Don Tapscott: Blockchain Sangat Penting Bagi Tiongkok

Don Tapscott Ketua Pelaksana Blockchain Research Institute, belum lama ini mengatakan kepada Bloomberg, bahwa Pemerintah Tiongkok menilai teknologi blockchain sangat penting bagi perkembangan ekonomi negerinya.

“Beberapa waktu yang lalu saya berbincang dengan salah seorang petinggi Partai Komunis Tiongkok. Ia mengatakan, Presiden Xi Jinping menganggap teknologi blockchain adalah teknologi yang sangat penting bagi masa depan Tiongkok,” kata Don yang juga penulis buku Blockchain Revolution ini.

Menjawab pertanyaan jurnalis Bloomberg soal wacana pelarangan penambangan Bitcoin di Negeri Tirai Bambu itu, kata Don, sebenarnya pemerintah tak perlu melakukan itu, sebab dalam 20 tahun Tiongkok tak akan menggunakan Bitcoin. Orang-orang Tiongkok bisa jadi justru akan menggunakan mata uang uang yuan berbasis teknologi blockchain.

“Saya pikir Bank Sentral Tiongkok akan beralih ke mata uang digital,” kata Don.

Berdasarkan catatan Blockchainmedia, bukanlah rahasia umum Pemerintah Tiongkok memang mendukung besar-besar terhadap teknologi blockchain, kendati sembaru menyuguhkan sejumlah larangan beroperasi bursa kripto dan praktik ICO di negeri itu.

Menurut sebuah studi yang dirilis PricewaterhouseCoopers (PwC) pada 27 Agustus 2018, Amerika Serikat dan Tiongkok disebut oleh para responden sebagai pemimpin pasar untuk pengembangan blockchain, di mana Amerika mendapat hasil polling sebesar 29 persen, dan Tiongkok mendapat 18 persen. Responden juga memrediksi bahwa dalam tiga sampai lima tahun ke depan, pusat pengembangan blockchain akan bergeser dari Amerika (18 persen) ke Tiongkok (30 persen).

Untuk mendukung visi Pemerintah Tiongkok soal blockchain, telah didirikan Laboratorium Penelitian Blockchain pada China Electronics Standardization Institute (CESI). Mereka membentuk forum khusus blockchain yang dinamakan CESI’s Blockchain Technology and Industry Development Forum (CBD Forum). Forum ini didirikan pada tahun 2016 atas arahan Kementerian Industri dan Teknologi Informasi Tiongkok. Pada tahun yang sama, forum itu memublikasikan dokumen penting yang menegaskan visi itu, yakni: “China Blockchain Technology and Application Development White Paper (2016)” and “Reference Architecture of Blockchain”. Dalam dokumen itu memang disebutkan soal rekomendasi untuk melahirkan standar yang dimaksud.

Jack Ma, Pendiri Alibaba Group yang juga anggota Partai Komunis Tiongkok sejak lama meneliti dan mengembangkan teknologi blockchain, namun dengan sejumlah catatan penting. Pada September 2018 ia mengatakan, kecerdasan buatan, blockchain dan IoT adalah teknologi yang tidak bermakna jika mereka tidak membantu transformasi industri manufaktur, serta evolusi masyarakat menuju arah yang lebih ramah lingkungan dan inklusif. Itu semua sebagai fondasi revolusi industri keempat oleh berbagai konglomerasi besar dan pemerintahan di negara-negara besar.

“Jika blockchain dapat digunakan dalam skala besar sebagai teknologi pemrosesan data utama dan basis data terdesentralisasi oleh perusahaan-perusahaan di industri manufaktur, maka sistem desentralistik akan mendapat adopsi mainstream di luar industri keuangan,” jelas Jack Ma.

Alibaba, perusahaan yang didirikan oleh Jack Ma kini sudah mengantongi 90 paten teknologi blockchain. Alibaba menempati peringkat pertama dunia di antara perusahaan dan organisasi yang lain, berdasarkan riset iPR Daily, kemarin, 4 September 2018. Jikalau dengan hitungan “matematika polos” terhitung sejak ditemukannya teknologi blockchain oleh Satoshi Nakamoto pada tahun 2008, maka Alibaba mematenkan karyanya satu setiap tahun.

Sementara itu, secara terpisah Bank Sentral Tiongkok punya struktur khusus di bawah, yakni PBoC’s Digital Currency Lab, yang sudah memiliki lebih dari 40 patent dalam 12 bulan sejak ia diluncurkan. Perusahaan lain yang punya 20 paten terkait blockchain, di antaranya adalah Tencent, Accenture, Ping An Insurance, Bitmain, Intel, Visa, Sony, Google dan China’s State Grid Corporation. Tencent sendiri mempercepat sistem reimburse berbasis blockchain di aplikasi milik mereka, We Chat. [vins]

Terkini

Warta Korporat

Terkait