Pengumuman kontrak itu diterbitkan oleh IRS pada Rabu (30 September 2020, waktu setempat). Selain Chainalysis yang cukup terkemuka, ada satu perusahaan lain yang kurang dikenal, yakni Integra FEC. Namun Integra tercatat pernah juga mengantongi kontrak jutaan dolar dengan CFTC, AS.
Agar memudahkan investigasi, mereka menawarkan hadiah besar bagi siapa saja yang bisa “meretas” Monero.
Dilansir dari situs resmi pemerintah AS, menurut Dirjen Pajak AS penggunaan privacy coin seperti Monero (XMR) semakin marak oleh masyarakat umum, termasuk oleh pelaku kriminal.
“Misalnya pada April 2020, kelompok pelaku ransomware bernama Sodinokibi yang menggunakan RaaS (Ransomware as a Service), menyatakan bahwa pembayaran tebusan di masa mendatang akan menggunakan Monero (XMR) daripada Bitcoin (BTC), karena transaksi bisa lebih tersamarkan,” tercantum dalam satu dokumen khusus dari situs itu.
Selama ini sejumlah pihak berwenang AS menggunakan jasa pihak ketiga untuk melacak aksi kejahatan yang menggunakan aset kripto. Chainalysis misalnya kerap diminta bantuan oleh FBI dan CIA untuk urusan yang terbilang rumit itu, mulai dari masalah pencurian identitas, perdagangan narkotika, pencucian uang, pendanaan teroris hingga prostitusi anak.
Selain Monero, mereka juga menyoroti “transaksi abu-abu” berkat adanya protokol Layer 2, seperti Lightning Networks (LN) yang diterapkan pada transaksi Bitcoin dan Litecoin. Bahkan ada pula Raiden Network, khusus untuk transaksi di blockchain Ethereum.
“Jumlah simpul (node) di LN telah berkembang menjadi hampir 10.000 sejak rilis awal pada Maret 2018, mendekati jumlah full node di main chain Bitcoin. Saat ini, ada sumber daya investigasi terbatas untuk melacak transaksi yang melibatkan Monero, Layer 2 atau transaksi off-chain lainnya,” sebut pemerintah AS. [red]