Memahami Cara Kerja Blockchain Tron (TRX) untuk Transaksi Murah Token USDT

Blockchain Tron (TRX) disebut-sebut sebagai blockchain favorit kelompok-kelompok yang dikategorikan sebagai “teroris” oleh otoritas Israel. Blockchain besutan Justin Sun ini banyak dipakai sebagai kendaraan transaksi super murah dan cepat untuk token bernilai dolar AS, USDT. Sebenarnya, bagaimana cara kerja blockchain popular ini dan mengapa transaksi USDT menjadi sangat murah?

“Sebuah front baru telah muncul dalam perjuangan Israel melawan pendanaan kelompok militan yang didukung Iran dari Hamas hingga Hizbullah, yakni blockchain yang berkembang pesat bernama Tron. Lebih cepat dan lebih murah dibandingkan saingannya yang lebih besar, Bitcoin, Tron telah melampaui saingannya dalam hal transfer kripto yang terkait dengan kelompok yang ditetapkan sebagai organisasi teror oleh Israel, Amerika Serikat, dan negara-negara lain, menurut wawancara dengan tujuh pakar kejahatan keuangan dan spesialis investigasi blockchain,” tulis Reuters belum lama ini.

Analisis Reuters menyebutkan penyitaan kripto yang diumumkan oleh layanan keamanan Israel sejak tahun 2021 mencerminkan tren tersebut, untuk pertama kalinya menunjukkan peningkatan tajam dalam penargetan dompet blockchain Tron dan penyitaan dompet Bitcoin.

“Sebelumnya adalah Bitcoin dan sekarang data kami menunjukkan bahwa organisasi teroris ini cenderung semakin menyukai menggunakan blockchain Tron, karena waktu transaksi yang lebih cepat, biaya rendah, dan stabil,” kata Mriganka Pattnaik, CEO perusahaan analisis blockchain Merkle Science yang berbasis di New York.

Masih dari Reuters, menurut sejumlah peneliti, token berjenis stablecoin USDT yang bernilai dolar besutan Tether paling dominan digunakan di blockchain Tron.

Tether adalah token kripto terbesar ketiga, dengan nilai pasar US$89 miliar, naik sekitar sepertiga pada tahun lalu, menurut data CoinGecko.

Tron adalah blockchain dominan untuk transaksi USDT, saat ini menampung token senilai US$48 miliar, menurut situs web Tether. Rata-rata transaksi harian di Tron mencapai 9,1 juta dari April-Juni 2023, menurut perusahaan data Messari, naik lebih dari 70 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Merespons itu, Hayward Wong, juru bicara Tron Foundation yang terdaftar di Kepulauan Virgin Inggris mengatakan semua teknologi secara teori dapat digunakan untuk kegiatan yang meragukan, misalnya seperti dolar AS yang digunakan untuk pencucian uang.

Wong mengatakan Tron Foundation tidak memiliki kendali atas mereka yang menggunakan teknologinya dan tidak terkait dengan kelompok yang diidentifikasi oleh Israel.

Justin Sun, yang mendirikan Tron pada tahun 2017, digugat oleh Komisi Sekuritas dan Bursa (SEC) AS pada Maret 2023 karena diduga secara artifisial meningkatkan volume perdagangan dan menjual token Tron (TRX) sebagai sekuritas yang tidak terdaftar. Sun mengatakan tuduhan SEC “tidak berdasar”.

Cara Kerja Blockchain Tron

Sejak blockchain pertama lahir dan beroperasi, yakni Bitcoin oleh Satoshi Nakamoto, pada tahun 2009 dan diawali oleh whitepaper pada tahun 2008, teknologi pencatatan transaksi secara desentralistik ini semakin popular melawan teknologi keuangan tradisional. Blockchain memang secara nyata menjadikan biaya transaksi “keuangan” menjadi lebih cepat dan murah, dan berskala global jika dibandingkan dengan layanan perbankan biasa, termasuk itu PayPal dan layanan sejenis.

Teknologi blockchain Tron diperkenalkan pada tahun 2017 oleh Justin Sun atas nama Tron Foundation. Blockchain itu memiliki native crypto bernama Tronix, dengan simbol TRX. Blockchain Tron memang didesain untuk mengalahkan skalabilitas blockchain Ethereum, sembari memberikan kompatibilitas dengan teknologi yang dimiliki oleh Ethereum, mulai dari smart contract, sistem tokenisasi dan lain sebagainya.

Pembedanya terletak pada pemanfaatan algoritma konsensusnya. Jika pada blockchain Ethereum setelah “The Merge”, menggunakan konsensus Proof-of-Stake (PoS), blockchain Tron sejak awal memiliih menggunakan Delegated Proof-of-Stake (DPoS) seperti yang dibesut oleh BitShares dan EOS. Ini juga sekaligus menjadi pembeda jauh dengan sistem Proof-of-Work (PoW) yang digunakan di blockchain Bitcoin.

Jika konsensus PoW berdampak pada besarnya konsumsi energi listrik yang digunakan pada perangkat keras dalam transaksi oleh penambang, maka sistem PoS dan DPoS adalah sebaliknya, jauh lebih hemat energi. Ini memberikan dampak pada percepatan proses transaksi kripto dengan biaya yang lebih murah. Blockchain yang menggunakan sistem PoS dan DPoS pun dasarnya “hanya” memanfaatkan komputer server berspesifikasi tinggi, dibandingkan di sistem PoW menggunakan perangkat keras khusus, misalnya yang berjenis ASIC.

Dalam DPoS, pemegang kripto TRX memilih sejumlah kecil delegasi yang bertanggung jawab untuk memvalidasi transaksi dan memelihara jaringan (validator). Setiap validator, disebut juga sebagai Super Representative diwajibkan menyimpan (stake) sejumlah besar TRX sebagai “jaminan” untuk senantiasa berada di jaringan blockchain. Atas usahanya memvalidasi transaksi dan beban operasional seperti komputer server, biaya Internet, dan lain sebagainya, validator mendapatkan reward berupa TRX.

Dalam sistem DPoS, pemegang kripto TRX memiliki kesempatan untuk berpartisipasi dalam produksi block dan konsensus ini memilih delegasi atau validator. Para delegasi ini bertanggung jawab atas validasi transaksi dan pembuatan block baru di blockchain. Pemegang kripto dapat memberikan suara mereka untuk memilih delegasi ini, dan jumlah suara yang mereka miliki seringkali sebanding dengan jumlah token yang mereka pegang.

DPoS umumnya memiliki jumlah delegasi yang tetap yang bergantian dalam memproduksi block. Delegasi ini sering disebut sebagai “witness” atau “block producer” Urutan di mana mereka memproduksi block ditentukan melalui proses pemungutan suara (voting). Delegasi dengan jumlah suara tertinggi dari pemegang token mendapatkan kesempatan untuk membuat block. Mekanisme ini membantu memastikan bahwa validator yang paling dipercaya dan handal bertanggung jawab atas keamanan jaringan.

Cara kerja blockchain Tron dapat dianalogikan seperti sistem pemerintahan demokratis. Misalnya dalam hal pemilihan wakil rakyat (parlemen), warga negara memilih wakil-wakil untuk badan legislatif (DPR) atau kongres (DPD). Wakil-wakil ini dipilih melalui proses pemungutan suara, mirip dengan cara pemegang kripto TRX di sistem DPoS dalam memilih delegasi.

Nah, wakil-wakil rakyat yang terpilih itu memiliki tanggung jawab untuk membuat undang-undang, mengambil keputusan tentang kebijakan publik, dan mengawasi operasi pemerintahan. Mereka diharapkan bertindak dalam kepentingan terbaik bagi konstituen mereka (pengguna blockchain dalam bertransaksi).

Akuntabilitas dan Pemilihan Kembali: Jika wakil-wakil yang terpilih gagal memenuhi tugas mereka atau membuat keputusan yang tidak sesuai dengan keinginan konstituen mereka, mereka dapat dimintai pertanggungjawaban melalui pemilihan berkala. Pemilih dapat memilih untuk mengulangi pemilihan mereka atau memilih wakil-wakil baru yang lebih sejalan dengan kepentingan mereka, mencerminkan cara delegasi dapat diganti dalam DPoS.

Sistem DPoS ini tidak hanya mempercepat kecepatan transaksi tetapi juga secara signifikan mengurangi biaya transaksi, karena hanya sedikit partisipan yang terlibat dalam verifikasi dan validasi transaksi dan tidak diperlukan biaya perangkat keras yang tinggi.

Namun, sistem ini kerap dipersoalkan, karena derajat desentralistiknya tergolong rendah, karena ada unsur sentralisasi dan konsentrasi dari aspek validator.

USDT di Blockchain Tron

USDT besutan perusahaan Tether asal Amerika Serikat adalah stablecoin yang nilainya terikat 1 banding 1 terhadap dolar AS. Awalnya, USDT beroperasi di blockchain Bitcoin melalui Omni Layer pada tahun 2014, tetapi sejak itu telah berkembang ke blockchain lain, termasuk Tron pada tahun 2019. Integrasi USDT ke dalam blockchain Tron membawa pergeseran paradigma dalam cara pengguna menangani transaksi stablecoin. Semua transaksi USDT di blockchain Tron dapat dilacak melalui laman ini.

transaksi USDT di blockchain tron

Throughput tinggi blockchain Tron dan biaya transaksi rendah membuatnya menjadi platform ideal untuk transaksi USDT. Sistem DPoS memungkinkan pemrosesan transaksi dengan biaya kecil dibandingkan dengan sistem PoW Bitcoin. Efisiensi ini sangat bermanfaat untuk USDT, karena banyak digunakan untuk perdagangan dan transfer nilai di crypto exchange.

Keuntungan Transaksi USDT Berbasis Tron

Keuntungan utama dari transaksi USDT berbasis Tron adalah efisiensi biaya. Pengguna mendapatkan manfaat dari biaya transaksi yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan blockchain lain. Dalam proses transfer USDT melalui crypto exchange misalnya, biayanya hanya 1 USDT, berapapun nominal USDT yang ditransaksikan.

Sistem yang berbeda terjadi secara on-chain menggunakan private wallet (non-crypto exchange wallet) misalnya, di mana biaya transaksi token apapun termasuk USDT menggunakan kripto TRX. Dengan mekanisme perhitungan yang rumit (Energy dan Bandwidth) dan tergantung pada harga terkini TRX, biaya tetap jauh lebih murah, seperti yang dicontohkan pada transaksi ini.

Angka ini sangat mini, jika dibandingkan layanan perbankan untuk transaksi global, termasuk layanan Western Union dan PayPal sekalipun.

Selain itu, skalabilitas Tron memastikan bahwa bahkan selama permintaan jaringan tinggi, kecepatan transaksi tetap cepat.

Keunggulan blockchain Tron memang menjadi magnet transaksi USDT secara global, karena murah dan cepat dibandingkan layanan “keuangan” tradisional, sehingga sulit dipungkiri menjadi sorotan tersendiri oleh sejumlah otoritas global. [ps]

Terkini

Warta Korporat

Terkait