Miris! Indonesia Sulit Memahami Teknologi Aset Kripto

Warga Indonesia menyadari eksistensi aset kripto dan adopsinya meningkat, tetapi tingkat pemahaman terhadap teknologi aset kripto justru masih rendah.

Demikian temuan dalam survei terbaru yang digelar oleh Consensys bekerja sama dengan YouGov. Dalam keterangan tertulis kepada Blockchainmedia.id, Rabu (11/12/2024), mereka mengungkapkan berbagai tren menarik terkait aset kripto di Indonesia.

Dengan melibatkan sebanyak 1.041 responden berusia 18-65 tahun dari berbagai wilayah di Tanah Air, survei ini memberikan gambaran mengenai tingkat kesadaran, kekhawatiran, hingga peluang yang ada di tengah masyarakat Indonesia terkait teknologi blockchain dan aset kripto. Survei dilakukan pada 23 Februari-2 Mei 2024 lalu.

1. Kesadaran Terhadap Aset Kripto Naik 4 Persen 

Kesadaran masyarakat Indonesia terhadap mata uang kripto meningkat 4 persen dibandingkan tahun lalu. Indonesia kini berada di posisi kedua tertinggi di Asia bersama Korea Selatan, menunjukkan adopsi yang semakin luas meskipun belum sepenuhnya optimal.

IKLAN

Ini selaras dengan hasil survei dari Chainalysis pada tahun 2024 bahwa Indonesia berada di peringkat ke-3 dunia dalam hal adopsi aset kripto, naik besar dibandingkan 4 tahun silam.

2. Pemahaman Teknologi Kripto Masih Rendah

Sebanyak 63 persen responden menyatakan masih kesulitan memahami teknologi kripto, seperti konsep blockchain, NFT, tokenisasi hingga smart contract. Artinya, peningkatan kesadaran ini tidak berbanding lurus dengan tingkat pemahaman, menegaskan pentingnya upaya edukasi yang lebih efektif dan inklusif.

3. Keamanan Kripto Jadi Fokus Utama

Sebanyak 89 persen masyarakat Indonesia menjadikan keamanan sebagai perhatian utama dalam transaksi dan investasi kripto. Meskipun terjadi penurunan kecil sebesar 3 persen dibandingkan tahun lalu, tingkat kesadaran akan pentingnya keamanan tetap tinggi di antara negara-negara Asia lainnya.

4. Kepercayaan pada Institusi Keuangan Menurun

Hal menarik lainnya adalah tingkat kepercayaan warga Indonesia terhadap institusi keuangan tradisional di Indonesia turun drastis sebesar 14 persen, menyisakan hanya 66 persen masyarakat yang masih menganggapnya penting. Tren ini menunjukkan pergeseran preferensi ke arah solusi keuangan berbasis teknologi desentralisasi.

6. Perubahan Persepsi terhadap NFT

Awalnya dipandang sebagai aset seni digital, NFT kini semakin dilihat oleh warga Indonesia sebagai bagian dari solusi finansial berbasis blockchain. Transformasi persepsi ini membuka peluang baru untuk pengembangan ekosistem ekonomi berbasis blockchain yang lebih inklusif.

7. Privasi Data Jadi Prioritas

Kekhawatiran terhadap privasi data turut menjadi sorotan, terutama di tengah adopsi teknologi blockchain. Isu ini mencerminkan kebutuhan masyarakat Indonesia akan solusi teknologi yang mengutamakan transparansi dan keamanan informasi.

8. Peluang Edukasi Kripto Lebih Luas

Kurangnya pemahaman menjadi tantangan besar, tetapi juga peluang bagi pelaku industri untuk menyediakan edukasi yang lebih mudah diakses dan relevan dengan kebutuhan masyarakat lokal.

Dengan hasil survei ini, terlihat jelas bahwa Indonesia memiliki potensi besar untuk menjadi pemain utama dalam ekosistem blockchain global. Namun, tantangan seperti edukasi, keamanan, dan privasi harus ditangani dengan serius agar adopsi kripto dapat berkembang lebih luas dan berkelanjutan di masa depan.

Joseph Lubin: Regulasi Kripto Semakin Jelas

Joseph Lubin, Co-Founder Ethereum dan Founder sekaligus CEO Consensys, mengatakan peran penting teknologi blockchain dan desentralisasi dalam meningkatkan kepercayaan dan transparansi pengelolaan data tidak dapat diremehkan.

“Dengan 83 persen responden secara global menekankan pentingnya privasi data, survei ini juga menunjukan kekhawatiran terhadap misinformasi, isu yang mendesak di tengah situasi politik global dan adopsi kecerdasan buatan (AI) yang semakin meluas,” jelasnya dalam keterangan tertulis itu.

Sosok Joseph Lubin, Pendiri ConsenSys, “Sulap” Nilai Perusahaan Kripto Jadi US$7 Milyar

Ia juga menyoroti, setiap tahun pihaknya terus melihat tren positif untuk pertumbuhan dan adopsi aset kripto, Web3, dan blockchain.

“Tahun 2024 adalah tahun yang monumental bagi kripto karena berbagai alasan dan saya percaya kita berada di arah yang benar. Pemilu presiden AS baru-baru ini, misalnya, dapat mengarah pada kejelasan regulasi lebih lanjut. Saat dunia merangkul potensi desentralisasi dan kripto, industri ini siap mendukung dan memberdayakan gelombang pengguna berikutnya melalui pendidikan dan inovasi sambil menyelesaikan beberapa tantangan paling kompleks di dunia,” tambah Lubin. [ps]

Terkini

Warta Korporat

Terkait