Walau Berposisi Rugi Lebih Rp9 Triliun, MicroStrategy Akan Terus Beli Bitcoin (BTC)

Walau sedang berposisi rugi lebih dari Rp9 triliun, MicroStrategy berjanji akan terus membeli Bitcoin (BTC).

Hal itu tertuang dalam laporan keuangan kuartal II tahun 2021 perusahaan publik asal AS itu.

MicroStrategy mencatat mengalami posisi rugi setara US$689,6 juta atau sekitar Rp9.972.546.960.000 sejak pihaknya membeli kripto itu sebagai bagian dari neraca keuangannya.

MicroStrategy membeli Bitcoin setelah masuk Halving Bitcoin pada Mei 2020 lalu dan terus berlanjut hingga tahun 2021. Total kepemilikan adalah 105.085 BTC.

Namun, karena harga Bitcoin merosot dari puncak tertingginya, 14 April 2021 lalu, MicroStrategy mengalami posisi kerugian. Berdasarkan catatan keuangan, perusahaan itu tidak menjual sedikitpun Bitcoin mereka.

Khusus selama kuartal II tahun 2021, mereka mengalami posisi rugi di Bitcoin, mencapai US$424,8 juta (Rp6.140.144.160.000).

Kendati dalam posisi merugi, pihaknya mengaku gembira, karena menilai membeli Bitcoin adalah sebuah keputusan yang tepat untuk jangka panjang. Malah mereka memutuskan akan terus membeli.

“Kami selalu senang dengan hasil penerapan strategi aset digital kami. Peningkatan modal terbaru kami memungkinkan kami untuk memperluas kepemilikan digital kami, yang sekarang melebihi 105.000 BTC. Ke depan, kami bermaksud untuk terus menggunakan modal tambahan ke dalam strategi aset digital kami,” sebut perusahaan, Kamis (29/7/2021).

Laporan Kuartal II diumumkan sebelumnya hari ini. Pada 30 Juni 2021 MicoStrategy memegang sekitar 105.085 BTC dengan nilai tercatat US$2,051 miliar, dengan kerugian penurunan nilai US$689,6 juta sejak pembelian awal. Nilai tercatat rata-rata per Bitcoin diperkirakan US$19.518.

Awal pekan ini Tesla pimpinan Elon Musk juga menerbitkan laporan kuartal II, yang juga menunjukkan kerugian penurunan nilai US$23 juta pada kepemilikan Bitcoin-nya .

Karena kedua perusahaan mengkategorikan Bitcoin sebagai “aset tidak berwujud,” aturan akuntansi dalam laporan keuangan, mengamanatkan bahwa mereka harus melaporkan kerugian penurunan nilai ketika harga aset turun di bawah basis biayanya.

Namun mereka tidak diharuskan untuk melaporkan kenaikan harga dalam aset tertentu sampai posisi tersebut direalisasikan melalui penjualan.

Angka aset digital dihitung menggunakan Prinsip Akuntansi yang Diterima Secara Umum (GAAP), yakni kumpulan aturan akuntansi yang diterima secara umum yang digunakan untuk pelaporan keuangan.

Perusahaan juga menyediakan perhitungan non-GAAP, yang dalam laporan ini mengecualikan “dampak biaya kompensasi berbasis saham dan kerugian penurunan nilai dan keuntungan penjualan dari aset tidak berwujud.”

Saylor dan MicroStrategy tampaknya mendukung Bitcoin pada tahap ini, dan keduanya terus mengakumulasi aset meskipun terjadi penurunan kripto yang dimulai pada bulan Mei, karena strateginya adalah mempertahankan aset dalam jangka panjang.

CEO baru-baru ini mencatat, bahwa jika harga Bitcoin lebih rendah dari harga sekarang empat tahun dari sekarang, dia akan mempertimbangkan kembali strateginya. [red]

Terkini

Warta Korporat

Terkait