Minat Beli Token “GRAM” Telegram? Berhati-hatilah

Setelah menanti sejak tahun 2017, kripto “GRAM” milik Telegram disebutkan akan diperdagangkan di bursa kripto Liquid pada Juli mendatang. Terpantau di situs web Liquid, sudah ada pengumuman program afiliasi bagi kripto tersebut. Namun, mengingat belum ada pernyataan resmi dari CEO Telegram, Pavel Durov, masyarakat sepatutnya berhati-hati.

“Akun pengguna yang Anda ajak harus terverifikasi dan membeli token GRAM minimal setara US$100. Setiap pengguna yang terverifikasi, maka Anda berhak mendapatan token GRAM senilai US$10. Maksimal imbalan yang bisa Anda peroleh adalah US$50,” sebut Liquid di situs webnya. Liquid menambahkan, pembelian minimal senilai US$100, bisa menggunakan dolar AS (fiat) atau stablecoin USDC.

Menurut Kayamori, CEO Liquid, GRAM akan diperdagangkan di Liquid dengan rentang waktu antara pengujicobaan (testnet) dengan peluncuran versi final (mainnet) blockchain Telegram, TON. Token GRAM itu sendiri berasal dari Gram Asia, komunitas di Korea Selatan yang disebut memiliki sejumlah besar token GRAM.

“Kami juga akan bekerjasama dengan sejumlah bursa kripto lainnya agar GRAM dapat diperdagangkan secara luas pada Oktober 2019,” kata Kayamori kepada Techcrunch belum lama ini.

Pada 11 Juni lalu, komunitas Blockchain TON-Telegram menyebutkan kemungkinan besar adanya “kolaborasi” antara pihak Liquid dan Gram Asia yang mengklaim memiliki sejumlah besar token GRAM.

“Liquid tidak memiliki izin langsung dan resmi dari pihak Telegram soal pengumuman perdagangan GRAM itu. Domain situs web Gramasia.com pun baru didaftarkan pada 28 Mei 2019. Kami menilai ini adalah tindakan “kolaborasi” antara mereka. Lagipula, tidak diketahui pihak mana yang memiliki GRAM dalam jumlah besar di Asia,” jelas mereka.

Misterius
Token digital berbasis teknologi blockchain milik Telegram tak kalah misterius dengan GlobalCoin milik Facebook. Jauh sebelum Facebook berwacana, lalu mendirikan proyek blokchain “Project Libra”, Telegram yang didirikan oleh Pavel Durov itu, sudah berancang-ancang membuat token digital GRAM pada tahun 2017. GRAM dibuat dengan teknologi blockchain TON (Telegram Open Network).

Pada tahun 2018, misalnya proyek itu disebut-sebut telah meraup dana investasi hingga US$1,7 miliar. Sejak proyek itu disebutkan berjalan pada tahun 2017, hanya dua orang yang mengaku sebagai investor di proyek TON itu, yakni Sergei Solonin, pendiri Qiwi dan David Yakobashvili, pendiriWimm-Bill-Dann.

Pada Januari 2019, media siber, Bell yang berbasis di Rusia menyebutkan, sejumlah narasumber anonim mengatakan Tim Telegram dan Durov mengumumkan kepada para investor bahwa TRON siap diluncurkan pada awal tahun 2019. Tetapi tertunda 2-3 bulan karena adanya ‘innovative nature of the development’,” kata sumber itu kepada Bell.

Kendati Telegram adalah aplikasi terpopular di dunia, proyek TON terkesan agak “gelap-gelapan”. Pasalnya tidak ada website resmi yang memastikan proyek itu memang dijalankan oleh sang CEO, Pavel Durov. Durov sendiri enggan memberikan informasi langsung dan bernas kepada publik. Sejumlah sumber mengungkapkan, Durov hanya mengatakan proyek TON didanai oleh sejumlah perusahaan dan konglomerasi.

Bell juga menyebutkan, terdapat sebuah kanal Telegram (@Tgram) yang memuat sejumlah informasi perkembangan terkini proyek TON itu. Berdasarkan penelusuran Blockchainmedia.id, kanal itu memuat beberapa hal, di antaranya yang dikirimkan pada 24 Desember 2018 lalu. Bahwa, “bot Telegram yang menerima pembayaran menggunakan kartu kredit, kelak bisa dilakukan menggunakan kripto. Pengguna dapat menggunakan kripto GRAM yang bisa dikonversi dengan kripto lainnya di bursa efek. GRAM berperan sebagai penghubung antara uang fiat dan kripto, sebagaimana yang terjadi pada Bitcoin saat ini. Disebutkan pula, GRAM dapat digunakan di Telegram sebagai “donasi” lintas grup dan kanal.” [red]

Terkini

Warta Korporat

Terkait