Investor Blockchain TON dan Kripto GRAM Rela Dana Tak Kembali

Setelah SEC Amerika Serikat “menendang” proyek Blockchain TON dan kripto GRAM beberapa waktu lalu, Telegram akhirnya memutuskan meminta persetujuan apakah investor awal ingin dana investasi dikembalikan. Kabar terakhir yang dilansir dari Forbes Rusia, menyebutkan bahwa investor rela Telegram tidak mengembalikan dana investasi mereka.

Namun demikian, itu tak berarti proyek ambisius ini berlanjut lebih cepat, sebab Pendiri dan CEO Telegram, Pavel Durov sebelumnya menyebutkan bahwa distribusi GRAM ditunda hingga April 2020, setelah pada 18-19 Februari 2020 pihaknya akan berunding dulu dengan SEC Amerika Serikat.

“Investor dari putaran pertama dan kedua untuk pembiayaan proyek blockchain TON, dengan suara mayoritas, menolak untuk menuntut pengembalian uang yang diinvestasikan dalam proyek itu dan setuju untuk menunggu sampai platform blockchain diluncurkan hingga April,” tulis Forbes Rusia Rabu (23/10/2019) berdasarkan wawancara dengan sejumlah sumber.

Secara total, proyek TON ini telah mengumpulkan US$1,7 miliar dari 171 investor (masing-masing dua putaran US$850 juta). Sumber Forbes menyebutkan bahwa ada 9 investor yang berasal dari Rusia dan selebihnya ada di Amerika Serikat dan dari negara lain.

Investor yang berada di Amerika Serikat inilah yang dipermasalahkan oleh SEC, bahwa sepatutnya sebelum 21 Oktober 2019, kripto GRAM yang mereka beli itu seharusnya sudah didistribusikan dan bisa diperdagangkan di Amerika Serikat. SEC menilai Telegram ingkar janji dan menuntut Telegram ke pengadilan di New York.

Selain melalui private sale di awal tahun 2018 itu, kripto GRAM pun dijual kepada publik di bursa kripto Liquid (Jepang) dan Tokenomy (Singapura). Di Liquid misalnya, GRAM terjual hingga Rp6,3 triliun. Penjualan GRAM di kedua bursa kripto itu dibesut oleh GRAMAsia yang mengaku sebagai investor Telegram terbesar di Asi [Forbes/vins]

Terkini

Warta Korporat

Terkait