Satoshi Nakamoto: Volume Transaksi Bitcoin Mungkin Tak Akan Ada

Pada 14 Februari 2010 silam, di online forum Bitcointalk, Satoshi Nakamoto si perancang Bitcoin menulis: “Right. Otherwise we couldn’t have a finite limit of 21 million coins, because there would always need to be some minimum reward for generating. In a few decades when the reward gets too small, the transaction fee will become the main compensation for nodes. I’m sure that in 20 years there will either be very large transaction volume or no volume.”

OLEH: Vinsensius Sitepu
Pemimpin Redaksi Blockchainmedia.id

Menarik menggarisbawahi kalimat terakhir itu: “Saya yakin dalam 20 tahun akan ada volume transaksi yang sangat besar atau tanpa volume.”

Kalimat itu jelas mencerminkan visi besar Satoshi soal sistem keuangan baru yang dibuatnya, tak peduli apakah akan sukses seterusnya atau malah gagal (tak ada volume transaksi sama sekali).

Dan hari ini Bitcoin sudah berusia 12 tahun, periode lebih dari satu dekade, periode perdana merasuknya teknologi baru, berdasarkan “Hukum 30 Tahun Paul Saffo

Di usia belia itu pula Bitcoin berhasil merampas perhatian, sumber daya waktu dan uang sebagian kecil investor [atau mungkin gambler] di planet ini, ketika di tahun 2020 ini ia (berkali-kali) berhasil menebas nilai emas yang dianggap sebagai kendaraan investasi yang unggul.

Saham dan obligasi pun “dibuat mampus” oleh Bitcoin. Bitcoin amat diapresiasi sekali lagi, serupa dengan periode tahun 2017 silam.

Ini masa-masa penentuan apakah bisa menembus harga puncak itu. Mata dunia terbelalak, sembari menantikan perubahan besar lainnya menjawab masalah moneter yang super parah ini.

Kalimat itu juga dapat ditafsirkan, bahwa Satoshi memilih untuk memberikan Bitcoin kepada semua orang di dunia sebagai hadiah demi perubahan yang luar biasa, sesuatu yang kali pertama hadir dalam peradaban Homo sapiens.

Dan mungkin tanpa pretensi “kehendak berkuasa”, dengan Bitcoin, Satoshi Nakamoto menunjukkan kepada semua orang, bahwa dia sangat menyadari pentingnya penemuan uniknya itu.

Kalaupun Anda tak setuju bahkan itu sebentuk penemuan, Anda bisa setuju itu adalah sebentuk rancangan terbaik dalam konteks kebersenian.

Majalah Fortune menempatkan Bitcoin di daftar 100 besar rancangan terbaik sepanjang masa. Pemeringkatan itu berdasarkan survei terhadap sejumlah praktisi dan akademisi di bidang bisnis, industri, rancang grafis dan seni.

Majalah Fortune: Bitcoin di Daftar 100 Besar Rancangan Terbaik Sepanjang Masa

 

Faktanya saat ini, masyarakat memilih pilihan pertama itu: sukses besar bervolume transaksi tinggi; pernah sukses lebih dari US$19.000 per BTC, dan tahun ini mencoba menggapai itu, bahkan lebih.

Sulit disangkal Bitcoin sejauh ini sukses, utamanya karena bisa membuktikan bahwa objek yang murni digital, tanpa entitas lembaga negara dan terpusat, dapat tumbuh bernilai secara alami plus orkestrasi, dan berwujud ganda (multifacet).

Bagi saya, kenaikan tajam harga Bitcoin sejak Oktober dan November 2020 tidaklah seberapa dibandingkan dengan apa yang diharapkan untuk Bitcoin dalam beberapa bulan mendatang.

Singkatnya, bagi saya, Bitcoin adalah tambahan data terhadap teori komunikasi, “uses and gratification“, bahwa ukuran teknologi yang baik adalah soal bagaimana ia bisa digunakan luas dan benar-benar berfaedah dan memberikan kepuasan (gratification) kepada penggunanya, dibandingkan teknologi lain.

Saya jadi teringat wawancara menarik antara Paul Saffo (si futurist “Hukum 30 Tahun”) dengan Karsten Lemm di majalah Earlybird pada tahun 2009 silam. Dipublikasikan kembali pada April 2014, Saffo meramalkan mobile payment seperti Square mampu menantang kedigdayaan bank.

Saffo juga berkenan berpandangan soal uang di dunia virtual. Square, yang didirikan oleh Jack Dorsey yang juga pendiri Twitter dan Medium, saat ini berkembang baik dan memiliki pengguna yang luas di banyak negara. Square bahkan telah memiliki aplikasi mobile pembayaran aset kripto.

Berdiri sejak 2009, nilai market cap-nya pernah mencapai US$26,3 miliar. Dan tahun 2020 ini, perusahaan itu memproklamirkan berinvestasi langsung di Bitcoin senilai US$50 juta.

Kata Saffo kepada Lemm, selama beberapa dekade sebelumnya, kita menyaksikan perubahan penggunaan uang kertas (currency) ke uang plastik (kartu kredit). Kita saat ini dalam tahap awal dari sebuah pertumbuhan besar dari uang plastik ke uang digital (digital money).

“Serupa dengan perkembangan di dekade awal dari uang kertas ke uang plastik, perkembangan awal ke uang digital, juga akan banyak sekali eksperimen. Banyak yang akan gagal dan sebagian lagi bertahan dan terus maju. Kunci sukses dari itu adalah prinsip universalitas, di mana ia harus terlihat bermutu agar dapat diterima di mana saja,” kata Saffo.

Dalam pandangan itu, Saffo mempertimbangkan bank harus melakukan perubahan mendasar di sistemnya.

Katanya, “If banks aren’t the ones to destroy their old business model first, someone else most assuredly will.”

Kalimat itu menggambarkan ancaman serius uang jenis baru terhadap bisnis perbankan dan menuntut bank tak berleha-leha dan terus mencari pembenaran diri dari regulasi yang mengekang dan jelas-jelas tak dinamis.

Bitcoin dan The Great Reset

Di akhir wawancara Saffo meyakini sekadar 10 persen, tetapi dengan dampak tinggi, bahwa dalam 20 tahun mendatang, kita akan memiliki world currency.

Kelompok bank akan bersatu dan membuat uang baru yang sangat popular digunakan banyak orang. Walaupun berkehendak yakin hanya 10 persen, Saffo percaya world currency itu adalah satu dari sekian banyak alasan, karena saat ini kita memiliki global economy.

Jelang akhir kata, kalimat Satoshi itu sama halnya dengan pernyataan Tuhan: memberikan pilihan, bukan kepatuhan.

Jadi, terserah dan berpulang kepada Anda, wahai puan dan tuan, apakah memilih Bitcoin untuk lebih besar untuk satu dekade berikutnya atau tidak sama sekali. 2029 atau 2140? [vins]

Terkini

Warta Korporat

Terkait