Setelah Media Tiongkok Dukung Bitcoin

Liputan khusus tentang Bitcoin di Xinhua News Agency di Tiongkok beberapa waktu lalu, kian menegaskan dukungan dan supremasi Tiongkok terhadap sistem uang elektronik peer-to-peer Bitcoin atau lazim juga dikenal sebagai teknologi blockchain. Sebelumnya, Presiden Tiongkok Xi Jinping “memerintahkan” segenap pelaku bisnis di dalam negeri untuk mengadopsi blockchain demi kemakmuran bangsa. Mengapa Tiongkok sangat mencintai Bitcoin?

Namanya lengkapnya Xinhua News Agency. Di dunia jurnalistik ia dikenal sebagai lembaga kantor berita yang mendistribusikan sejumlah berita kepada media lainnya. Peran dan fungsinya sama seperti Kantor Berita Antara di Indonesia.

Nah, Tiongkok yang berhaluan komunisme dan sosialisme dengan sistem partai tunggal, terkenal dengan kendali penuh nan sentralistik terhadap segala aspek kehidupan di negeri itu, termasuk kendali informasi di media massa, termasuk konten Xinhua News Agency itu. Anda boleh saja mendebat ini, dan menyebutnya sebagai mitos.

Intinya, dalam kaitan media massa dan paparan informasi pemerintah selalu sejalan, seragam dan sesuai perintah dari atas, yakni Partai Komunis Tiongkok, termasuk suara Presiden Xi Jin Ping tentu saja.

Cara itu sebenarnya tak salah dalam sistem negara dan sistem pemerintahan, bahkan dinilai sangat efektif, setidaknya untuk melaksanakan sebuah rencana agar sesuai dengan tujuan semula.

Media dan Bitcoin
Jadi, dalam konteks Xinhua News Agency membuat liputan cukup dalam soal Bitcoin dan Blockchain, dapat dikatakan adalah “perintah langsung dari atas”, sejalan dengan pidato Kakek Xi Jinping soal supremasi teknologi blockchain. Dan itu memang sangat efektif untuk mendidik warga Tiongkok soal itu dan tak hanya menjadi konsumsi pelaku industri dan perusahaan yang sudah duluan mengenalnya. Lagipula Xinhua News Agency jarang menulis soal itu, setidaknya sebelum Pidato Xi Jinping (pidato yang sama sekali tak menyebut Bitcoin).

Penekanan wacana dalam artikel itu juga sangat menarik. Xinhua News Agency menulis “Bitcoin adalah penerapan teknologi blockchain pertama yang sukses”. Kalimat itu sebenarnya sudah lama menggema sejak 10 tahun belakangan di komunitas blockchain. Pun di beberapa bagian artikel tersebut, Xinhua News Agency menuliskan prinsip dasar kerja blockchain Bitcoin, sama seperti yang ditemukan dalam artikel-artikel di media massa lain.

Belanja Investasi Blockchain
Di luar “ketidakbiasaan” Xinhua News Agency memberitakan Bitcoin, perusahaan riset ternama, International Data Corporation (IDC) juga menegaskan dan memantapkan supremasi Tiongkok terhadap blockchain.

Pada 4 November 2019 lalu, IDC menerbitkan laporan lengkap yang berjudul “IDC: China’s Blockchain Spending Will Reach 2 Billion US Dollars in 2023”. Anda bisa menerjemahkan itu secara mudah: IDC memprakirakan bahwa Tiongkok akan meningkatkan belanja dan investasi terhadap teknologi blockchain hingga US$2 miliar pada tahun 2023. Tentu IDC bukanlah lembaga abal-abal dalam melakukan penelitian.

“Perubahan terbesar di pasar blockchain Tiongkok pada tahun 2019 adalah dukungan besar-besaran terhadap teknologi blockchain, sebagai wujud kesadaran potensi teknologi itu bagi bisnis. Dalam empat tahun ke depan, belanja dan investasi Tiongkok terhadap blockchain bisa mencapai US$2 miliar pada tahun 2023,” kata Xue Yu, Manajer Riset Pasar Blockchain IDC Tiongkok.

Namun, dengan belanja sebesar itu, berdasarkan market share, menurut IDC Tiongkok malah bisa kalah jauh daripada Amerika Serikat, dengan market share mencapai 39,7 persen. Sedangkan Tiongkok berada di tempat ketiga dengan pangsa 11,2 persen, setelah Eropa (24,5 persen).

“Diskusi terbuka dan debat tentang blockchain menjadi lebih intens, dan perusahaan diam-diam memulai adopsi teknologi ini dalam banyak terapan. Perusahaan memastikan bahwa blockchain siap dimasukkan sebagai bagian dari produksi. IDC melihat adanya percepatan adopsi, seiring disadarinya efisiensi berkat teknologi blockchain. Sebagian memang menyadari adanya ketidakpastian dalam teknologi blockchain, terutama di tingkat manajemen dan regulasi pemerintah, tetapi kebijakan tersebut secara bersamaan mendukung penerapan blockchain dalam layanan keuangan, sertifikasi identitas, perdagangan dan bentuk pasar lainnya,” ujar James Wester, Direktur Global Strategy Strategy Blockchain di IDC dalam penelitian itu.

Menurut IDC, dalam hal ukuran pasar, sektor perbankan masih merupakan industri terbesar dalam belanja dan investasi blockchain oleh Tingkok, diikuti oleh manufaktur diskrit, ritel, layanan profesional dan industri manufaktur proses. Belanja blockchain untuk industri berada di posisi teratas yang mencapai 73 persen.

Dalam beberapa hari ke depan, kita pasti akan menyaksikan perkembangan terbaru soal supremasi blockchain oleh Tiongkok ini, termasuk tentu saja apa reaksi negara lain. [vins]

Terkini

Warta Korporat

Terkait