Ngakak! Jual Bitcoin Rp56 Milyar Gara-gara Rumor Double Spending

Ada saja alasan untuk menjual Bitcoin yang harganya sudah selangit itu. Kalau orang lain menjual Bitcoin karena alasan sudah cuan lalu bisa membeli mobil bekas, lain halnya dengan perusahaan yang satu ini.

Adalah NexTech, perusahaan asal Kanada kemarin menjual 130 BTC yang dibelinya pada tahun lalu. Bitcoin sebanyak itu akhirnya terjual senilai US$4 juta atau setara dengan Rp56 milyar.

“Uniknya”, alasan perusahaan menjual Bitcoin itu karena muncul kabar di sejumlah media siber, bahwa telah terjadi transaksi double spending Bitcoin.

Double spending adalah problem di uang berbentuk digital, di mana unit uangnya digunakan lebih dari dua kali.

Hal itu hanya bisa terjadi ketika data serupa diproses di block transaksi yang berbeda. Dan itu pun bisa diakibatkan jika terjadi 51 percent attack terhadap lebih dari separuh sistem blockchain Bitcoin. Masalahnya tidak pernah terjadi serangan terhadapnya.

Perusahaan Virtual Reality Ini Akan Beli Bitcoin US$2 Juta

Sederhananya, jikalau double spending terjadi, penyerang pada dasarnya menyalin (copy) “satu data digital uang” di dalam sistem. Ingat, unit nilai dalam Bitcoin pada prinsipnya adalah bit dan byte (digital).

Salinannya kemudian bisa digunakan untuk transaksi yang berbeda. Dengan kata lain, unit uang yang beredar pada prinsipnya bertambah, padahal seharusnya terbatas sesuai dengan kode programnya.

Bagi NexTech, peristiwa itu membuatnya tidak yakin dengan keunggulan sistem Bitcoin, sehingga dicap tak bermutu dan membuktikan adanya kelemahan.

Satoshi sendiri mengklaim bahwa sistem uang yang diciptakannya itu bisa mencegah terjadinya double spending, karena dijalankan dalam jaringan peer-to-peer melalui Internet.

Dengan cara itulah, tidak ada entitas terpusat yang menguasai sistemnya. Dan hingga detik ini, tidak pernah terjadi double spending Bitcoin, sebagai bukti keunggulannya.

Pun, kalau ada yang berminat, misalnya oleh sekumpulan penambang asal Tiongkok kompak menyerang, maka harus bermodal banyak. Segini biayanya!

Hilang Kepercayaan
“Kami telah menjual Bitcoin kami, sekitar 130.187 BTC dan membukukan laba sekitar US$200.000,” sebut Evan Gappelberg CEO NexTech dalam siaran pers resminya kemarin, 22 Januari 2021.

Alasan Gappelberg adalah kabar soal double spending itu merusak kepercayaan mereka terhadap sistem blockchain Bitcoin.

“Kemungkinan adanya double spending menggugurkan kepercayaan pengguna terhadap Bitcoin, karena praktis pasokannya tak bisa disebut lagi langka. Ini menghancurkan nilainya. Karena hal itulah, kami beralih ke uang tunai biasa,” sebut Gappelberg.

Gappelberg tidak menyebutkan darimana dia mendapatkan kabar itu. Namun yang pasti, sebelumnya, pada Rabu lalu, bursa aset kripto BitMex (yang kini sedang berkasus dengan CFTC dan dikenal sebagai donatur ke kelompok developer Bitcoin) menulis soal itu di Twitter-nya.

“Ada kemungkinan double spending berskala kecil, sekitar 0,00062063 BTC (US$21),” sebut BitMex.

Menyusul itu, media siber Cointelegraph memberitakannya dengan judul “Bitcoin Double Spend Spotted in The Wild“.

Dua kabar itulah yang mungkin yang membuat Gappelberg menjadi gusar dan mungkin sejumlah investor lain.

Dan mungkin pula memantik aksi jual oleh investor dan trader retail kelas teri. Harga Bitcoin ketika itu terpantau merunduk.

Akhirnya BitMex meluruskan “kemungkinan” adanya double spending itu. BitMex mengatakan bahwa itu hanyalah “RBF” alias “Replace By Fee”.

RBF itu merujuk pada cara yang memungkinkan pengirim untuk mengganti transaksi yang “macet” atau belum dikonfirmasi. Caranya adalah dengan memasukkan biaya transaksi (fee) yang lebih besar. Ini dilakukan untuk memastikan transaksi terkonfirmasi secepat mungkin.

Replace By Fee menggunakan input transaksi yang sama dengan yang asli (sebelumnya). Ini tidak dianggap sebagai double spending, karena address penerima biasanya tetap sama,” tertera dalam kamus Bitcoin di Blockchain.com.

Pakar Blockchain asal Australia, Dimaz Ankaa Wijaya pernah menjelaskan soal itu secara gamblang di media ini.

“RBF hanya memudahkan penggantian transaksi. Sesuai dengan namanya, maka ia disebut adalah ‘penggantian ongkos transaksi’. Faktanya, RBF itu opt-in, bukan opt-out. Artinya RBF harus diatur pada transaksi awal sebelum dapat diganti. RBF itu fitur yang disematkan dalam Bitcoin setelah melalui mekanisme BIP, dikomentari, dikaji dan diujicoba, Barulah RBF diterapkan dan dapat digunakan. Menurut saya klaim double spending attack terhadap Bitcoin oleh Otto adalah menyesatkan,” jelas Dimaz.

Replace-by-Fee (RBF) pada Bitcoin, Fitur untuk Double Spending?

Mitos soal double spending bukan kali ini saja menyeruak. Pada tahun lalu, seorang pendukung garis keras Bitcoin Cash (BCH) menggelorakan itu sebagai sebuah kelemahan Bitcoin dan tidak bisa terjadi pada BCH. Kala itu dia bertransaksi di sebuah kafe di Australia, membeli beberapa botol bir.

Padahal mekanisme transaksi yang ia sebut sebagai “double spending” hanyalah transaksi biasa yang belum terkonfirmasi di jaringan blockchain Bitcoin, tetapi digantikan dengan transaksi lainnya yang fee-nya lebih besar. Tujuannya, adalah agar transaksi sebelumnya lebih cepat dikonfirmasi.

Heboh Pembuktian Double Spending Bitcoin Gara-Gara Fitur RBF

Nah, kala itu fitur RBF itu memang tidak tersedia di dompet Bitcoin Cash. Padahal fitur itu, di Bitcoin sangat berguna, agar transaksi lebih cepat diselesaikan.

Ingat, proses konfirmasi ini dilaksanakan oleh penambang Bitcoin dan fee transaksi diterima oleh penambang itu.

Penambang lazimnya memprioritaskan fee transaksi yang lebih besar (mahal) daripada yang tidak.

Satu (1) konfirmasi rata-rata memakan waktu selama 10 menit, sebagai waktu transaksi paling cepat di blockchain Bitcoin, berdasarkan periode kemunculan block-nya.

Transaksi ini bisa terjadi jikalau menggunakan dompet Bitcoin yang private key-nya dikendalikan oleh pengguna sendiri, bukan melalui dompet di bursa aset kripto.

Please explain network propagation with unconfirmed transactions (blockchain.info)  - Bitcoin Stack Exchange
Contoh transaksi Bitcoin yang belum terkonfirmasi.

Ini juga sebagai penjelasan, ketika merchant menerima transaksi menggunakan Bitcoin. Jika transaksi belum terkonfirmasi di blockhain, maka pada prinsipnya “belum sah”, karena miner belum memverifikasinya alias mengantre dahulu.

Hasil gambar untuk double spending

Jikalau terlalu lama, maka merchant bisa meminta pembeli (pengirim) Bitcoin untuk mempercepat transaksinya.

Caranya adalah dengan melakukan RBF itu. “Tambahkan fee transaksinya, ya mas!” begitu kira-kira.

Namun, terlepas dari alasan perusahaan menjual Bitcoin sebanyak itu dan sudah mencicipnya cuan-nya, kita bisa saja agak berspekulasi, bahwa perusahaan itu sekadar mencari pembenaran untuk mendapatkan keuntungan. Semoga tidak yah… [red]

Terkini

Warta Korporat

Terkait