Harga Bitcoin Hari Ini Tembus Rp264,5 Juta, Masih Kuat Nanjak?

Harga Bitcoin hari ini terpantau sempat menembus kisaran US$17.147 atau setara dengan Rp264,5 juta per BTC. Lantas, bagaimana nasibnya dalam rentang beberapa bulan berikutnya?

Berdasarkan data dari crypto exchange Bitstamp melalui TradingView, harga Bitcoin hari ini, Sabtu (3/12/2022) sempat nongkrong di US$17.147 pada pukul 07.04 WIB.

Namun, ketika artikel ini ditulis, harga crypto nomor wahid itu tertekan tipis di kisaran US$17.017 setelah tengah hari, pukul 12.40 WIB.

TradingView Chart

Sedangkan di Investing, harga aset kripto itu berada di kisaran US$17.021, hanya naik US92,4 dalam 24 jam terakhir.

Harga Bitcoin Hari Ini dalam Rupiah di Indodax dan PINTU

Sementara itu terpantau di crypto exchange terpopular di Indonesia, Indodax, harga BTC diperdagangkan di kisaran Rp265.001.000 per BTC, naik tipis hanya 0,63 persen dalam 24 jam terakhir.

harga bitcoin hari ini

Sedangkan di PINTU, harga BTC cukup tipis berbeda dengan Indonesia untuk bernilai rupiah, yakni Rp264.438.459.

harga bitcoin hari ini di PINTU

Sedangkan di Coinmarketcap, sebagian acuan harga crypto rata-rata secara global, harga crypto besutan Satoshi Nakamoto itu setara Rp262.733.359.

5000 BTC Era Satoshi Nakamoto Pindah Address, Status Profit Setara Rp1,4 Triliun

Sentimen Positif di Pasar Kripto

Sentimen positif saat ini memang sedang masuk di pasar kripto, kendati hanya sedikit membetot kenaikan dalam kurun waktu cukup panjang.

Salah satu penyebab utamanya adalah sinyal kuat dari Ketua The Fed, Jerome Powell, bahwa ada kemungkinan besaran kenaikan suku bunga pada FOMC Desember 2022 mendatang jauh lebih kecil daripada November 2022. Sejumlah pengamat dan data terkini dari pelaku pasar memprakirakan hanya sebesar 50 basis point dari sebelumnya 4 kali berturut-turut sebesar 75 basis point. Proyeksi ini sudah dipaparkan sebelumnya pada November 2022 lalu.

Salah satu latar belakang pernyataan Powell itu adalah karena data ketenagakerjaan di AS mulai membaik, di mana tingkat pengangguran jauh lebih kecil daripada sebelumnya dan inflasi bisa ditekan cukup signifikan.

Ucapan Powell langsung direspons pasar valas, di mana indeks dolar AS turun cukup tajam, dari sebelumnya di kisaran 105 pada 2 Desember 2022 malam, kini menjadi 104,5 per Sabtu (3/12/2022) dini hari.

Ini adalah pukulan telak bagi DXY, karena beranjak turun dari kisaran 107 pada akhir November 2022 lalu. Sepanjang tahun 2022, DXY tertinggi berada di 114 pada 28 September 2022, yang mencerminkan hawkish-nya The Fed. Penguatan dolar sepanjang tahun ini memang mengerus nilai pasar saham dan pasar kripto.

Khusus harga Bitcoin dalam rupiah, dalam tujuh hari terakhir, berdasarkan data Coinmarketcap, harga terendah dan tertinggi Bitcoin, masing-masing adalah RpRp247.682.233 dan Rp265.315.426. Sedangkan dalam 30 hari terakhir, terendah Rp240.655.241 dan tertinggi Rp330.873.129.

Kemana BTC Mengarah Berikutnya?

Secara statistik, misalnya pada time frame mingguan dan bulanan, harga Bitcoin hari ini dan beberapa pekan dan bulan berikutnya berpotensi merekah.

Berdasarkan sinyal dari MACD BTC terhadap dolar AS, sejak awal Agustus, sebenarnya pasar mengakumulasi BTC cukup masif. Walaupun turun cepat pada awal November 2022, sejatinya dalam rentang pendek masih ada aura positif menanti.

TradingView Chart

Sedangkan dalam rentang waktu bulanan ada data yang cukup menarik, yakni bar MACD merah pudar semakin memendek sejak 1 Oktober 2022 dan masih berlangsung hingga 1 Desember 2022.

TradingView Chart

Secara teknikal, bar MACD merah pudar akan diikuti oleh bar hijau pekat yang menunjukkan kenaikan harga dalam jangka waktu sangat panjang, sembari memantau terus, crossing atas garis MACD dengan garis rata-ratanya.

Secara umum, indeks dolar pun masih berpotensi menguat, jikalau inflasi di AS melonjak lagi dalam beberapa bulan mendatang.

Pasalnya, ini akan memaksa The Fed akan menaikkan suku bunga lebih besar daripada sebelumnya. Patut dicatat, bahwa target inflasi AS adalah 2 persen yang di berdasarkan proyeksi TradingEconomics bisa terjadi pada akhir tahun 2023.

Momen ini yang mungkin sangat dinantikan pasar, karena The Fed bisa jadi memangkas suku bunga menjadi lebih rendah guna merangsang roda ekonomi bergerak normal kembali. [ps]

Terkini

Warta Korporat

Terkait