Token digital bernilai Bitcoin (BTC) dan Ether (ETH) setara Rp512 milyar hilang dari aplikasi VEE Finance. Sebab musababnya belum diketahui.
“Pada 20 September 2021, tim VEE Finance memantau sejumlah transaksi kripto yang ganjil. Setelah dipantau 8804,7 ETH dan 213,93 BTC hilang dan sudah berpindah ke address peretas,” sebut Tim VEE Finance dalam keterangan resminya, Selasa (21/9/2021).
Tim VEE Finance menyebutkan contract address yang disusupi adalah 0xd1F855ceF146D36CC5851E2139c54524420797f2 dan kripto itu pindah ke address lain, yakni 0xeeeE458C3a5eaAfcFd68681D405FB55Ef80595BA.
Token Bernilai Bitcoin dan ETH
Terpantau di blockchain, address penampung kripto curian itu berisi 2,8 ETH, 8803,7 WETH dan 213,9 WBTC.
Dua kripto terakhir merupakan token yang merepresentasikan nilai ETH dan BTC 1 banding 1.
Total nilai 2 kripto itu ketika artikel ini disusun, yakni US$36 juta atau setara dengan US$512,8 milyar.
Data transaksi di Etherscan itu sudah dilabeli terkait peretasan di Vee Finance.
Pihak Vee Finance sendiri belum berencana mengambil langkah-langkah mengganti rugi dana penggunanya, seiring semakin khawatirnya para pengguna lain di Grup Telegram resmi Vee Finance.
Kuat dugaan adanya rug pull alias pengembang DeFi sendiri yang melakukan peretasan dan melarikan diri.
“Kami menanggapi dan menangani insiden ini dengan serius dan akan melakukan yang terbaik untuk melindungi kepentingan pengguna VEE Finance,” sebut Tim VEE Finance.
Vee Finance fokus di proyek DeFi, yang diluncurkan pada 14 September 2021. Walaupun produknya mirip dengan DeFi lain, investasi dari perusahaan cukup ternama “menclok” di Vee Finance, di antaranya adalah Huobi Ventures Blockchain Fund (terafiliasi dengan bursa kripto Huobi, Avalanche Asia, dan sejumlah perusahaan modal ventura lainnya.
Tim Vee Finance telah menangguhkan kontrak pintar platform dan fungsi penyetoran untuk memastikan keamanan dana yang tersisa.
Pada 19 September 2021, platform berbasis Binance Smart Chain, pNetwork dieksploitasi sekitar US$13 juta dalam bentuk token Bitcoin. Pekan lalu, protokol Zabu Finance juga diretas, US$3,2 juta.
Kasus serupa marak terjadi sejak tahun 2020, ketika pasar DeFi melonjak sangat luar biasa. Beragam merek DeFi bermunculan, karena dianggap lebih efisien untuk urusan pinjam meminjam kripto.
Hanya saja, penerapan kode program di smart contract secara sembrono atau memang disengaja, justru membawa petaka. Belum lagi soal peluang besar, bahwa pihak developer sendiri yang melakukan kejahatan hina itu. [ps]
Disclaimer: Seluruh konten yang diterbitkan di Blockchainmedia.id, baik berupa artikel berita, analisis, opini, wawancara, liputan khusus, artikel berbayar (paid content), maupun artikel bersponsor (sponsored content), disediakan semata-mata untuk tujuan informasi dan edukasi publik mengenai teknologi blockchain, aset kripto, dan sektor terkait. Meskipun kami berupaya memastikan akurasi dan relevansi setiap konten, kami tidak memberikan jaminan atas kelengkapan, ketepatan waktu, atau keandalan data dan pendapat yang dimuat. Konten bersifat informatif dan tidak dapat dianggap sebagai nasihat investasi, rekomendasi perdagangan, atau saran hukum dalam bentuk apa pun. Setiap keputusan finansial yang diambil berdasarkan informasi dari situs ini sepenuhnya merupakan tanggung jawab pembaca. Blockchainmedia.id tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung, kehilangan data, atau kerusakan lain yang timbul akibat penggunaan informasi di situs ini. Pembaca sangat disarankan untuk melakukan verifikasi mandiri, riset tambahan, dan berkonsultasi dengan penasihat keuangan profesional sebelum mengambil keputusan yang melibatkan risiko keuangan.