Robert Kiyosaki Sebut Bitcoin Uang Rakyat dan Dolar Uang Palsu

Dalam sebuah podcast, Robert Kiyosaki kembali menyebut bahwa ia menyukai Bitcoin, karena itu adalah uang rakyat.

Penulis buku melek finansial terlaris Rich Dad Poor Dad tersebut adalah pendukung lama Bitcoin, melihat potensinya untuk melesat seiring kejatuhan pada dolar AS.

Robert Kiyosaki Dukung Bitcoin 

Bitcoin News melaporkan bahwa, Robert Kiyosaki mengungkapkan kembali dukungannya terhadap Bitcoin dalam podcast bertajuk “Mengapa uang tunai adalah sampah pada tahun 2023” di Rich Dad Radio Show.

Menurutnya, emas, perak dan Bitcoin adalah subjek yang panas untuk dibahas saat ini, sementara properti tidak lagi dan menekankan bahwa dolar AS adalah “uang palsu.”

“Saya suka Bitcoin. Saya menyebutnya uang rakyat. Sekarang saya tidak tahu banyak tentang Bitcoin, tapi saya senang saya membelinya pada pukul enam. Hanya itu yang saya tahu sekarang,” ujarnya.

Investor kawakan tersebut mengatakan bahwa ia kembali membeli BTC di harga US$9.000, karena Covid telah menghantam keras perekonomian global. Menurutnya, ini menjadi alasan yang baik untuk membeli BTC di harga yang rendah.

Emas dan Perak Akan Bersinar Bersama Kripto Utama 

Selain itu, Robert Kiyosaki juga menjelaskan bahwa dirinya telah membeli lebih banyak Bitcoin di bulan Desember, sembari mengklaim bahwa dirinya adalah investor, bukan trader. Artinya, ia akan menyimpan BTC yang ia beli untuk jangka panjang.

Sudah sejak lama, Kiyosaki merekomendasikan Bitcoin, emas dan perak kepada para pengikutnya, di mana ia melihat potensi kenaikan harga besar-besaran pada ketiganya.

Secara jelas, ia mengharapkan harga BTC melesat ketika The Fed berbalik arah, mencetak triliunan dolar AS palsu yang akan membawa kehancuran ekonomi. Dolar AS akan jatuh, tiga aset rekomendasinya akan melesat.

“Kita berada dalam resesi global. Saya memperingatkan akan adanya lonjakan pada kebangkrutan, pengangguran dan tunawisma,” tambahnya.

Tampaknya, resesi global adalah apa yang jadi ujung dari gelombang inflasi dan kenaikan suku bunga bank sentral. Ia menilai, pada akhirnya bank sentral tidak akan sanggup bertahan dan akan merelakan perekonomian runtuh dalam krisis global. [st]

 

 

Terkini

Warta Korporat

Terkait