Penambang Bitcoin Tiongkok “Terbuang”, Penambang AS Lihat Peluang

Ketika sejumlah besar penambang Bitcoin Tiongkok “terbuang” akibat pelarangan operasional, penambang kripto nomor wahid itu justru melihatnya sebagai peluang meningkatkan kinerjanya.

Adalah Blockware, perusahaan tambang Bitcoin asal Amerika Utara yang melihat peluang besar itu.

Mereka bahkan sukses mengumpulkan dana investasi tambahkan senilai US$25 juta atau setara Rp363 milyar untuk menambah alat tambangnya.

Duit tambahan itu diputuskan untuk membeli sekitar 8 ribu mesin tambang berjenis ASIC dan siap dipasang di Paducah, Kentucky, AS. Ada lagi sekitar 6 ribu unit, tetapi hanya untuk dijual kepada perusahaan tambang lain di AS.

Dengan tambahan 8 ribu unit itu, artinya Blockware harus menambah daya listrik dari 30 menjadi 100 megawatt.

Di sisi lain, kekuatan total hashing akan meningkat sebanyak 3 kali lipat, dari 300 petahash per detik menjadi lebih dari 1 exahash per detik hingga pertengahan tahun depan.

“Sebagian orang menilai pelarangan tambang Bitcoin di Tiongkok sebagai ancaman terhadap keamanan sistem blockchain Bitcoin. Tapi, bagi kami ini adalah peluang agar hash tambang Bitcoin tidak terkonsentrasi lagi di Tiongkok,” ujar Michael Stoltzner Presiden dan CEO Blockware Mining, seperti dilansir dari Decrypt, Rabu (30/6/2021).

Maklumlah, per April 2021, berdasarkan data dari Cambridge, 65 persen dari hash tambang Bitcoin berasal dari Tiongkok.

Pemerintah Tiongkok sendiri berencana akan menutup tambang hingga 90 persen sampai Juli 2021 nanti.

Kebijakan keras itu sudah dimulai sejak Mei 2021, dimulai dari Inner Mongolia, Xinjiang, Yunnan hingga Sichuan.

Penambang Bitcoin pun terpaksa minggat ke luar negeri, seperti ke AS dan Kazakhstan, bahkan Georgia di Eropa Timur.

Tentu saja itu berdampak pada ambruknya hash rate Bitcoin hingga setara dengan hash rate Januari 2021, ketika harga BTC mulai beranjak naik menuju puncak April 2021.

Harga Bitcoin juga ikut-ikutan ambrol, masih terpaut sekitar 50 persen dari puncak tertingginya, April lalu di kisaran Rp900 jutaan.

Namun, antisipasi pembelian di harga murah sedang terjadi, setidaknya itu dicerminkan oleh sentimen positif di bursa berjangka CME.

Analisis menafsirkan sentimen bearish akan segera berakhir dan harga BTC bisa melonjak kembali menembus ATH. [vins]

Terkini

Warta Korporat

Terkait