Menyoal Mimpi VanEck: Harga Bitcoin Bisa Menjadi US$4,8 Juta

Harga Bitcoin bisa menjadi US$4,8 juta, sebut VanEck perusahaan investasi ternama asal Amerika Serikat. Sejumlah analis dan media lokal menyebutnya prediksi, tetapi mungkin lebih mirip mimpi. Van Eck juga punya “kepentingan” bisnis di sektor produk investasi bernilai kripto.

Prediksi itu ditulis oleh Eric Fine dan Natalia Gurushina, masing-masing adalah Head of Active EM Debt dan Chief Economist Emerging Markets Fixed Income Strategy di VanEck di situs resmi Van Eck pada 30 Maret 2022 lalu.

“Konsep uang telah berubah. Sanksi ekonomi terhadap Bank Sentral Rusia oleh Barat membuat hilangnya cadangan dolar AS, euro dan yen di lembaga moneter itu. Ini akan mengurangi permintaan terhadap mata uang itu sebagai aset cadangan [cadangan devisa-Red]. Itu justru menguntungkan emas, yang menurut kami bisa mencapai U$31 ribu per troy ons dan harga Bitcoin bisa mencapai US$1.300.000 per BTC,” sebut kedua penulis di awal catatannya.

Angka itu adalah prediksi minimal. Di bagian lain catatan itu disebutkan, “harga tersirat” Bitcoin menggunakan agregat M0 (M-nol) yang digunakan untuk menghitung nilai emas, adalah sekitar US$1.300.000 per BTC.

“Sedangkan harga tersirat Bitcoin menggunakan M2 secara global adalah US$4.800.000 per BTC,” sebut mereka.

CEO Van Eck: Investor Bitcoin Pindah ke Emas

Perlu pembaca pahami, bahwa ulasan VanEck dalam sudut pandang moneter alias “ilmu peredaran uang fiat” yang dimonopoli oleh bank sentral sebuah negara. Oleh sebab itu konteks teknisnya, seperti yang disebutkan di atas adalah istilah M0/M1 dan M2/M3/M4.

Secara umum definisi jumlah uang beredar (money supply) adalah jumlah uang tunai atau mata uang yang beredar dalam suatu perekonomian. Jumlah uang beredar memperhitungkan jumlah barang-barang non-tunai seperti kredit dan pinjaman. Peningkatan jumlah uang beredar tanpa kendali bisa menyebabkan inflasi. Ini sudah terjadi di Amerika Serikat.

Di Amerika Serikat, jumlah uang beredar dikategorikan oleh berbagai agregat moneter (total jumlah uang beredar, termasuk M0, M1 dan M2).

Untuk M0/M1, didefinisikan sebagai uang sempit. Ini adalah cara untuk mengukur dan mengkategorikan jumlah uang beredar dalam suatu perekonomian. Ini termasuk jenis uang tertentu yang sangat likuid. Karena likuiditasnya, mudah diakses dan dapat digunakan untuk pengeluaran segera. Contoh umum adalah dolar AS untuk transaksi perdagangan internasional, termasuk pula yen dan euro.

Investopedia menjelaskan, M0, sama dengan mata uang logam, kertas fisik dan uang cadangan bank sentral. M1, biasanya agregat yang paling umum digunakan, mencakup M0 selain giro dan cek perjalanan yang dapat dengan mudah diubah menjadi uang tunai.

Sedangkan M2, termasuk M1 yang dapat digunakan sebagai indikator inflasi jika dibandingkan dengan PDB meliputi M1 selain tabungan dan pangsa pasar uang (pasar valas), termasuk deposito berjangka jangka pendek di bank dan dana pasar uang tertentu. Sedangkan M3 termasuk M2 selain deposito jangka panjang. Namun, M3 tidak lagi dimasukkan dalam pelaporan oleh Bank Sentral AS.

Van Eck menyebutkan, M2/M3/M4 termasuk jenis uang tertentu yang dianggap kurang likuid.

VanEck mengakui sulit melakukan pengukuran untuk kripto yang jumlahnya ribuan. Oleh sebab itu mereka memilih satu saja yang paling popular, sekaligus pelopor, yakni Bitcoin dengan maksimal yang bisa ditambang, hanya 21 juta BTC dan berlaku mekanisme halving setiap 210.000 block (setara 4 tahun sekali). Per 1 April 2022, sudah 19 juta BTC yang sudah ditambang. Tersisa 2 juta BTC lagi. Berdasarkan sistem Bitcoin, maka BTC habis ditambang sekitar pada tahun 2140.

Jadi, apa yang dilakukan VanEck dalam hitungan mereka adalah dengan membagi M0 dan M2 global dengan jumlah Bitcoin yang beredar (sudah ditambang). Untuk melihat statistik M2 dolar AS saja, bisa dibaca di laman ini. Data terakhir saja, Februari 2022, total pasokan dolar AS (M2) mencapai 21,81 triliun. Jika dibandingkan 31 Januari 2018 mencapai 13,87 triliun.

“Harga tersirat Bitcoin menggunakan agregat M0 yang sama yang kami gunakan untuk emas adalah sekitar US$1.300.000 per BTC. Sedangkan harga tersirat Bitcoin menggunakan M2 global adalah US$4.800.000 per BTC,” sebut penulis.

Kedua penulis menggarisbawahi, bahwa catatan ini bukanlah sebuah kerangka kerja utuk mencapai tujuan khusus.

“Ada banyak variabel yang membuat kisaran itu menjadi lebih rendah. Catatan ini adalah sekadar memasukkan probabilitas skenario,” sebut mereka.

Aset alternatif lain yang mungkin dipertimbangkan oleh bank sentral negara sebagai aset cadangan selain emas dan Bitcoin adalah real estat atau ekuitas setara mata uang.

VanEck sendiri secara korporat, memiliki saham dalam industri kripto, seperti Bitcoin ETF, dengan total aset bersih US$30,1 juta. VanEck juga baru-baru ini mengajukan permohonan kepada Securities and Exchange Commission (SEC) untuk meluncurkan ETF baru yang berfokus pada perusahaan penambangan emas dan penambangan kripto.

Seperti yang disebut VanEck bahwa catatan itu adalah probabilitas skenario, berdasarkan situasi terkini. Tambahan Redaksi, memang tak disebutkan di atas, adalah langkah dedolarisasi oleh banyak negara, tak hanya Rusia. Lihatlah Indonesia dan Tiongkok yang sepakat berdagang menggunakan mata uang masing-masing.

Langkah itu untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS dalam perdagangan internasional. Mengurangi itu sama dengan mengurangi untuk membeli dolar AS alias demand yang mengecil. Uang sebagai bentuk aset, sesuai hukum ekonomi, jika permintaan berkurang, maka nilainya juga akan menyusut.

TradingView Chart

Anda akan terkejut seberapa besar berkurangnya nilai dolar itu secara global. Itu disandarkan pada fakta indeks DXY (indeks dolar AS) yang minus 40 persen sejak Februari 1985 hingga hari ini (164,5 menjadi 98,731).

Kesimpulan Redaksi, VanEck menyebutkan harga Bitcoin bisa jadi US$4,8 juta juta agaknya terlalu spekulatif, dan lebih mirip mimpi karena tidak mempertimbangkan skenario lainnya, seperti potensi perubahan oleh komunitas kripto sendiri terhadap Bitcoin di masa mendatang. Sebut saja beberapa hari lalu muncul wacana “Change The Code” oleh Greenpeace AS dan Ripple Labs.

Jadi VanEck soal harga Bitcoin, sepertinya perlu argumen lebih lugas, menyuguhkan data statistik yang cukup pendek saja, sehingga lebih masuk di akal. [ps]

Terkini

Warta Korporat

Terkait