Perbedaan Bitcoin dan EOS

Kendati sama-sama popular, ada perbedaan signifikan antara Bitcoin (BTC) dan EOS. EOS cukup fokus pada pengoptimalan aplikasi desentralistik. EOS juga beberapa kali menempati peringkat pertama versi Center for Information and Industry Development (CCID) di Tiongkok.

Aset kripto EOS juga kerap bertahan di 5-10 besar besar berdasarkan kapitalisasi pasar versi Coinmarketcap.com.

Perbedaan utama Bitcoin dan EOS adalah kegunaannya. Bitcoin bisa dipakai untuk pembelian barang dan jasa, sekaligus sebagai alat simpan nilai.

Aset kripto EOS dirancang untuk digunakan dalam ekosistem EOS, terutama oleh pengembang yang ingin menjalankan dApp di platform EOS. Orang yang memiliki EOS dapat melakukan pemilihan suara (vote) untuk menerima atau menolak sebuah dApp.

Riwayat Bitcoin berawal pada tahun 2009 ketika sosok pseudononim, Satoshi Nakamoto meluncurkan mata uang digital yang berfungsi sebagai transaksi elektronik tanpa perantara yang terbebas dari kendali pihak pusat manapun.

EOS memang terbilang masih muda. Ketika Ethereum lahir pada tahun 2015, pegiat kripto melihat potensi penggunaan kontrak pintar (smart contract) dan aplikasi desentralistik (dApp). Dua tahun setelahnya, EOS diciptakan untuk menyaingi Ethereum dan membangun platform infrastruktur dApp paling canggih di dunia.

Blockchain dan aset kripto EOS dirancang sebagai ekosistem, di mana pengembang dapat membangun dan mengoperasikan dApp mereka sendiri. Pengembang harus memegang aset kripto EOS jika ingin memakai jaringannya.

Sebagai gantinya, mereka diberikan jaringan yang menjadi landasan serta semua perangkat untuk membuat dApp berskala komersial.

Dari sisi teknologi, setiap transaksi Bitcoin direkam pada blockchain. Blockchain Bitcoin diatur menurut urutan waktu dan terdiri dari blok-blok berantai. Blok yang sudah ditambahkan ke rantai tidak dapat dicabut atau diubah dengan cara apapun.

Blockchain tersebut dikelola penambang yang memverifikasi transaksi serta menjamin keamanan jaringan Bitcoin memakai algoritma Proof-of-Work (PoW). Penambang bersaing untuk melakukan verifikasi dengan cara memecahkan “persoalan matematika” demi mendapat imbalan berupa Bitcon (BTC).

Sistem Proof of Work dikritik sebab memakan energi yang tinggi. Selain itu, muncul perangkat penambangan yang berakibat daya komputasi jaringan Bitcoin didominasi sejumlah kelompok.

EOS tidak mengonsumsi energi yang tinggi, sebab memakai algoritma Delegated Proof of Stake (DpoS) dan dapat memroses transaksi hingga satu juta transaksi per detik. Dengan fitur ini, diharapkan EOS dapat menjadi platform yang mendukung ribuan dApp suatu hari nanti.

Dengan sistem voting, pemilik aset kripto EOS memilih 21 produser blok yang berfungsi seperti penambang, yaitu memverifikasi transaksi dan mengamankan jaringan demi mendapat imbalan. Kendati demikian, pada masa-masa awal, proses pemilihan suara dilanda berbagai masalah.

Dari sisi suplai, aset kripto EOS dijual dalam aspek distribusi token yang berawal pada Juni 2017 dan berjalan selama 341 hari.

Suplai maksimum EOS jauh lebih besar dari Bitcoin, yaitu 1,021 miliar dengan suplai beredar mencapai 935 juta unit saat ini. 10 persen suplai tidak dimasukkan dalam penjualan publik, melainkan disimpan di Block.One.

Bitcoin memiliki suplai maksimal 21 juta BTC, dengan suplai beredar sekitar 18,5 juta BTC. Sebagai aset kripto pertama di dunia, Bitcoin dipandang sebagai juara sektor kripto. Selain pergerakannya berdampak ke harga semua aset kripto lain, Bitcoin didukung oleh komunitas yang kuat dan pengakuan yang semakin meningkat.

Di sisi lain, EOS merupakan proyek yang berpotensi bersaing dengan Bitcoin. Kendati Ethereum memegang posisi sebagai platform dApp terbesar di dunia, Ethereum masih dilanda masalah skalabilitas.

EOS sedang merancang beragam fitur untuk membuat pengalaman pengguna yang ramah, meskipun tidak terlepas dari problema itu, terutama mengingat usia jaringannya yang masih muda.

Soal investasi, EOS merupakan aset kripto yang pernah memuncak di harga Rp145 ribu pada April 2019 menurut data Indodax. Volume perdagangan ketika artikel ini ditulis adalah sekitar Rp250 juta, sehingga menunjukkan aset kripto tersebut sedang kurang diminati oleh investor dalam negeri dibandingkan pada masa-masa kejayaannya.

Dilihat dari pasangan EOS/BTC, EOS bergerak dari harga 8100 satoshi pada Oktober 2017 menjadi 244 ribu satoshi pada April tahun berikutnya, dengan peningkatan sebesar 30 kali lipat, lonjakan yang sangat fantastis.

Tetapi, harga EOS saat ini berada di kisaran 25 ribu satoshi, atau turun 90 persen dari puncaknya dan belum menunjukkan tren akan meningkat terhadap harga BTC. [finder.com/ed]

Terkini

Warta Korporat

Terkait