Metaverse Shiba Inu Cukup Tangguh Bersaing?

Metaverse Shiba Inu disebut-sebut menjadi tonggak baru nilai token SHIB. Namun, di tengah persaingan kiat ketat di bisnis metaverse, cukup tangguhkah Shiberse?

Metaverse. Istilah ini seolah-olah jadi mantra ajaib bagi pihak mana saja untuk menarik perhatian, tak terkecuali oleh proyek kripto Shiba Inu (SHIB) yang menjajal panggung metaverse untuk meningkatkan pamornya melawan kripto lain. Mampukah ia?

Satu keunggulan SHIB sebagai meme token pesaing Dogecoin (DOGE) adalah kemampuannya bertahan di 10 hingga 20 besar kripto versi Coinmarketcap. Itu cukup lumayan sebagai pendatang baru, walaupun tak jadi incaran oleh Grayscale untuk digunakan sebagai basis nilai produk investasinya.

Kapitalisasi pasar yang cukup itu, mencerminkan begitu giatnya pengembang Shiba Inu memaksimalkan ekosistemnya. Setidaknya itu dimulai dari lahirnya ShibaSwap pada tahun lalu. Kemudian diikuti dengan native NFT Shiboshi beberapa pekan setelahnya.

Tak lama berselang di saat yang hampi bersamaan, muncul wacana bahwa pengembangan protokol Layer 2 sedang disiapkan. Namun, di luar dugaan, sistem yang kelak “disematkan” di atas blockchain Ethereum itu, native token-nya justru BONE bukan SHIB. Walaupun protokol itu menjanjikan efisiensi transaksi dari segi waktu dan biaya, kita masih perlu menunggu lagi untuk jadi kenyataan.

Metaverse Shiba Inu, Buat Apa?

Lagi, belum genap satu semester di tahun 2022, pengembang Shiba Inu mengumumkan bahwanya pihaknya sudah meletakkan batu pertama untuk metaverse mereka, yang Shiberse. Metaverse, sesungguhnya dalam bentuk game 3 dimensi ini, kelak akan memadukan beberapa fitur yang ada sebelumnya, yakni NFT (berupa karakter di metaverse dan digital item, serta mungkin lapak virtual mirip Decentraland).

Hal lain adalah, barangkali disematkan di metaverse itu untuk jual-beli kripto dan NFT, berkat ShibaSwap itu.

Inti dari metaverse adalah pengembangan game yang menggunakan game engine popular sepertu Unity. Untuk membuat game seperti ini sejatinya cukup mudah, hanya perlu game developer yang memang sangat berpengalaman. Dalam hal ini Anda pasti ingat, bahwa pengembang Shiba Inu sudah menggandeng mantan pejabat tinggi Activision.

Tantangan dan Rantangan

Tentu bukan tanpa tantangan besar untuk masuk ke metaverse, pasalnya banyak pemain lain yang akan datang di panggung yang sama. Lihatlah Microsoft yang membeli penerbit game Blizzard Activision bernilai puluhan triliun rupiah. Dan bos perusahaan itu mengaku akan fokus juga di metaverse. Apple juga berlaku hal sama.

Memang kabar metaverse teranyar itu belum memastikan apakah akan menyematkan metaverse ala blockchain dan kripto yang dilengkapi dengan transaksi kripto dan NFT. Jadi, di sini, persaingan di titik awal kurang begitu ketat sementara.

Namun, yang perlu dicermati adalah, bagaimana metaverse Shiba Inu (SHIB) untuk melawan di kelasnya saja, yakni Decentraland (MANA) dan The Sandbox (SAND), yang praktis yang tak hanya lebih berpengalaman untuk urusan game dan metaverse, tetapi pula unggul dari sisi modal. Hal lainnya, kedua entitas itu punya koneksi luas dengan perusahaan dan orang terkenal untuk masuk ke metaverse mereka.

Perhatikan, bahwa di balik metaverse The Sandbox ada perusahaan unicorn Animoca Brands yang sejak awall fokus di game dan tokenisasi. Investor-investor besar semakin banyak yang menggelontorkan dana ke perusahaan asal Australia itu, sebut salah satunya adalah a16z dan SoftBank.

Metaverse Shiba Inu, jelas-jelas belum punya keunggulan relatif seperti itu, yang membuat tantangan kian membuncah.

Kesimpulannya, agak terlalu dini untuk mengatakan metaverse Shiba Inu bakal bersinar dan menjadikan itu patokan nilai token SHIB saat ini. Perlu katrol yang lebih canggih. [ps]

Terkini

Warta Korporat

Terkait