CEO Ripple Labs Mempertimbangkan Burn XRP

CEO Ripple Labs, Brad Garlinghouse mengatakan bahwa pihaknya mempertimbangkan gagasan pemusnahan (burn) unit XRP. Jikalau burn bisa terjadi, bisa mendongkrak harganya ke langit ke tujuh?

Hal itu disampaikan Garlinghouse di kanal Youtube Thinking Crypto pada 21 April 2021 lalu.

“Saya tidak mengesampingkan gagasan apa pun. Jika saya pikir gagasan itu masuk akal untuk ekosistem XRP, maka pasti Ripple akan mempertimbangkannya,” kata Garlinghouse menjawab pertanyaan tim Thinking Crypto.

Berdasarkan data terkini di Coinmarketcap, pasokan beredar alias circulating supply unit XRP adalah 45.404.028.640 XRP.

Harga tertinggi sepanjang masa adalah US$3,84 pada 4 Januari 2018.

Pasokan maksimal adalah 100 milyar XRP. Jadi baru 45,40 persen XRP yang beredar saat ini.

Ide untuk memusnahkan unit XRP yang sangat besar ini bukanlah hal baru.

Brad Garlinghouse CEO Perusahaan Ripple Labs.

Pada akhir tahun 2020, CTO Ripple Labs David Schwartz sudah mewacanakan hal serupa.

Katanya kala itu, perusahaan bersama-sama dengan simpul jaringan, validator dan komunitas terkait lainnya sepakat untuk memusnahkan unit aset dari escrow wallet.

Dan mengingat sejumlah pendiri Ripple Labs memiliki jumlahnya XRP yang banyak, maka gagasan burn pada prinsipnya bisa terwujud.

“Jika mayoritas menginginkan perubahan aturan, maka minoritas sulit menolaknya,” tambahnya.

Dampak Positif dan Negatif

Mekanisme burn mungkin bisa berimbas positif terhadap harga unit aset kripto.

Dalam hal ini XRP, kapitalisasi pasarnya yang tinggi, termasuk volume perdagangannya, burn bisa berdampak pada kenaikan harga aset itu.

Tentu penerapan burn secara teoritis bisa saja terjadi, karena Ripple Labs memiliki porsi suara yang besar untuk membuat perubahan drastis.

Hanya saja yang penting mempertimbangkan soal biaya transfer yang mungkin bisa tinggi, jika harga aset itu naik setelah melalui mekanisme burn.

Biaya transfer yang tinggi akan tantangan tersendiri, mengingat mitra penting Ripple Labs banyak di ranah keuangan, seperti remitansi yang mengandalkan biaya transaksi yang murah.

Ripple Labs sendiri masih “berkasus” dengan Komisi Bursa dan Sekuritas (SEC) di Amerika Serikat. SEC menilai penerbitan aset kripto tergolong sekuritas alias kontrak investasi tak berizin.

Namun Ripple Labs mendapatkan dukungan di wilayah Asia, khususnya di Singapura dan Jepang lewat SBI Groups. [vins]

Terkini

Warta Korporat

Terkait