Lego dan Epic Games Kembangkan Metaverse Khusus untuk Anak-anak, Congklak ASIX Bisa Apa?

LEGO Group bekerjasama dengan Epic Games (perusahaan di balik game engine Unreal dan game Fortnite) mengembangkan metaverse khusus anak-anak. Dari Indonesia, misalnya Leslar (disokong Ketua MPR RI), BNI, WIRGroup, ASIX (dengan game Congklak yang aneh itu) dan sebagainya bisa apa, ketika budaya fotokopi KTP saja masih “dijunjung tinggi”?

“Kemitraan jangka panjang ini untuk membangun masa depan metaverse yang aman dan menyenangkan bagi anak-anak dan keluarga, termasuk membuka peluang luas sebagai kreator,” kata Niels B Christiansen CEO LEGO Group, Kamis (7/4/2022) lalu.

Niels  menambahkan, anak-anak zaman sekarang lekat dengan dunia digital, termasuk bermain game. Mereka meyakini itu adalah potensi pasar yang besar untuk mengembangkan kreativitas mereka di dunia yang baru di metaverse.

LEGO Rancang Metaverse Ramah untuk Anak-anak

“Kerjasama kami dengan Epic Games memastikan metaverse yang mendukung itu semua, selain ramah dan aman untuk semua umur, khususnya bagi anak-anak,” kata Niels.

Lego sendiri bukanlah nama baru di di dunia video game, dimulai dengan rilis tahun 1997, Lego Island. Sejak saat itu, perusahaan telah memproduksi total 85 video game berdasarkan produknya.

Namun, sementara game ini memungkinkan multipemain lokal, artinya orang dapat bermain bersama jika mereka berada di tempat yang sama, atau dalam perusahaan, mereka tidak mengizinkan partisipasi multipemain secara daring.

Pemain tidak dapat bermain di Internet dengan teman atau orang lain. Platform baru ini, metaverse, akan memungkinkan anak-anak untuk bermain secara daring dengan teman-teman dan merupakan perkembangan alami bagi perusahaan di dunia yang semakin online.

Ini memberi anak-anak apa yang mereka inginkan, sementara juga menjanjikan ketenangan pikiran orang tua, sebut LEGO terkait potensi ketidakamanan sosial di metaverse.

Kemitraan dengan Epic mengikuti periode pertumbuhan signifikan untuk Lego, yang penjualannya melonjak 27 persen pada tahun 2021, ketika anak-anak dan orang dewasa membeli mainan set bangunannya selama pandemi.

Dengan tingkat pertumbuhan yang diperkirakan akan turun kembali ke tingkat pra-pandemi saat krisis kesehatan mereda, LEGO masuk ke tren digital kekinian ini.

Gagap Metaverse, Dari Mark Zuckerberg, Hingga Shiba Inu

Gaung bisnis metaverse berpangkal dari Mark Zuckerberg. Pada Oktober 2021 lalu ia mengumumkan fokus pada pengembangan dunia virtual 3 dimensi interaktif itu. Ia memimpikan di dunia baru itu, manusia mendapatkan gambaran virtual yang lebih apik, tempat orang bisa rapat daring, bermedia sosial, berbelanja, bermain game dan banyak hal lagi.

Dari sana nama perusahaan Facebook berubah menjadi Meta Platform, sebagai penegas visi dan misi baru itu.

Namun, Zuckerberg tampak tersengal-sengal, pasalnya produk metaverse mereka tidak kunjung selesai, malah disalip oleh perusahaan lain. Lihatlah Microsoft yang membeli perusahaan game Blizzard Activision dengan nilai setara Rp900 triliun. Microsoft juga bersiap untuk metaverse, kata sang CEO.

Hingga detik ini tak terhitung jumlah perusahaan yang ingin masuk ke bisnis metaverse. Shiba Inu misalya mencicipi itu lewat SHIB: The Metaverse, menjawab metaverse Decentraland yang jauh lebih popular dan lebih banyak penggunanya, mulai dari artis papan atas hingga perusahaan keuangan untuk sekadar meningkatkan brand awaresness.

Mimpi Metaverse Asli Indonesia

Perusahaan keuangan CITI Group belum lama ini memprakirakan nilai bisnis metaverse bisa mencapai US$13 triliun pada tahun 2030.

Angka ini tentu saja sulit dilewatkan oleh siapa saja yang merasa punya potensi dan “modal mimpi”, termasuk dari Indonesia, seperti Leslar, BNI, WIRGroup, ASIX dan sebagainya, ketika budaya fotokopi KTP masih disukai? [ps]

Terkini

Warta Korporat

Terkait