Bitcoin lagi-lagi disebut kian terancam berkat perkembangan terkini komputer kuantum, yang kemampuannya berlipat-lipat daripada komputer super saat ini. Bagaimana mungkin?
Bitcoin, aset kripto terbesar di bumi, menggunakan rumus matematika yang rumit untuk mengamankan pasokan dan transaksinya.
Nah, tahun lalu, Google mengumumkan sukses membuat komputer kuantum yang mampu memecahkan persoalan matematika yang super rumit. Menurut Google, semua komputer super di dunia, kalau disatukan perlu ratusan tahun untuk memecahkannnya. Namun, menggunakan komputer kuantum, hanya perlu 20 menit saja.
Nah akibatnya, sejumlah pihak khawatir teknologi tersebut bisa mengancam Bitcoin, ketika kelak kemampuannya semakin tinggi.
Tiongkok Punya Lebih Canggih
Perkembangan terbaru datang dari sejumlah peneliti di Tiongkok, negara yang dikenal galak transaksi Bitcoin dan aset kripto, tetapi mendukung penambangan Bitcoin. Peneliti itu mengklaim telah menyaingi komputer kuantum Google.
“Pencapaian ini menjadikan negara kami sebagai pemimpin terdepan dalam penelitian komputasi kuantum internasional,” tulis tim peneliti itu di jurnal Science.
Peneliti menyebutkan purwarupa komputer kuantum “Jiuzhang” hanya perlu tiga menit untuk menyelesaikan perhitungan yang maha kompleks. Dibandingkan dengan menggunakan komputer super saat ini perlu waktu selama 600 juta tahun. Dengan kata lain kecepatan komputer kuantum itu sekitar 100 triliun kali lebih cepat daripada komputer super saat ini.
ARTIKEL LENGKAP SOAL KOMPUTER KUANTUM BISA DIBACA DI SINI
Serupa dengan komputer kuantum Google, “Jiuzhang”, kendati sudah terhitung super-super cepat, tapi belum bisa meretas sistem enkripsi digital saat ini, katakanlah SHA-256 yang juga digunakan oleh Bitcoin sebagai algoritma-nya.
Sistem Internet saat ini, misalnya world wide web, ketika anda mengakses website juga menggunakan SHA-256 agar informasi tak mudah diretas.
Namun demikian, perkembangan komputer kuantum jelas-jelas tidak bisa dianggap enteng, karena tak lagi fiksi ilmiah, tetapi sudah terapan. Tak hanya berupa rumus matematika di atas kertas, tetapi konkret.
“Dengan pencapaian komputer kuantum oleh Google dan Tiongkok ini, tampaknya komputer kuantum akan kian nyata,” kata Richard Murray, pemimpin perusahaan komputasi kuantum ORCA, dilansir dari Forbes beberapa waktu lalu.
Kendati demikian, dampak komputasi kuantum terhadap Bitcoin, aset kripto dan Internet masih menjadi lahan perdebatan.
Komputer kuantum adalah tantangan berat bagi keamanan blockchain Bitcoin. Suatu saat, komputer tersebut bisa menjadi sangat cepat, sehingga mengecilkan proses transaksi Bitcoin dan keamanannya terpecah, jelas peneliti kriptografi di perusahaan konsultan Deloitte.
Skenario tersebut masih jauh di masa depan. Tim Deloitte menjelaskan, ancaman komputasi kuantum bisa dilawan dengan transisi ke jenis kriptografi baru yang disebut kriptografi pasca kuantum yang tahan terhadap serangan kuantum.
“Komputer kuantum adalah mesin yang sangat khusus. Anda bisa membangun komputer kuantum yang memecahkan satu jenis enkripsi, tetapi ada banyak cara untuk mengakali ancaman tersebut bagi Bitcoin dan teknologi berbasis enkripsi lain,” kata George Gilder, seorang cendekiawan teknologi.
Kendati Tiongkok mengambil alih posisi terdepan di bidang penelitian komputasi kuantum, Bitcoin masih aman untuk saat ini. Jadi, sejauh ini tidak ada alasan untuk menjual Bitcoin Anda atas dasar adanya ancaman komputasi kuantum. [forbes.com/ed]