Sosok Pavel Durov, Bos Telegram dan Bidan TONCoin

Sebagian orang mungkin sudah mengenal Pavel Durov, otak di balik aplikasi 500 juta umat, Telegram dan mata uang kripto yang dibidaninya, TONCoin. Akan tetapi, sebagian lainnya mungkin belum mengetahui tentang sosoknya. Siapakah sosok pria rupawan ini?

Pavel Durov memang cukup dikenal sebagai seseorang yang low profile, lantaran tidak mau sibuk berurusan dengan marketing dalam setiap produk yang diluncurkannya. Dia juga tergolong jarang tampil di media. Padahal, sepak terjangnya sudah cukup banyak, sampai-sampai ia disebut sebagai “Mark Zuckerberg-nya orang Rusia.” Mengapa demikian?

Pendiri VK, Facebook-nya Orang Rusia

Pada 2006, Pavel Durov membuat VK atau VKontakte, jejaring sosial terbesar di Rusia. Mirip-mirip dengan Facebook yang didirikan pada 2004, VKontakte bisa digunakan untuk mengirim pesan, berbagi gambar, audio, dan video, hingga memainkan permainan online berbasis browser.

Pavel Durov.

Karena kesuksesannya, Pavel Durov pernah membagi-bagikan uang dari lantai lima kantornya untuk berterima kasih pada orang-orang yang telah mendukung perkembangan platform jejaring sosialnya, VKontakte. Hingga pada 2014 saja, VK sudah memperoleh 280 juta pengguna aktif. Jumlah ini tentu terus bertambah seiring tahun.

Pada 2014, ia menjual platform jejaring sosialnya kepada perusahaan internet Mail.ru yang dimiliki oleh Ivan Tavrin. Sebelumnya, ia sempat menolak penjualan pada 2012 dengan mem-posting foto dirinya sendiri sedang mengacungkan jari tengah untuk merespons penawaran dari Ivan Tavrin. Berbekal penjualan tersebut, ia kemudian meninggalkan Rusia bersama saudaranya, terlebih perusahaan Tavrin itu disebut-sebut punya kedekatan dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin

Meluncurkan Telegram, Rumah Besar Warga Kripto Dunia

Tak lama kemudian setelah penjualan VK, Pavel Durov kembali meluncurkan platform untuk berkomunikasi pesan instan, yakni Telegram. Platform ini juga sudah lama diperbincangkan di Indonesia lantaran menyuguhkan privasi yang cukup pada pengguna.

Tak sama seperti platform komunikasi tetangga yang dikelola oleh Mark Zuckerberg, WhatsApp, Pavel Durov menawarkan keamanan data dan privasi yang lebih baik bagi para penggunanya. Jika platform sebelah memungkinkan interaksi penggunanya diintip oleh pihak ketiga, Telegram diklaim bisa menjadi platform komunikasi alternatif yang lebih aman dari mata-mata.

Apa Itu TONCoin, Buah Pikir Pavel Durov, Bos Telegram?

Meski sudah meluncurkan platform dengan jaminan keamanan, Pavel Durov tak terelak dari tuduhan massa yang mengatakan bahwa platform-nya justru tidak aman. Kemudian, ia mengatakan bahwa platform komunikasi selain Telegram banyak dikelola oleh orang Amerika Serikat, sehingga orang-orang tersebut kemungkinan membuka akses jika pemerintah AS kelak memerlukannya. Hal itu tentu tidak terjadi dengan Telegram yang dikelola olehnya. Entitas perusahaan Telegram sendiri terdaftar dan bermarkas di Inggris.

Membidani Kripto Lewat TONCoin

Tak hanya bertengger sebagai pendiri platform komunikasi Telegram, Pavel Durov juga sempat membidani blockchain TON (The Open Network), sebelumnya Telegram Open Network, yang kemudian mengalami pasang surut dalam urusan investasi dan pengembangan.

Tidak heran, Pavel Durov memang orang yang dikenal tak mau menghabiskan banyak waktu untuk urusan marketing. Sehingga, peluncuran TON pun akhirnya dinilai diam-diam, walaupun informasi TONCoin berseliweran di Telegram, berpangkal dari Telegram Channel resmi Durov ini.

Sebelum benar-benar resmi meluncurkan blockchain tersebut, Pavel Durov bersama saudaranya mengunjungi beberapa investor untuk melakukan penggalangan dana bagi proyek blockchain TON, dulu disebut aset kripto GRAM, yang kelak dipadukan ke platform jejaring sosialnya, Telegram.

Namun, atas aksinya yang cenderung diam-diam dan menggunakan vendor lain untuk mengatur segala urusan investasi di AS, akhirnya ia mengalami masalah hukum dengan SEC, Komisi Bursa dan Sekuritas Amerika Serikat.

TON yang dulunya adalah Telegram Open Network diinisiasi oleh Pavel Durov bersama saudara kandungnya yang ahli dalam dunia Blockchain, Nikolai Durov. Blockchain ini kemudian mengalami perubahan nama dan menyusul ketertinggalannya lewat NFT yang dinilai mampu menjawab kebutuhan pasar. Nikolai Durov adalah otak di balik blockchain ini.

Setelah Proyek Blockchain TON (TONCoin) Beralih dari Tangan Pavel Durov, Bos Telegram

Kini, TON sudah punya wajah baru dengan meninggalkan aset kripto GRAM menjadi TONCoin. Proyek ini kemudian didukung oleh kerabat lawasnya di VK, yaitu Andrew Rogozov yang dulunya adalah CEO dari platform jejaring sosial tersebut. Peran Andrew adalah menyelaraskan program tersebut agar bisa terhubung dengan berbagai platform, termasuk Telegram dan mungkin VK.

Berduel dengan Saudara Kandungnya, Nikolai Durov

Pavel Durov memang sering berduel dengan saudara kandungnya, Nikolai Durov, dalam urusan teknologi. Padahal, keduanya tidak ada yang benar-benar berasal dari bidang teknologi informasi. Pavel Durov pada 2006 dinyatakan lulus dari Saint Petersburg State University setelah menempuh studi filologi. Kemudian, kakak kandungnya, Nikolai, lulus dari universitas yang sama dengan gelar PhD dan menempuh S2 dengan jurusan matematika di Universitas Bonn, Jerman.

Namun, tidak ada yang tidak mungkin dari mimpi seseorang. Terbukti, baik Pavel maupun Nikolai yang lulus dari universitas dengan jurusan bukan teknologi informatika pun mampu menjadi dua tokoh penting dalam dunia tersebut. Bahkan, perannya sudah dirasakan secara global sebagai pendiri Telegram dan Blockchain TON (TONCoin).

Itulah kisah mengenai Pavel Durov dan kontribusinya dalam perkembangan teknologi. Dari kisah tersebut, kita bisa mengambil sisi baik dirinya yang tak gampang mundur menghadapi masalah dalam mengembangkan produknya, alih-alih malah membuatnya berjaya meski naik sedikit demi sedikit. [ps]

Terkini

Warta Korporat

Terkait