Alasan Terbaru Bitcoin (BTC) Bisa Jadi Cadangan Devisa Bank Sentral

Wacana Bitcoin (BTC) bisa menjadi cadangan devisa bank sentral kembali mencuat, setelah perusahaan keuangan raksasa Fidelity menggemakannya belum lama ini. Perusahaan ini sudah lama menilai Bitcoin adalah aset safe haven terbaik, selain emas dan menjadikannya sebagai produk investasi bagi kliennya.

Pada Maret 2019, perusahaan Fidelity Investments lewat anak perusahaannya, Fidelity Digital Assets, menyediakan layanan kustodian dan perdagangan Bitcoin bagi investor besar, termasuk pengelola investasi, dana pensiun, kantor keluarga dan dana abadi.

Fidelity Investments merupakan perusahaan pengelola aset kelima terbesar di dunia, dengan total aset senilai lebih dari US$2,5 triliun.

Pada 7 Maret 2019, Fidelity menyebutkan, layanan itu sudah berjalan untuk sejumlah klien tertentu. Bahkan pada Desember 2020, perusahaan membuka jasa gadai Bitcoin.

Fidelity Buka Jasa Gadai Bitcoin

Fidelity memang tak sendiri bermain di bisnis produk aset digital dan aset kripto seperti ini. Perusahaan lainnya adalah JP Morgan, Morgan Stanley, Ark Investments hingga Blackrock, bahkan Soros Management Fund milik perusahaan keluarga George Soros.

Bitcoin (BTC) Jadi Cadangan Devisa Bank Sentral?

Namun Fidelity terhitung cukup mencolok mengajukan wacana, bahwa itcoin (BTC) bisa menjadi cadangan devisa bank sentral. Ini pun terhitung unik, karena wacana serupa hanya diajukan oleh mereka di ekosistem inti Bitcoin, bukan perusahaan tradisional.

Raksasa jasa keuangan Fidelity mengatakan bahwa lebih banyak negara akan membeli Bitcoin (BTC) pada tahun ini agar tetap kompetitif. Untuk menyebut nama negara, bisa dilakukan lewat dua entitas, yakni kementerian keuangan dan bank sentral. Jika lewat kementerian keuangan, maka masuk dalam anggaran pemasukan negara dan jika lewat bank sentral masuk sebagai cadangan devisa.

Dalam sebuah kajian, ahli strategi di perusahaan itu mengatakan bahwa bentuk ‘teori permainan berisiko tinggi’ sedang dimainkan dan negara-negara yang tidak mengadopsi Bitcoin lebih awal, dapat tertinggal dari negara lain.

“Jika adopsi Bitcoin meningkat, maka negara-negara yang punya Bitcoin saat ini akan lebih kompetitif daripada negara lain yang tidak punya Bitcoin sama sekali,” sebut perusahaan.

Oleh karena itu, bahkan jika negara lain tidak percaya pada tesis investasi atau adopsi BTC, mereka akan dipaksa untuk mengakuisisi beberapa BTC sebagai bentuk asuransi.

Dengan kata lain, biaya kecil dapat dibayarkan hari ini sebagai lindung nilai dibandingkan dengan biaya tahun yang berpotensi jauh lebih besar di masa depan.

“Karena itu kami tidak akan terkejut melihat negara-negara berdaulat lainnya memperoleh Bitcoin pada tahun 2022 dan bahkan mungkin melihat bank sentral melakukan akuisisi,” sebutnya.

Peraturan di AS Bisa Menjadi Asasnya

Menurut Fidelity, rancangan undang-undang infrastruktur di Amerika Serikat yang disahkan pada November 2021 dipandang akan membantu kripto Bitcoin mendapatkan pengakuan sebagai kelas aset yang lebih sah.

Fidelity mengatakan, bahwa kendati undang-undang tersebut kurang jelas, ada anggota parlemen yang menyadari hal ini dan berusaha keras untuk mengubah undang-undang tersebut untuk menyelamatkannya.

“Undang-undang tersebut dijadwalkan mulai berlaku pada tahun 2024 dan sudah ada beberapa amandemen yang diusulkan, jadi hanya waktu akan memberi tahu apa yang akan terjadi dengan undang-undang itu sendiri,” pungkas Fidelity.

AS sendiri relatif akomodatif dengan pasar kripto, termasuk Bitcoin. Itu ditandai dengan tidak ada larangan Bitcoin sebagai alat pembayaran barang dan jasa di dalam negeri. AS juga mendukung industri tambang Bitcoin, berseberangan dengan kebijakan Tiongkok yang lebih memilih aman masuk ke jalur NFT.

AS Lebih Mengkomodir Bitcoin

Di AS juga ada produk reksadana Bitcoin Berjangka (ETF), masuk di Nasdaq dan NYSE. Patut dicatat, bahwa pasar ETF AS adalah yang terbesar di dunia. Sebelumnya, pada Desember 2017, Chicago Mercantile Exchange (CME) meluncurkan produk Bitcoin Berjangka. Itu kali pertama di dunia, sebagai bentuk apresiasi terhadap kelas aset baru itu.

Dua peristiwa amat bersejarah itu serupa dengan emas, masing-masing pada tahun 1970 masuk ke pasar berjangka dan pada tahun 2003 masuk ke pasar ETF. [ps]

Terkini

Warta Korporat

Terkait