan pasar saham AS berkurang. Efek domino keruntuhan platform FTX merupakan faktor penyebabnya.
“Karena bangkrutnya FTX, Bitcoin tidak dapat menyerap reaksi ekuitas (pasar modal) terhadap Indeks Harga Konsumen AS (inflasi) pada 10 November 2022 yang lebih rendah dari perkiraan,” terang perusahaan tersebut, sebagaimana dikutip Watcher.Guru baru-baru ini.
Arcane mengaitkan penurunan korelasi dengan kapitalisasi pasar yang berkurang, likuiditas yang berkurang, dan kejatuhan BTC hingga 77 persen.
Likuiditas pasar yang berkurang mungkin membuatnya kurang menarik bagi dana segar baru untuk menggunakan taktik perdagangan makro terkait BTC.
Laporan tersebut mencatat bahwa bearish Bitcoin saat ini sebanding dengan 2014-2015 dan 2018, di mana Penurunan BTC mencapai 85 persen saat bearish pada 2014 yang berlangsung selama 407 hari. Pada tahun 2018, berlangsung penarikan top-to-bottom sebanyak 84 persen selama 364 hari.
Sesuai laporan, volatilitas BTC telah menurun secara signifikan, dan pasar menjadi kurang aktif. Pasar dengan cepat menyesuaikan diri dengan guncangan FTX, yang menyebabkan volatilitas melonjak pada pertengahan November lalu.
Korelasi Turun Menandakan Aset Kripto Semakin Kuat
Diberitakan sebelumnya, setelah sekian bulan memiliki relasi kuat dengan saham, kini Bitcoin mulai mengungguli aset kertas tersebut, yang diperkirakan menjadi tanda berakhirnya relasi.
Pergerakan harga Bitcoin cenderung sama dengan pergerakan saham teknologi AS sejak keruntuhan pasar kripto, di mana peningkatan inflasi dan suku bunga AS menjadi pendorongnya.
Sentimen AS tersebut membuat investor memiliki satu faktor yang sama dalam berinvestasi di aset berisiko, sehingga Bitcoin dan saham memiliki relasi yang kuat.
Tetapi belakangan harga Bitcoin justru bergerak berbeda dengan saham, termasuk mengungguli saham teknologi besar seperti Apple dan Amazon tumbang. Ini meningkatkan bobot decoupling BTC dari saham teknologi AS.
Geliat decoupling yang mengarah terpisahnya korelasi BTC dari saham teknologi menunjukkan bahwa aset kripto tersebut menguat.
Bagaimana Inflasi dan Decoupling Pasar Saham dan Kripto Dapat Memicu Adopsi Bitcoin?
“Pertumbuhan saham teknologi mulai melesu sehingga investor mencari industri berikutnya yang memiliki pertumbuhan tinggi. BTC dan kripto merupakan industri tersebut,” jelas Santiago Portela, CEO perusahaan game Web3 FITCHIN, dikutip Blockchainmedia.id.
Peristiwa decoupling beriringan dengan periode konsolidasi harga yang stabil bagi BTC setahun setelah harganya menukik tajam dari all-time high US$69 ribu yang dicapai pada bulan November 2021.
BTC berada di kisaran harga US$20.500, meningkat 5 persen sejak pekan lalu, mengalahkan NASDAQ yang menguat 2 persen akibat laporan keuangan lesu dari Microsoft, Alphabet, Meta dan Amazon.
Sepanjang tahun 2022, Bitcoin (BTC) memiliki korelasi erat dengan saham perusahaan teknologi. Kini, BTC tampak akan decoupled, atau dipisahkan dari korelasi tersebut.
Korelasi 30-hari antara BTC dengan indeks saham teknologi AS NASDAQ menurun menjadi 0,26, tingkat terendah sejak bulan Januari, dimana angka 1 menandakan korelasi sempurna.
Tolok ukur yang menunjukkan tingkat sinkronisasi antara kedua instrumen investasi selama kurun waktu 30 hari tersebut bernilai di atas 0,75 sepanjang tahun 2022. Nilai ini bahkan sempat berada pada angka 0,96 dan 0,93 di bulan Mei dan September. [ab]