Persaingan bisnis bursa kripto di Indonesia semakin ketat. Setiap pemain secara cepat menyediakan teknologi dan layanan terbaik untuk menjaga loyalitas pengguna, seraya menggaet pengguna baru. Belum lama ini, PT Tiga Inti Utama yang mengelola layanan pertukaran uang elektronik Triv.co.id meluncurkan platform Triv | Pro untuk mempermudah investor dan trader melakukan perdagangan Bitcoin dan aset kripto lainnya.
“Triv | Pro, yang dapat diakses melalui Tpro.co.id adalah layanan baru oleh perusahaan kami. Ini tak hanya mengakomodir Peraturan Menteri Perdagangan perihal aset kripto, tetapi pula menambah pengalaman dan kenyamanan pengguna dalam perdagangan aset kripto,” kata Merlina Li Business Development Manager Triv dalam pemaparannya pada acara The TrivFest Roadshow 2019 di Istana Koki, Medan, Sabtu (6/4) lalu.
Jelas Merlina, sejak tahun 2014 perusahaannya memang fokus pada penyediaan jasa uang elektronik seperti Perfect Money, OK Pay, Skrill, Paypal, Payza, Neteller, Bitcoin (BTC) dan Ether (ETH). Untuk sejumlah produk itu Triv berperan sebagai broker, sehingga pengguna dapat cepat dan mudah melakukan transaksi.
“Sedangkan Triv | Pro adalah marketplace platform khusus aset kripto yang kami kembangkan sejak pertengahan 2018 guna memberikan keleluasan berdagang Bitcoin, Ether, Litecoin dan Ripple terhadap rupiah. Keempat aset kripto itu berkapitalisasi pasar terbesar di dunia versi Coinmarketcap.com,” kata Merlina sambil menginformasikan bahwa aplikasi mobile Triv|Pro sudah tersedia di Play Store dan App Store.
Kata Merlina, Triv jelas bukanlah pemain baru di sektor aset kripto. Dengan pengalaman dan jam terbang yang tinggi, kami juga mempunya derajat likuiditas yang tinggi pula. Triv dan Triv Pro, bisa memfasilitasi penarikan dan deposit rupiah secara realtime dari beragam bank di Indonesia. Sebagai tempat trading, Triv Pro, kata Merlina, menggunakan teknologi terbaru yang mampu memfasilitasi jutaan perdagangan per detik. Triv | Pro juga menyediakan program afiliasi dan fitur voucher,” ujarnya.
Dalam acara itu, hadir pula dr. Jimmy Wihono sebagai crypto investor asal Medan. Katanya, ia mendapatkan capital gain yang tinggi ketika ia berinvestasi sejak 4 tahun di aset kripto, khususnya Bitcoin.
“Sepanjang pengalaman saya, menggunakan platform Triv sangatlah nyaman, khususnya soal kecepatan beli dan jual dan proses penarikan rupiah. Saya pikir dengan hadirnya Triv | Pro bisa memberikan nuansa sendiri kepada pengguna Triv dan investor Bitcoin lainnya di Indonesia,” katanya.
Potensi Bitcoin
Menyinggung mengenai potensi kenaikan harga Bitcoin di masa depan, Merlina berpendapat potensinya sangatlah cerah, sebab akumulasi terhadap Bitcoin terus meningkat. Buktinya, Bitcoin berhasil merangsek level US$5 ribu mengulangi posisinya pada November 2018.
“Itu artinya ada sentimen positif yang sangat besar terhadap Bitcoin, sebab Bitcoin menawarkan kelebihan berbanding sistem yang elektronik tradisional yang sentralistik. Teknologi blockchain Bitcoin memungkinkan pengiriman dana dalam jumlah besar tanpa melalui bank. Ada pula aspek scarcity atau tingkat keterlangkaan unit yang menjadi faktor penentu nilai Bitcoin itu sendiri. Jikalau saat ini tingkat akumulasi terhadap Bitcoin stabil ataupun meningkat, maka ada peluang harga Bitcoin naik di masa depan. Ya, setidaknya jikalau kita mengacu pada data riwayat kenaikan Bitcoin pada Halving Day pertama tahun 2013 dan Halving Day kedua pada tahun 2016,” kata Merlina sembari menegaskan bahwa Halving Day ketiga diperkirakan akan terjadi pada Mei 2020.
Sebelumnya, CEO Triv.co.id dan Tpro.co.id Gabriel Rey mengemukakan, harga Bitcoin berpotensi naik seperti Halving Day pada tahun 2016. Kepada Blockchainmedia (16/03) lalu, kata Rey, Bitcoin bisa menembus harga US$20.000 per BTC yang sebelumnya terbentuk pada medio Desember 2017 silam. Inilah harga puncak Bitcoin sejak kemunculannya pada awal 2009.
“Saya prakirakan, jika Bitcoin pada tahun 2020 bisa naik di atas US$6.000, maka bullish akan terjadi dengan sasaran US$25.000. Karena, secara fundamental Bitcoin semakin kuat, seperti hadirnya Fidelity Digital Asset, Lightning Network, Bakkt dan masih banyak lagi. Jika terjadi FOMO (fear of missing opportunities), maka akan lebih besar daripada FOMO pada tahun 2017. Lagipula, pengguna Bitcoin sekarang jauh lebih banyak,” ujar Rey. [vins]