Tak Bisa Pakai SWIFT, Rusia Bisa Pakai Sistem Alternatif Ini

Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa mencabut Rusia dari sistem SWIFT. Akibatnya Rusia tak bisa lagi melakukan transaksi internasional untuk perdagangan. Tetapi Rusia punya alternatif lainnya sebagai berikut.

SWIFT selayaknya senjata ekonomi nan ampuh bagi negara-negara Barat untuk melumpuhkan nadi hidup sebuah negara yang dianggap musuh.

Ini sudah terjadi di Iran dan Venezuela dan sekarang terhadap Rusia. Pun pada tahun 2014 ancaman serupa sudah dialami negeri pimpinan Putin itu, tetapi benar jadi jelas ketika ia melepaskan laskar ke Ukraina.

Namun, bukanlah Rusia jika tak bersiap diri sejak awal. Ada sejumlah skenario yang sudah diperjuangkan Putin dan teman-teman. Jika tak bisa menggunakan SWIFT, Rusia sudah punya SPFS alias (Sistema Peredachi Finansovykh Soobscheniy).

Ini adalah sistem keuangan antar bank internasional setara dengan SWIFT. SPFS ternyata sudah dikembangkan oleh Bank Sentra Rusia sejak tahun 2014, ketika negara barat mengancam Rusia bakal tak bisa lagi menggunakan SWIFT.

Pada tahun 2018 SPFS sudah diujicoba untuk kesekian kalinya. “Ada risiko dalam menggunakan jaringan keuangan global, sistem keuangan global, di mana Rusia menjadi bagiannya,” kata Kepala Bank Sentral Rusia Elvira Nabiullina kepada Geoff Cutmore dari CNBC, tahun 2018.

“Oleh karena itu, sejak tahun 2014, kami mengembangkan sistem kami sendiri, termasuk sistem pembayaran. Di Rusia kami telah menciptakan sistem untuk mentransfer data keuangan, yang mirip dengan SWIFT,” kata Elvira.

SWIFT, yang merupakan singkatan dari Society for Worldwide Interbank Financial Telecommunication, adalah jaringan keuangan global yang memungkinkan transfer lintas batas bernilai tinggi di antara para anggotanya.

Sebagian besar pesan antar bank ditransfer menggunakan SWIFT, yang menghubungkan lebih dari 11.000 lembaga keuangan di lebih dari 200 negara dan wilayah.

Berbasis di Belgia, koperasi dalam kasus yang jarang terjadi memutuskan bank-bank negara dari jaringannya sebagai alat sanksi keuangan, terutama pada Iran pada 2012, yang akibatnya ditolak aksesnya ke pendapatan miliaran dolar.

Tetapi Nabiullina dari Rusia yakin dengan langkah-langkah mitigasi risiko negaranya, dengan mengatakan bahwa sistem pembayarannya sendiri “mengurangi risiko bagi pemain Rusia, untuk bisnis Rusia, dan untuk bank Rusia.”

Karena SPFS masih sangat baru, sarat dengan beberapa keterbatasan, mulai dari biaya transfer yang tidak murah dan kecepatan yang tak mumpuni.

Pada ujicoba tahun 2018, diklaim biaya transaksi antara setara US$0,012–0,015 per transaksi. Itu pun dalam kategori domestik.

Di tahun itu pula Rusia sedang menjajaji penggunaan SPFS dipadukan dengan sistem pembayaran Tiongkok (CIPS), termasuk perluasan ke Turki dan Iran, India dan negara-negar di EAEU (Belarusia termasuk di antaranya).

Pada tahun 2020, ada 23 bank asing yang terhubung dengan SPFS, yakni Armenia, Belarusia, Jerman, Kazakhstan, Kyrgyzstan dan Swiss.

Menurut Reuters, CIPS mengalami peningkatan 75 persen dalam total transaksi pada tahun 2021, mencapai 80 triliun yuan (sekitar US$12,8 triliun). CIPS digunakan oleh 30 bank di Jepang, 23 bank di Rusia, dan 31 bank di negara-negara Afrika.

Pasca Rusia dilarang pakai SWIFT, berkembang wacana bahwa Rusia bisa menggunakan jaringan blockchain kripto sebagai alternatif SWIFT yang murah.

Hanya saja bisa terkendala oleh sejumlah peraturan yang mengikat bursa kripto sentralistik. Negara mana saja bisa memblokir ketika kripto itu hendak diuangkan. Alternatifnya, tentu saja bursa kripto desentralistik yang sukar bagi otoritas untuk memblokirnya. [ps]

Terkini

Warta Korporat

Terkait