Cuan Penambang Bitcoin Capai Rekor, Rp754 Milyar Per Hari

Cuan para miner (penambang) Bitcoin mencapai rekor, sekitar US$52,3 juta (Rp754 milyar) per hari.

Bisnis menambang Bitcoin semakin menguntungkan. Awal pekan ini, penghasilan miner mencapai rekor baru US$52,3 juta per hari, menurut perusahaan analisis dan data blockchain, Glassnode.

Glassnode menyebutkan fakta itu sangat positif, sebagai jaminan keamanan jaringan blockchain Bitcoin. Maklumlah, peran sentral miner adalah untuk memverifikasi dan memvalidasi setiap transaksi unit moneter BTC.

Keuntungan yang diraih penambang adalah simbol keyakinan mereka untuk terus di bisnis ini, mengingat permintaan dan penggunaan Bitcoin terus meningkat.

Bisnis penambangan Bitcoin memang mengonsumsi listrik yang sangat besar. Dan itu menjadi pusat kritik, khususnya bagi mereka yang tidak mendukung pertumbuhan nilai Bitcoin yang ganjil.

Menurut Pusat Kajian Keuangan Alternatif Universitas Cambridge, penambangan Bitcoin secara global mengonsumsi energi sekitar 14,44 GW atau 128,77 Twh per tahun. Berdasarkan data Digiconomist, jejak karbon penambangan Bitcoin setara dengan di kota London.

Berdasarkan data terkini dari Universitas Cambridge itu, konsumsi listrik penambangan Bitcoin di seluruh dunia mencapai 130,39 TWh per tahun. Angka itu sudah melebihi konsumsi listrik di Argentina (125,03 TWh per tahun) dan Ukraina (128,81 TWh per tahun). Angka itu pula mendekati Swedia dan Malaysia.

Tiongkok masih mendominasi bisnis tambang Bitcoin, mencapai 65,08 persen. Kota Xinjiang di negeri itu mendominasi hingga 35,76 persen.

Konsumsi listrik tambang Bitcoin secara global dibandingkan konsumsi listrik di sejumlah negara. Sumber: Universitas Cambridge.

Glassnode menekankan, kendati Bitcoin mengalami Halving pada Mei 2020 lalu, ketika block reward berkurang dari 12,5 BTC menjadi 6,25 BTC, penambang tetap untung di harga saat ini.

Tiongkok masih mendominasi bisnis tambang Bitcoin, berdasarkan total hash rate-nya.

Pasalnya permintaan terhadap Bitcoin terus tinggi, termasuk transaksinya yang tak meluruh.

Patut dicatat, bahwa selain mendapatkan Bitcoin lewat memverifikasi block (pasokan Bitcoin yang baru rata-rata per 10 menit), penambang juga mendapatkan Bitcoin dari biaya transfer alias fee.

Glassnode mengungkapkan, biaya transaksi terkait aktivitas di bursa aset kripto juga merupakan tolok ukur penting untuk melacak pergerakan dan prioritas pasar. Saat ini, 30 persen biaya transaksi berasal dari bursa aset kripto.

Ada transaksi besar di bursa-bursa aset kripto saat ini, mengingat kondisi pasar. Jika harga Bitcoin bagus, maka hal itu juga baik bagi para miner. [decrypt.co/ed]

Terkini

Warta Korporat

Terkait