Masa Depan Blockchain-Aset Kripto di India, Pasca Investasi Facebook di Jio Platforms

Pada Selasa (21 April 2020), Facebook mengumumkan investasi sebesar US$5,7 miliar (Rp88 triliun) di Jio Platforms, milik Mukesh Ambani di India. Spekulasi pun meluas, bahwa dengan investasi itu, Facebook kelak bisa memperluas pengaruh stablecoin Libra di India, karena sejak bulan lalu penerapan blockchain dan aset kripto sudah dibuka luas.

Duit sebesar itu menjadikan Facebook berhak atas 9,9 persen dari total saham perusahaan telekomunikasi seluler terbesar di India itu.

Kesepakatan itu akan memberikan Facebook dan CEO Mark Zuckerburg akses langsung ke 370 juta pelanggan Jio dan pijakan yang kuat ke pasar ponsel yang sedang booming, sebut Fortune.

Jio Platforms adalah anak perusahaan dari grup Reliance Industries, yang sejak tahun 2016 dikembangkan oleh Mukesh dengan dana sekitar US$33 miliar.

Di India, Jio Platforms terkenal dengan jaringan layanan broadband 4G bertarif data murah dan panggilan domestik gratis. Langkah itu berhasil memikat ratusan juta orang India ke Jio dan menyisihkan pesaing lainnya, Anil’s Reliance Communications.

Gara-gara itulah Mukesh semakin kaya raya dan membuat perusahaannya terdaftar di Fortune 500 di India pada tahun 2019, dengan pendapatan lebih dari US$82 miliar pada 2019.

Jio Platforms kini telah berkembang ke bidang-bidang seperti mata uang digital dan pendidikan. Mukesh pun berencana untuk membuka Universitas Jio pada tahun 2021 untuk mendidik generasi penerus India di bidang-bidang seperti kecerdasan buatan.

Jio-Facebook
Menurut Fortune pada 22 April 2020 lalu, motif terbesar di balik kemitraan Jio-Facebook itu tampaknya adalah rencana peluncuran e-commerce, JioMart.

Saat ini, Amazon dan perusahaan e-commerce milik Walmart, Flipkart, mengendalikan lebih dari 60 persen pangsa pasar e-commerce di India, menurut perusahaan intelijen pasar S&P Global.

Namun perusahaan-perusahaan ini telah dihantam oleh peraturan terbaru yang mendukung pemain domestik seperti JioMart dibandingkan pesaing asing.

Pada Desember 2019, Jio Platforms meluncuran JioMart di tiga wilayah dekat Mumbai, menawarkan lebih dari 50 ribu produk bahan makanan. Namun, rencana eskpansi awal tahun 2020 terhalang akibat lock down di negeri itu.

Fortune juga menyebutkan, bahwa India adalah pasar terbesar untuk WhatsApp milik Facebook, dengan lebih dari 400 juta pengguna hingga Juli 2019. Facebook sepertinya berharap untuk menggunakan platform itu sebagai alat untuk menghubungkan bisnis kecil dengan online retail.

“JioMart dan WhatsApp akan memberdayakan hampir 30 juta toko-toko kecil Kirana India untuk bertransaksi secara digital dengan setiap pelanggan di lingkungan mereka,” kata Ambani, kepada Fortune, Rabu (22 April 2020).

Facebook juga memiliki lebih dari 300 juta pengguna India di jejaring sosial andalannya, dan kemitraan barunya dengan penyedia telekomunikasi terbesar India ini akan menawarkan wawasan baru mengenai pasar Internet yang diperkirakan akan tumbuh oleh lebih dari 200 juta pengguna dalam empat tahun ke depan.

Pada Desember 2019, Direktur Pelaksana Facebook di India, Ajit Mohan, mengatakan bahwa pendapatan per pengguna Facebook di India lebih rendah dibandingkan dengan pasar lain, tetapi perusahaan itu berinvestasi lebih banyak di negara itu pada di tahun-tahun mendatang.

“Merupakan hak istimewa bagi kami untuk berpartisipasi dalam transformasi India, tidak seperti yang dapat kami lakukan di Tiongkok,” kata Mohan kala itu.

Kini JioMart memang belum mendapatkan manfaat besar dari belanja online, karena terhalang lock-down sejak Maret 2020. Namun begitu krisis mereda, Jio Platforms dan Facebook mungkin siap untuk mengambil keuntungan secara cerdas.

Blockchain dan JioCoin
Konglomerasi Jio bukannya tidak mengintip potensi penerapan teknologi blockchain di sektor bisnisnya. Pada 12 Agustus 2019, dalam Rapat Umum Perusahaan Jio yang ditayangkan di Facebook, Mukesh Ambani berencana akan membangun jaringan blockchain terbesar di India, termasuk potensi diterbitkannya JioCoin.

Ambani menyebutkan blockchain akan menjadi tiga pilar utama dalam ekspansi perusahaannya, menghadapi pesaing lain.

“Selama 12 bulan ke depan, Jio akan memasang di seluruh India salah satu jaringan blockchain terbesar di dunia, dengan puluhan ribu node beroperasi pada hari pertama,” kata Ambani kala itu.

Menggunakan blockchain, kata Ambani, mereka juga memiliki kesempatan untuk menciptakan model baru untuk privasi data, di mana data India, terutama data pelanggan, dimiliki dan dikendalikan oleh orang-orang India dan bukan oleh perusahaan, terutama perusahaan global.

Namun pada tahun itu, penerapan blockchain apalagi yang terkait dengan aset kripto masih berada di wilayah abu-abu.

Larangan keras pun datang dari Bank Sentral India selama beberapa tahun, hingga awal Maret 2020 Mahkamah Agung India secara resmi membatalkan instruksi Bank Sentral India yang melarang bank di India melayani transaksi keuangan bursa aset kripto.

Tak heran bursa kripto Binance pun langsung ambil langkah cepat dengan mengakuisisi bursa kripto terbesar di India, WazirX.

Dengan semakin terbukanya India terhadap teknologi blockchain dan aset kripto serta sejumlah kesamaan Facebook dan Jio ingin mengembangkan teknologi blockchain, maka tidak tertutup kemungkinan melanggengkan stablecoin bernilai rupee melalui proyek Libra yang dikomandoi oleh Facebook sejak Juni 2019 lalu.

LibraINR bisa jadi menjadi bagian sentral dari pembayaran via WhatsApp yang juga kelak disematkan terpadu di platform belanja online, JioMart.

“India memang selalu lekat penerapan teknologi-teknologi baru,” kata Gabriel Rey, CEO bursa aset Triv menanggapi investasi Facebook itu.

Kata Rey, sebelum Facebook berinvestasi di India, Warren Buffet berinvestasi di Paytm yang merupakan perusahaan pembayaran terbesar di India. Amazon dan Walmart juga terus bersaing untuk mengguyur investasi di industri e-commerce India.

“Nah, penerapan blockchain-aset kripto tak lagi abu-abu di India, maka Facebook berpeluang masuk ke sektor digital money. Tapi, ada sejumlah pertanyaan, apakah Facebook dengan Libra-nya bisa merebut pasar itu?” ucap Rey.

Lanjut Rey, kendala utama aset kripto saat adalah proses penukarannya ke uang fiat dulu, sebelum ia dapat digunakan. Aset kripto belum bisa digunakan langsung untuk berbelanja online.

Kendala kedua adalah masalah volatilitas Bitcoin yang terlalu tinggi (jika itu memang ingin digunakan). Selama volatilitas Bitcoin tinggi, maka ia tidak akan bisa dipakai menjadi metode pembayaran.

“Saya memprediksi, jika Libra sukses diluncurkan, belum tentu mempengaruhi nilai Bitcoin, karena penggunaanya sangat berbeda. Namun dapat membawa likuiditas lebih tinggi ke pasar kripto dan menjadi alternatif USDT jika diperdagangkan nanti, termasuk Libra yang bernilai rupee,” imbuhnya.

Potensi Blockchain
Menurut laporan DeepAnalysis Enterprise Blockchain – Market Forecast & Skenario 2019-2024, nilai pasar blockchain di sektor perusahaan diperkirakan akan menyentuh US$13,2 Miliar pada tahun 2024. Pertumbuhan terbesar akan didorong oleh infrastruktur blockchain terhadap aplikasi bisnis dan jasa konsultasi.

Menurut kajian Deloitte, penerapan teknologi blockchain di sektor telekomunikasi memungkinkan proses pembayaran yang instan, sekaligus mengembangkan pendapatan baru bagi perusahaan, sekaligus memperkecil tindak penipuan. [red]

Terkini

Warta Korporat

Terkait