Menapaki Jejak Perjalanan Bitcoin

Menapaki jejak perjalanan Bitcoin secara satu persatu memang tak cukup termaktub dalam satu artikel pendek ini. Tapi, setelah 12 tahun berjalan, kelas aset baru itu sukses menjadi buah bibir, sebagai instrumen investasi amat bernilai. Artikel ini hanya secuil penapakan kita, sebagai penyegar pemikiran.

Sejak muncul pertama kali pada tahun 2008 kehadiran Bitcoin sukses menghadirkan kejutan bagi para investor dan seluruh kalangan di berbagai belahan dunia.

Harganya yang kini mencapai ratusan juta rupiah, meski bergerak begitu dinamis, menjadikan Bitcoin banyak dilirik oleh berbagai kalangan.

Bahkan tak sedikit yang percaya bahwa aset kripto—sebagian lebih suka menyebutnya mata uang alias currency—ini telah membantu membuka jalan bagi munculnya aset kripto lain. Pada akhirnya itu mengubah cara pandang dunia soal definisi alat tukar.

Langkah Awal Bitcoin
Ide awal Bitcoin pertama kali diutarakan pada 31 Oktober 2008 oleh Satoshi Nakamoto melalui makalah ilmiah-nya “Bitcoin: A Peer-to-Peer Electronic Cash System”. Sosok asli Nakamoto masih misteri hingga detik ini.

Gagasan dasar Nakamoto pada dasarnya sederhana, yakni menciptakan sistem uang elektronik yang berada di luar sistem negara.

Dalam sistem itu ada dua komponen utama, yakni sistem transfer, penciptaan unit nilai uangnya (monetary unit), juga disebut Bitcoin (BTC) dan sistem moneternya (kendali jumlah unit uangnya yang sangat terbatas).

Untuk mewujudkan gagasan itu, tulis Nakamoto, semua data transaksi (ledger) harus dibuat terbuka dan disimpan serupa oleh semua pihak yang berada di jaringan itu.

Kembali ke Asal, Apa Itu Bitcoin?

Karena catatan transaksi didistribusikan secara peer-to-peer, maka sifat desentralistik bisa dimunculkan.

Itulah sebabnya tidak ada entitas terpusat yang menguasai sistem itu, yang belakangan kita sebut dengan blockchain, karena sekumpulan data terkait secara kronologis

Berkat jaringan peer-to-peer itu pulalah, potensi double spending terhadap unit uangnya bisa ditekan semaksimal mungkin dan BTC bisa ditransfer secara langsung tanpa melalui lembaga keuangan.

Penegasan soal itu, menurut Kris Marszalek, CEO Crypto.com, BTC pada prinsipnya secara langsung dikirimkan tanpa melibatkan pihak perantara.

Nilai Awal
31 Oktober 2008 adalah sekadar pengenalan gagasan besar Nakamoto. Baru pada 3 Januari 2009, block Bitcoin perdana (genesis block) ditambang.

Itu penanda penting awal sistem blockchain Bitcoin itu berjalan, sekaligus penciptaan unit uangnya, yakni 50 BTC.

Meski demikian, menurut Profesor Mark Grabowski di Universitas Adelphi, ketika itu BTC masih belum memiliki nilai tukar apapun.

Seluruh transaksi yang melibatkan pengiriman Bitcoin kala itu dilakukan tak lebih dari sebatas “bersenang-senang” atau sekadar eksperimen teknologi komputer bersalut kriptografi.

Setidaknya butuh lebih dari setahun kemudian untuk mencatatkan nilai ekonomi pertama dari aset kripto itu, ketika 10.000 BTC ditukar dengan 2 loyang pizza porsi besar bermerek Papa John.

Transaksi itu terjadi pada 22 Mei 2010 silam oleh Laszlo Hanyecz di Florida, Amerika Serikat melalui Bitcointalk. Ketika itu harga dua loyang pizza setara US$25 (Rp350 ribu dengan kurs hari ini).

Berpatokan pada transaksi itu, menurut Grabowski, maka nilai awal Bitcoin setidaknya sekitar US$0,0025 per BTC.

Lantas peristiwa fenomenal itu kelak diperingati setiap tanggal 22 Mei sebagai “Bitcoin Pizza Day” oleh pendukung Bitcoin.

Bursa Bitcoin Pertama
Sebelum transaksi pizza itu, pada 15 Januari 2010, seorang pengguna di Bitcointalk membuka bursa Bitcoin pertama, yakni Bitcoinmarket.com. Nilai BTC pun dipatok dengan nilai dolar AS yang disesuaikan dengan permintaan dan penawaran.

Dari yang awalnya hanya bernilai US$0,0025, per 20 Desember 2020 saja, nilai 1 BTC setara dengan US$23.548,90.

Dengan valuasi setinggi itu, tidaklah berlebihan jika Bitcoin dianggap sukses mendominasi pasar mata uang kripto. Nyatanya demikian dan sulit dibantah.

Gejolak Harga Bitcoin
Ada satu hal yang pasti mewarnai perjalanan sejarah Bitcoin, yaitu harganya yang bergerak demikian dinamis, naik turun alias volatil.

Menurut penuturan Learncrypto, per Februari 2011 silam, nilai Bitcoin tercatat berhasil menembus US$1. Ini untuk kali pertama sepanjang sejarah. Namun, hanya butuh 4 bulan yakni, pada Juni 2011 harganya meroket ke US$31.

Momen itu sekaligus menandai “penggelembungan” harga Bitcoin yang terjadi untuk pertama kalinya.

Dua tahun berselang, pada April 2013, nilainya kembali merangkak naik ke US$200. Nilainya kemudian kembali naik secara signifikan menjadi US$1.000 pada November di tahun yang sama. Setelah beranjak 4 tahun, nilainya menjadi 10 kali lipat.

Kini, 12 tahun berselang, sejak konsep awalnya dikemukakan, Bitcoin telah mencatat nilai rekor, US$42.000 per BTC (Rp588 juta).

Nilai tukarnya yang demikian tinggi membuat aset kripto yang satu ini diincar oleh banyak kalangan, tapi bukan berarti harga Bitcoin terus mengalami kenaikan.

Tercatat di awal tahun 2018, aset kripto ini mencatatkan penurunan nilai tukar secara drastis.

Beberapa kalangan menyebut bahwa hal itu terjadi di tengah ketidakpastian akibat tingginya tingkat penipuan menggunakan Bitcoin yang terjadi kala itu.

Di samping itu, awal tahun 2018 juga ditandai dengan rendahnya rasa percaya di antara para penambang Bitcoin.

Besarnya ketidakpastian di dunia Bitcoin kala itu juga yang kemudian mendorong para pelaku perbankan di berbagai negara untuk mulai masuk ke ranah uang digital itu. Langkah ini kemudian terbukti berdampak positif.

Hal ini bisa dilihat dari kondisi pasar Bitcoin yang semakin matang. Sistem transaksi Bitcoin menjadi semakin canggih, efisien dan beragam. Pasar spot dibarengi dengan pasar derivatif oleh perusahaan besar seperti CME Groups.

Para pelaku yang terlibat mulai menerapkan praktik-praktik inti setara lembaga perbankan. Hal ini dilakukan untuk menerapkan langkah-langkah yang dibutuhkan untuk membangun pasar Bitcoin yang tidak hanya berkesinambungan, tetapi juga layak untuk seluruh aktivitas perdagangan dan investasi Bitcoin.

Sebuah Ikhtisar
Perjalanan panjang Bitcoin sungguh menarik untuk disimak, karena belum perlu ada tanda titik yang perlu ditorehkan. Pasalnya, karena Bitcoin mampu mengundang kita untuk kembali mempertimbangkan dua hal penting terkait uang.

Pertama, sejarah Bitcoin mengajarkan kita bahwa uang pada dasarnya adalah sebuah barang (komoditi), seperti uang dolar di pasar valas.

Dan Kedua, uang tidaklah muncul begitu saja, melainkan dari sebuah proses pasar yang berkelanjutan, hingga kita menggambarkan nilainya untuk masa depan. [red]

Terkini

Warta Korporat

Terkait