Regulator Bidik FTX, Bagaimana Nasib Sam Bankman-Fried?

Keruntuhan bursa kripto FTX menarik perhatian regulator AS yang menyelidiki penyalahgunaan dana nasabah. Sam Bankman-Fried, CEO FTX yang sering dipanggil SBF, tidak diketahui keberadaannya.

Sam Bankman-Fried Menghilang?

Berdasarkan sumber dua orang yang memahami situasi, Crypto News melaporkan regulator tengah bertanya soal rincian terkait struktur kepemilikian FTX US, yakni cabang FTX yang terdaftar di AS, serta platform internasional FTX.com.

Para regulator dikabarkan menyelidiki tumpang tindih manajemen atau anggota dewan diantara kedua perusahaan tersebut yang oleh FTX didaftarkan sebagai dua badan usaha yang terpisah.

Menurut sumber dari Bloomberg, regulator bertanya soal pengelolaan dana nasabah oleh kedua badan usaha tersebut di bawah nama FTX serta pemisahan dana nasabah secara benar.

Penyelidikan itu kian mengkaji keterhubungan antara FTX dengan firma trading Alameda Research yang didirikan oleh Sam Bankman-Fried pada tahun 2017, dua tahun sebelum bursa FTX didirikan.

Di saat yang sama keberadaan SBF tidak diketahui kendati ia dilaporkan berdomisili di Kepulauan Bahama, negara dimana markas global FTX didirikan.

Beberapa hari sebelum FTX menangguhkan permintaan penarikan dana nasabah, akun Twitter resmi bursa tersebut mengunggah video yang menunjukkan kantor baru di Miami, Florida, AS. Video itu telah dihapus.

Nasabah FTX yang menyimpan dana di bursa tersebut mengalami kerugian besar setelah Binance tidak melanjutkan Letter of Intent untuk mengakuisisi FTX.

Investor kripto yang tidak memilliki dana di FTX pun mengalami kerugian sebab panik yang melanda pasar kripto mendorong kapitalisasi pasar kripto longsor lebih daru US$230 milyar dalam waktu 48 jam.

Penyelidikan terhadap tindakan FTX selama ini dipimpin oleh Komisi Bursa dan Sekuritas AS (SEC) dan Komisi Perdagangan Komoditas Berjangka AS (CFTC).

Sebelumnya, kepala SEC Gary Gensler telah berulangkali memberi peringatan terhadap risiko kripto, terutama terkait bursa kripto.

Ia telah mengindikasikan sejumlah bursa diperkirakan melanggar hukum sekuritas sebab menawarkan token yang digolongkan sebagai sekuritas tidak terdaftar kepada nasabah AS.

Peringatan paling keras dari Gensler dinyatakan dalam persidangan bersama Komite Perbankan, Perumahan dan Urusan Urban Senat AS dimana ia menyerang industri kripto.

“Saat ini, industri kripto mirip seperti wild west atau dunia dimana pembeli harus waspada, sebelum hukum sekuritas diciptakan. Kelas aset ini penuh dengan penipuan dan kekerasan di sejumlah kasus,” jelas Gensler. [ed]

Terkini

Warta Korporat

Terkait