Meta tampaknya belum selesai dengan eksperimen kriptonya. Setelah proyek stablecoin Diem dihentikan dua tahun lalu karena tekanan dari berbagai regulator, kini perusahaan raksasa teknologi itu kembali turun ke arena. Namun kali ini, pendekatannya jauh lebih terfokus dan mungkin, lebih realistis.
Kabar terbaru menyebutkan bahwa Meta sedang berdiskusi dengan sejumlah perusahaan infrastruktur kripto untuk mengintegrasikan stablecoin sebagai metode pembayaran lintas negara.
Fokus utama mereka bukan pada spekulasi atau investasi, melainkan untuk menyederhanakan pembayaran kecil bagi para kreator konten, khususnya di platform Instagram.
Jadi, bayangkan seorang pembuat konten di Filipina menerima bayaran US$100 dari Meta tanpa harus menunggu berhari-hari atau membayar biaya transfer yang kadang lebih mahal dari makan siang.
Ada Nama Ginger Baker di Balik Gebrakan Ini
Untuk proyek ini, Meta merekrut Ginger Baker sebagai Wakil Presiden Produk. Baker adalah sosok yang kenyang pengalaman di sektor fintech dan kripto. Sebelum bergabung dengan Meta, ia pernah menjadi eksekutif di Plaid dan juga duduk di dewan Stellar Development Foundation. Pendek kata, ia tahu apa yang ia hadapi.
Baker dipercaya memimpin langkah Meta dalam menavigasi integrasi stablecoin ke dalam sistem pembayaran global perusahaan.
Langkah awal yang dilakukan adalah menjalin komunikasi dengan beberapa pemain besar di industri stablecoin, termasuk perusahaan di balik USDC, Circle. Namun demikian, Meta belum berkomitmen pada mitra tertentu. Bisa dibilang, mereka masih berada dalam fase “belajar sambil menyelam.”
Meta Kini Lebih Realistis Hadapi Masalah Pembayaran Global
Yang membedakan langkah Meta kali ini adalah niatnya untuk menanggapi masalah nyata di lapangan. Para kreator konten, terutama di negara berkembang, kerap mengalami kendala saat menerima bayaran lintas negara.
Biaya transfer tinggi, proses lambat, dan tidak semua orang punya akses mudah ke sistem keuangan tradisional. Di sinilah stablecoin berpotensi menjadi solusi.
Lebih lanjut lagi, Meta ingin menghindari jebakan yang sama seperti di proyek sebelumnya. Alih-alih membangun stablecoin sendiri, seperti Diem, kini mereka mencoba menjembatani kebutuhan pengguna dengan teknologi yang sudah ada. Pendekatannya lebih fleksibel dan bisa dibilang cukup humble, tidak berusaha mendominasi, tapi ikut serta.
“Tentu lebih menyenangkan jika Anda mengikuti tren lebih awal daripada jika Anda mengikuti tren lebih lambat. Ada banyak hal yang [kami] ikuti terlambat, dan harus berjuang keras untuk kembali ke permainan, yang menurut saya kami juga cukup ahli dalam hal itu,” ujar Mark Zuckerberg, dilansir dari Fortune.
Pernyataan itu seolah menjadi pengakuan jujur bahwa langkah Meta tidak selalu tepat sasaran. Namun kali ini, mereka tampak lebih siap untuk mendengarkan pasar daripada sekadar mencoba mendikte arah.
Meski diskusi masih di tahap awal, langkah Meta jelas mengundang perhatian. Banyak pihak menunggu sejauh mana perusahaan ini akan membawa stablecoin ke dalam ekosistemnya.
Di sisi lain, regulasi di AS soal stablecoin masih belum selesai dirumuskan. Beberapa rancangan undang-undang sempat dibahas, tapi belum ada yang benar-benar jadi pegangan hukum yang solid.
Namun yang jelas, jika Meta berhasil membuktikan bahwa stablecoin bisa menyederhanakan pembayaran internasional secara nyata, bukan tidak mungkin perusahaan teknologi lain akan ikut menyusul. Lagipula, siapa sih yang mau terus bayar biaya transfer lintas negara setara dengan harga pizza? [st]