Sosok Paul Tudor Jones, Pengusaha AS yang Bertaruh Beli Bitcoin untuk Lawan Inflasi

Pada Kamis (7 Mei 2020) sebelum tengah malam waktu Indonesia Barat, Paul Tudor Jones, seorang pengusaha AS mengejutkan ekosistem Bitcoin. Pasalnya dia tegas mengatakan bahwa dia bertaruh untuk membeli Bitcoin untuk melawan inflasi yang mungkin tiba di masa depan akibat kebijakan bank sentral yang menambah jumlah uang ke dalam pasar.

Paul mengatakan sejak Februari 2020 saja ada sekitar, US$3,9 triliun uang baru di ekonomi oleh Bank Sentral AS (The Fed). Angka itu setara dengan 6,6 persen dari output ekonomi global.

“Bitcoin mengingatkan saya pada emas ketika saya pertama kali masuk ke bisnis [investasi] ini pada tahun 1976. Strategi terbaik memaksimalkan laba adalah dengan memiliki kuda tercepat. Jika saya dipaksa untuk memperkirakan, taruhan saya adalah Bitcoin,” katanya seperti dilansir dari Bloomberg, berdasarkan paparan Paul kepada para investor perusahaannya. 

Sontak kabar itu mendorong trader dan banyak investor langsung membeli Bitcoin, sehingga membuat harga Bitcoin naik cepat menjadi US$10 ribu pada pagi harinya, Jumat (8 Mei 2020).

Apa yang dimaksudkan Paul bahwa ia mengingat Bitcoin sama seperti emas pada tahun 1976 adalah kali pertama emas masuk di pasar berjangka (futures). Kala itu Amerika Serikat sedang mengalami inflasi parah.

Demikian pula Bitcoin sejak tahun 2018 juga popular di pasar berjangka, seperti di CME, Bakkt dan lain sebagainya. Katanya, emas dulu juga begitu, setelah menikmati bullish hampir tiga kali lipat, harga emas kemudian terkoreksi hampir 50 persen selama dua tahun. Ini serupa dengan koreksi Bitcoin sebesar 80 persen selama 28 bulan.

Kemiripan laju gerak emas (tahun 1977) dengan Bitcoin (2020). Aset kripto itu diprediksi akan mengalami bull run saat atau setelah tahun 2020.

 

Jones pertama kali membeli Bitcoin pada tahun 2017. Dia berhasil menggandakan uangnya sebelum keluar dari pasar sebelum mendekati puncaknya di hampir US$20.000 pada Desember 2017.

Kali ini, dia mengatakan Bitcoin adalah sebagai penyimpan nilai (store of value) dan layak menyandang 4 karakter utama: daya beli, kepercayaan, likuiditas dan portabilitas.

Legendaris
Paul Tudor (65 tahun) adalah trader saham, investor dan pengusaha legendaris dari Memphis, Amerika Serikat. Dia adalah pendiri dari perusahaan hedge fund, Tudor Investment Corporation.

Dia sangat terkenal karena pernah memprediksi kejatuhan pasar saham di AS yang selanjutnya berdampak pada krisis ekonomi dunia pada tahun 1987.

Dia juga ternama sebagai pendiri Robin Hood Foundation, lembaga sosial untuk kemanusiaan. Berdasarkan data dari Forbes tahun 2019, Paul memiliki kekayaan sekitar US$5,1 miliar.

Pada usia 24 tahun, Paul menjadi broker komoditas untuk perusahan E. F. Hutton & Co. Di sanalah ia akrab dengan Glenn Dubin, pendiri perusahaan investasi terkenal, Dubin & Co. LP.

Tudor Investmen Corporation, perusahaan yang didirikannya pada tahun 1980, saat ini mengelola US$7,8 miliar (per 30 Juni 2019). Kemampuan investasi perusahaan itu sangat luas dan beragam, termasuk perdagangan makro global, investasi ekuitas di AS dan Eropa, pasar negara berkembang, modal ventura, komoditas dan sistem perdagangan.

Tudor Group, yang terdiri dari Tudor Investment Corporation dan afiliasinya, terlibat dalam perdagangan aktif, investasi, dan penelitian dalam aset di untuk sektor pendapatan tetap, mata uang, ekuitas dan kelas aset komoditas serta derivatif terkait termasuk instrumen lainnya di pasar global untuk internasional.

Salah satu kesuksesan Jones yang paling awal dan utama adalah meramalkan “Black Monday” pada tahun 1987. Ambruknya pasar saham di AS itu bahkan melipatgandakan kekayaannya hingga 125, persen (menghasilkan sekitar US$100 juta kala itu), karena dia berhasil keluar di saat yang tepat dan masuk kembali pasar di kala harga saham sedang murah.

Menurut Peter Borish, tangan kanan Paul, bosnya itu berhasil memprediksi, karena sebelumnya telah memetakan pola serupa terhadap kehancuran ekonomi AS pada tahun 1929 (The Great Depression).

Apakah kali ini Paul hendak memprediksi hal serupa, bahwa dunia akan dilanda krisis ekonomi berat, sehingga ia menyarankan untuk membeli Bitcoin? [red]

Terkini

Warta Korporat

Terkait