Setelah Binance Berinvestasi di Tokocrypto

Kabar kemarin, bahwa Binance berinvestasi di Tokocrypto, sesungguhnya tidaklah terlalu mengejutkan. Pasalnya bursa aset kripto bervolume dagang terbesar di dunia itu diduga sejak awal memang sudah “kesemsem” masuk ke pasar Indonesia dan negara lain dalam rangka ekspansi. Sumber anonim kami mengatakan Tokocrypto mendapatkan dana investasi itu berupa Binance Coin (BNB).

OLEH: Vinsensius Sitepu
Pemimpin Redaksi Blockchainmedia.id

Dalam keterangan resminya, Pang Xue Kai, CEO Tokocrypto mengatakan, “Investasi di Tokocrypto itu berfungsi untuk menegaskan ekosistem blockchain di Indonesia yang menjanjikan, menampilkan kepercayaan dari pemain global terkemuka. Investasi dari Binance akan membantu membangun layanan Tokocrypto yang terkemuka di pasar Indonesia dan mempercepat visi kami dalam menghadirkan ekosistem keuangan terbuka melalui teknologi blockchain.”

Changpeng Zhao, Bos Binance bilang bahwa, “Indonesia akan menjadi salah satu pusat terkemuka dari ekosistem blockchain di Asia Tenggara. Investasi kami di Tokocrypto akan memungkinkan kami untuk mengeksplorasi peluang baru yang menarik bersama untuk pasar Indonesia dengan mitra lokal yang diatur untuk lebih memungkinkan kebebasan finansial.”

Namun, khusus soal akuisisi, pada 29 Januari 2019 lalu, Changpeng Zhao (CZ), Pendiri dan CEO Binance mengatakan, “Seperti kata pepatah, ketika Anda tidak bisa mengalahkan mereka, maka belilah. Dan ini benar untuk semua akuisisi kami. Ketika kami mengenali bakat terbaik dengan produk terbaik yang tidak bisa kami kalahkan, dan tim-tim tersebut berbagi nilai-nilai yang sama, maka akuisisi adalah masuk akal.”

CZ sendiri tercatat sebagai orang terkaya di dunia aset kripto. Hurun Global Rich List menyebutkan CZ punya kekayaan hingga US$1,3 miliar pada tahun lalu. Tapi tahun ini “duitnya” berlipat dua kali menjadi US$2,6 miliar (lebih dari Rp37 triliun).

Pada tahun 2019 saja Binance sudah melakukan 19 akuisisi lintas negara. Akuisisi terbaru pada tahun 2020 adalah terhadap perusahaan penyedia jasa data aset kripto, Coinmarketcap. Tak ada informasi berapa duit yang Binance gelontorkan ke situ.

Sejauh ini belum ada informasi resmi, apakah investasi Binance di Tokocryto juga termasuk dalam konteks akuisisi yang bersifat “membeli” perusahaan itu. Dalam konteks Coinmarketcap, ada pergantian jabatan, yakni Pendiri dan CEO-nya menjadi penasihat perusahaan.

Namun, petang kemarin sumber anonim kami memastikan, bahwa langkah Binance terhadap Tokocrypto sekadar investasi, bukan akuisisi.

“Iya, Itu murni investasi. Jadi, semua business process, operasional, SDM-nya termasuk brand semuanya sama. Tak ada yang berubah,” sebut sumber itu.

Sumber anonim kami yang lain mengatakan, bahwa ia yakin bahwa investasi Binance ke Tokocrypto berupa aset kripto Binance Coin (BNB). Namun, sumber kami itu tidak mengetahui berapa nilai investasi yang dimaksud.

Investasi Langsung oleh Binance
Saya jadi ingat omongan Gin Chao Strategy Officer Binance pada September 2019 lalu. Dia mengatakan bahwa besaran penetrasi aset kripto di Indonesia yang mencapai 1 persen (dari yang memiliki rekening bank), setara dengan pertumbuhan di sektor serupa secara global.

“Saat ini ada sekitar 48,7 persen (sekitar 126 juta jiwa) orang Indonesia yang memiliki rekening bank. Jadi, pengguna kripto yang mencapai 1,2 juta itu mewakili tingkat penetrasinya hingga 1 persen. Saya pikir besaran itu serupa dengan besaran rata-rata global saat ini untuk bisnis kripto. Hal itu pula menggambarkan seberapa banyak ruang untuk pertumbuhan, terutama di negara seukuran Indonesia (negara terbesar ke-4 di dunia),” kata Gin dalam wawancara eksklusif dengan Blockchainmedia itu.

Kala itu, Gin memang mengakui potensi pasar aset kripto Indonesia yang lebih besar dibandingkan dengan negara lainnya.

Namun ada menarik setelah kalimat itu, yang bertaut dengan topik artikel ini. Kata Gin, dia menyarankan pelaku proyek-proyek blockchain dari Indonesia untuk menghubungi Binance Labs (Program Inkubasi) secara langsung.

“Melalui Binance Labs kalian akan mendapatkan serangkaian sumber daya dan layanan yang unik, termasuk potensi investasi secara langsung,” katanya.

Saya tidak ingin mengatakan bahwa memang benar Tokocrypto mendapatkan investasi melalui skema Binance Labs itu.

Mengakomodasi Nilai Rupiah
Pada 16 April 2020 lalu, Binance “mengkomodasi nilai rupiah” di platform-nya. Caranya adalah dengan menempatkan Rupiah Token (IDRT) dengan trading pair BTC/IDRT, USDT/IDRT, BNB/IDRT dan BUSD/IDRT.

Itu adalah stablecoin bernilai rupiah pertama di Asia Tenggara, sekaligus yang pertama juga di Binance.

IDRT sendiri adalah besutan PT. Rupiah Token Indonesia oleh Jeth Soetoyo dan kawan-kawan. Dia juga adalah pendiri dan CEO bursa aset kripto Pintu yang beroperasi di Indonesia.

Jikalau Anda menilai bahwa IDRT adalah pintu masuk Binance dari dan ke Indonesia, selain melalui investasi ke Tokocrypto, Anda tidaklah keliru. Setidaknya Anda tak keliru dalam hal menduga dan menafsir.

Pertempuran dengan Pemain Lokal
Bagi saya pribadi keputusan investasi Binance di Indonesia di Tokocrypto adalah langkah “wajar”, kendati kita tidak mungkin mengesampingkan anggapan, bahwa “pertempuran” Binance dengan pemain lokal lainnya memang telah dimulai.

Jika kita berasumsi, bahwa Indodax yang dipimpin oleh Oscar Darmawan adalah bursa aset kripto terbesar di negeri ini, dengan klaim pihak perusahaan sudah mencapai 2 juta pengguna, maka Indodax berhadapan langsung dengan Binance melalui Tokocrypto.

Perhatikan apa kata Gin di atas jikalau ini adalah investasi: “Melalui Binance Labs kalian akan mendapatkan serangkaian sumber daya dan layanan yang unik, termasuk potensi investasi secara langsung,” katanya.

Tentu kita sah-sah saja menduga Tokocrypto akan mempercepat laju bisnisnya dengan sumber daya Binance. Sekali lagi, itupun kalau benar Tokocrypto mendapatkan investasi dari skema Binance Labs itu. Maka, kita bisa menafsirkan akan ada “perebutan pengguna” antara Indodax, perusahaan lainnya dan Tokocrypto.

Ingat pula bahwa Indodax terlebih dahulu mendapatkan dana investasi dari perusahaan Ventura, East Ventures, asal Singpura yang besar itu.

Perebutan itu pun mungkin berlangsung agak lembek, karena Binance tidak langsung muncul secara fisik di Indonesia dengan membuka anak perusahaan seperti di Singapura.

Binance tidak seperti Huobi di Indonesia yang sudah “jalan-jalan” lintas pengguna aset kripto dengan membuka perusahaan di Jakarta. Huobi Indonesia memang belum mendapatkan tanda daftar sebagai Calon Pedagang Aset Kripto di Bappebti (Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi).

Tugas Bappebti
Berdasarkan Peraturan Menteri Perdagangan Republik Indonesia pada tahun 2018, aset kripto ditetapkan sebagai komoditi yang dapat dijadikan Subjek Kontrak Berjangka yang diperdagangkan di Bursa Berjangka (futures market).

Itu ditegaskan melalui sejumlah peraturan yang diterbitkan oleh Bappebti. Banyak rincian di dalamnya, khususnya soal tata cara perdagangan aset kripto dan masalah pendaftaran sebagai “Calon Pedagang Fisik Aset Kripto (spot market/trader)”

Masalahnya, komponen lengkap agar Bitcoin dan kawan-kawannya itu agar bisa diperdagangkan di bursa berjangka Indonesia bersama minyak dan emas itu belumlah lengkap. “Yang dikejar” masih soal satu komponen itu: “pedagang fisik”. Hingga detik ini belum ada bursa berjangka di Indonesia, katakanlah JFX, yang memperdagangkan aset kripto. Komponen lembaga kliring juga belum tersedia.

Tentu dapat dimaklumi, bahwa tugas Bappebti untuk kelas aset baru seperti itu tidaklah mudah, tapi tetap saja sebagai “pekerjaan rumah” yang harus dilunasi. Belum lagi mengurus soal ICO dan STO di spot market yang terus jadi momok itu (Bappebti memang tidak mengatur soal ini).

Tempur Wajar
Dari sudut pandang bisnis, adalah lumrah melakukan ekspansi melalui investasi di pasar yang dirasa berpotensi untuk menaikkan laba perusahaan atau setidaknya brand image.

Seandainya Anda adalah CZ, maka kemungkinan besar Anda akan melakukan hal serupa. Pertanyaannya adalah: apakah pemain lain (khususnya lokal/asli Indonesia) bisa memaksimalkan fungsi tempurnya secara baik, tanpa berletih-letih tafsir bahwa ini adalah langkah monopoli, keserakahan dan subordinasi Binance?

Mungkin “wajah Binance” di Tokocrypto adalah sebuah ancaman terhadap pemain lokal di Indonesia. Tapi, yang terpenting adalah, ketika kali pertama masuk di sektor bisnis seperti itu, jubah dan alat tempur semestinya siap sedia dan telah mengetahui taktik musuh dari dalam. Let’s get ready to rumble! [red]

Terkini

Warta Korporat

Terkait