DeFi (Decentralized Finance) adalah aplikasi menggunakan smart contract, yang berjalan (lazimnya) blockchain Ethereum, untuk mendapatkan pinjaman berupa aset kripto dan beragunkan aset kripto. Misalnya Anda bisa mengagunkan Ether (ETH) untuk mendapatkan pinjaman berupa stablecoin DAI bernilai dolar AS.
Smart contract adalah fitur terunggul di blockchain Ethereum. Siapa saja bisa menggunakannya untuk membuat aplikasi keren. Penggunaan smart contract di sektor DeFi kian melonjak akhir-akhir ini, yang tercermin dari nilai aset kripto yang tersimpan di dalamnya.
Smart contract sendiri adalah “bahasa pemrograman” khusus di blockchain. Programer bisa memanfaatkan kode itu untuk membuat aplikasi yang berjalan sepenuhnya di blockchain (desentralistik).
Penggunaan smart contract menjamin sedikitnya campur tangan manusia dalam prosesnya. Pengguna cukup meyakini bahwa kode program itu berjalan semestinya secara otomatis.
Berdasarkan data dari DefiPulse, valuasi aset kripto yang tersimpan di sektor DeFi secara kumulatif mencapai US$1,85 miliar yang terdistribusi di 30 aplikasi Defi, mulai dari Compound hingga Connext. Semuanya bersaing untuk mendapatkan pengguna yang banyak dengan aset kripto yang teragun yang meningkat.
Tiga DeFi teratas, Compound (US$629,8 juta), Maker (US$557,9 juta) dan Synthetic (US$319 juta), misalnya terus bersaing.
Semua DeFi bisa digunakan oleh siapa saja, sepanjang mereka menggunakan dompet aset kripto MetaMask yang sangat disarankan. Di DeFi Maker, misalnya pengguna mengagunkan aset kripto Ether mereka dan mendapatkan DAI sebagai pinjaman. DAI adalah stablecoin bernilai dolar AS, di mana nilai 1 DAI setara dengan US$1.
DeFi juga menjanjikan nilai-nilai transparansi, di mana kode program yang digunakan terbuka dan bisa dilihat oleh publik. Namun, kekeliruan pemaduan kode yang berbeda bisa berujung bencana, seperti yang terjadi pada Lendf.me pada beberapa waktu lalu: dana pengguna raib setara ratusan miliar rupiah.
Yang jelas DeFi adalah pembuktian nyata teknologi blockchain dan teknik lain yang menyertainya, yakni smart contract. Hanya saja, karena ini masih dalam bentuk sangat awal, tidak tertutup kemungkinan kesalahan penerapan kode program, bisa berujung fatal dan memantik ketidakpercayaan publik.
Ini pula yang bisa memicu tersendatnya adopsi oleh institusi besar. Dalam hal itu, yang perlu digenjot adalah standarisasi kode program khusus DeFi dan dApp oleh International Organization for Standardization (ISO). Tanpa adanya ISO, tidak ada jaminan, khususnya bagi kalangan bisnis berskala besar.
Artinya, masih banyak tantangan besar yang dihadapi DeFi. Dan di saat yang sama, pembela blockchain harus semakin bekerja keras memelihara kepercayaan itu. [red]