Sosok Pavel Durov memang sering dianggap sebagai tokoh kontroversial, namun kontribusinya dalam mengubah sistem komunikasi manusia melalui aplikasi Telegram dan usahanya dalam mendemokratisasikan sistem keuangan dengan memperkenalkan blockchain TON, menunjukkan dedikasi dan visinya yang patut diacungi jempol. Sabtu, 24 Agustus 2024 waktu setempat di Prancis ia diringkus.
Melalui inovasi-inovasinya, Durov telah membawa dampak signifikan dalam cara kita berkomunikasi dan bertransaksi di era digital, membuktikan bahwa ide-idenya tidak hanya menghadapi tantangan, tetapi juga menawarkan solusi yang revolusioner dan relevan dengan kebutuhan zaman.
Pavel Valeryevich Durov, lahir pada 10 Oktober 1984, adalah seorang pengusaha teknologi kelahiran Rusia yang terkenal sebagai pendiri jejaring sosial VKontakte (VK) dan aplikasi pesan instan Telegram.
Sosok Pavel Durov sering dijuluki sebagai “Mark Zuckerberg-nya Rusia” karena perannya dalam mendirikan VK, yang menjadi jejaring media sosial terbesar di Rusia dan negara-negara berbahasa Rusia lainnya. Namun, perjalanan hidupnya jauh lebih rumit dari sekadar perbandingan tersebut.
Durov telah mengalami berbagai tantangan dan kontroversi, terutama terkait dengan komitmennya terhadap kebebasan berbicara dan privasi digital, yang membawanya meninggalkan tanah kelahirannya dan menjadi warga negara dunia dengan keyakinan kuat terhadap desentralisasi dan kebebasan internet.
Latar Belakang dan Pendidikan Pavel Durov
Pavel Durov lahir pada 10 Oktober 1984 di Leningrad, yang sekarang dikenal sebagai Saint Petersburg, Rusia. Ayahnya, Valery Durov, adalah seorang akademisi terkenal yang mengajar filologi di Universitas Negeri Saint Petersburg. Pendidikan adalah bagian penting dari masa kecil Pavel, dan ia dikenal sebagai anak yang sangat cerdas sejak dini. Pavel menghabiskan sebagian masa kecilnya di Turin, Italia, di mana ayahnya bekerja, sebelum kembali ke Rusia.
Setelah menyelesaikan pendidikan menengahnya, Pavel melanjutkan studi di Universitas Negeri Saint Petersburg, di mana ia meraih gelar dalam filologi.
Selama masa kuliah, Pavel menunjukkan minat yang kuat dalam teknologi dan pemrograman. Ia bahkan pernah meretas sistem IT universitasnya untuk menggantikan pesan layar login dengan pesan yang mengkritik guru yang tidak disukainya.
Pendirian VKontakte
Pada tahun 2006, Pavel bersama saudaranya, Nikolai Durov, mendirikan VKontakte, yang kemudian menjadi VK. Pada awalnya, VK adalah platform yang sederhana, tetapi dengan cepat tumbuh menjadi jejaring sosial terbesar di Rusia, menawarkan berbagai fitur seperti pesan instan, berbagi foto dan video, serta permainan sosial. VK dengan cepat menjadi sangat popular, terutama di kalangan anak muda.
Sebagai pendiri dan CEO VK, Pavel Durov terkenal dengan pendekatannya yang tidak konvensional dan sering kali kontroversial. Ia menolak iklan besar-besaran di platform-nya dan sering kali menentang campur tangan pemerintah. Pada 2011, misalnya, ia menolak permintaan pemerintah Rusia untuk menutup halaman VK yang digunakan oleh kelompok oposisi politik selama protes besar-besaran di Rusia. Penolakannya ini membuatnya semakin terkenal, tetapi juga membuatnya berada dalam pengawasan ketat pihak berwenang.
Konflik dengan Pemerintah Rusia dan Pengasingan
Ketegangan antara Durov dan pemerintah Rusia mencapai puncaknya pada 2014. Setelah beberapa tahun berselisih dengan pemerintah terkait dengan kebijakan VK yang pro-kebebasan berbicara, Durov dipaksa menjual sahamnya di perusahaan tersebut di bawah tekanan besar. Pada bulan April 2014, Durov mengumumkan bahwa ia telah dipecat sebagai CEO VK, dan dalam beberapa hari berikutnya, ia meninggalkan Rusia.
Keputusan Durov untuk meninggalkan Rusia sebagian besar didorong oleh penolakannya untuk mematuhi perintah pemerintah Rusia untuk menyerahkan data pribadi aktivis Ukraina yang menggunakan VK selama revolusi di Ukraina. Setelah meninggalkan Rusia, Durov menetap di berbagai negara, termasuk negara-negara di Eropa dan Asia, sebelum akhirnya memilih Dubai, Uni Emirat Arab, sebagai tempat tinggalnya. Pada tahun 2018, Pemerintah Rusia resmi memblokir Telegram.
Pendirian Telegram
Setelah meninggalkan VK, Durov dengan cepat beralih ke proyek baru yang bahkan lebih ambisius: Telegram. Telegram didirikan pada tahun 2013 oleh Pavel dan saudaranya Nikolai, yang bertanggung jawab atas aspek teknis proyek. Telegram adalah aplikasi pesan instan yang berfokus pada privasi dan keamanan, dengan fitur-fitur seperti enkripsi end-to-end dan pesan yang dapat dimusnahkan secara otomatis.
Telegram dengan cepat mendapatkan popularitas, terutama di kalangan pengguna yang peduli dengan privasi. Aplikasi ini menjadi alat komunikasi penting bagi banyak aktivis, jurnalis, dan individu di negara-negara dengan kebebasan berbicara yang terbatas. Seiring berjalannya waktu, Telegram juga memperkenalkan fitur-fitur baru seperti channel, grup, dan bot, yang membuatnya semakin menarik bagi berbagai komunitas di seluruh dunia.
Namun, popularitas Telegram juga menarik perhatian pemerintah di berbagai negara, termasuk Rusia, Iran, dan Tiongkok, yang mencoba memblokir atau membatasi penggunaan aplikasi tersebut dengan alasan keamanan nasional.
Meskipun demikian, Pavel Durov tetap teguh pada prinsip-prinsipnya tentang privasi dan kebebasan berbicara, sering kali menolak untuk mematuhi tuntutan pemerintah untuk menyerahkan data pengguna atau menyensor konten.
Kewarganegaraan Ganda dan Kehidupan di Dubai
Setelah meninggalkan Rusia, Durov memperoleh kewarganegaraan St. Kitts dan Nevis melalui program investasi. Pada tahun 2017, ia juga mendapatkan kewarganegaraan Uni Emirat Arab, dan telah memperoleh kewarganegaraan Prancis pada tahun 2021. Dengan status kewarganegaraan ganda ini, Durov menjadi seorang warga dunia, dengan kebebasan untuk tinggal dan bekerja di berbagai negara.
Dubai, yang dikenal sebagai pusat teknologi dan bisnis, menjadi tempat tinggal pilihan Durov. Di Dubai, ia dapat mengoperasikan Telegram tanpa banyak campur tangan dari pemerintah setempat, yang telah lama bersikap ramah terhadap inovasi teknologi dan investor asing. Durov memuji Dubai sebagai tempat yang aman dan stabil bagi pengusaha seperti dirinya untuk mengembangkan bisnis mereka.
Kekayaan dan Pengaruh
Forbes memperkirakan kekayaan Durov mencapai US$15,5 miliar pada tahun 2024, menjadikannya salah satu orang terkaya di dunia. Sebagian besar kekayaannya berasal dari Telegram, yang meskipun gratis untuk digunakan, telah memperkenalkan berbagai fitur monetisasi, seperti iklan di saluran publik dan langganan premium. Meskipun begitu, Durov selalu menekankan bahwa Telegram tidak akan pernah dijual dan akan tetap independen.
Selain kekayaan materinya, Durov juga memiliki pengaruh yang signifikan dalam dunia teknologi dan kebebasan digital. Ia sering dianggap sebagai salah satu pendukung paling vokal untuk privasi online dan internet yang terdesentralisasi. Durov sering berbicara tentang pentingnya melindungi data pengguna dan menentang pengawasan pemerintah.
Durov Ditangkap di Prancis
Pada tahun 2024, nama Durov kembali menjadi berita utama setelah muncul laporan bahwa ia menjadi target pemerintah Prancis atas tuduhan terkait Telegram. Tuduhan ini berkaitan dengan kurangnya moderasi di platform tersebut dan penolakannya untuk menyerahkan data pengguna.
Pendiri dan CEO Telegram, Pavel Durov, telah ditahan oleh pihak berwenang Prancis sehubungan dengan surat perintah penggeledahan yang menargetkan dugaan pelanggaran pada platform pesan terenkripsi tersebut.
Menurut Le Monde dan media Prancis lainnya, Durov ditangkap di bandara Le Bourget yang terletak di utara Paris setelah mendarat dengan jet pribadinya yang datang dari Azerbaijan pada Sabtu malam, 24 Agustus 2024 waktu setempat.
Le Monde mengutip sumber-sumber yang dekat dengan kasus ini yang mengonfirmasi penangkapan Durov. Pada saat yang sama, laporan Bloomberg mencatat bahwa juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, juga mengonfirmasi informasi tersebut dalam sebuah postingan di Telegram.
Menurut laporan, L’Office Mineurs (OFMIN) Prancis, lembaga yang mengawasi kejahatan terhadap anak di bawah umur, mengeluarkan surat perintah penggeledahan sebagai bagian dari penyelidikan awal terhadap Telegram.
AFP melaporkan bahwa dugaan pelanggaran meliputi penipuan, perdagangan narkoba, perundungan siber, dan kejahatan terorganisir. Banyak laporan mencatat bahwa penyelidikan ini berakar pada dugaan kurangnya moderasi konten di Telegram.
OFMIN sedang mengoordinasikan penyelidikan terhadap Durov dan Telegram. CEO platform pesan tersebut dikabarkan akan tampil di pengadilan pada Minggu, 25 Agustus 2024. Beberapa laporan mencatat bahwa Durov bisa menghadapi hukuman hingga 20 tahun penjara karena sifat dugaan pelanggaran tersebut.
Meskipun demikian, komunitas Telegram dan TON, proyek blockchain yang terkait dengan Durov, memberikan dukungan penuh terhadapnya. Kedutaan Besar Rusia di Prancis juga dilaporkan mengambil “langkah-langkah segera” untuk mengklarifikasi situasi ini, meskipun tidak ada permintaan resmi dari tim Durov.
Durov, yang kini tinggal di Dubai, terus menjalankan Telegram dengan tekad yang sama untuk mempertahankan prinsip-prinsip kebebasan berbicara dan privasi. Dengan sekitar 900 juta pengguna aktif, Telegram tetap menjadi salah satu aplikasi pesan paling populer di dunia, meskipun berada di bawah tekanan terus-menerus dari berbagai pemerintah. Perjuangan Durov untuk kebebasan digital belum berakhir, dan ia tetap menjadi salah satu tokoh paling penting dalam pertempuran global untuk privasi dan desentralisasi internet.
Pavel Durov adalah contoh nyata dari pengusaha yang berprinsip, yang tidak hanya membangun perusahaan sukses tetapi juga berdiri teguh pada keyakinannya meskipun menghadapi tekanan besar. Dari VK hingga Telegram, Durov telah menunjukkan bahwa inovasi teknologi dapat berjalan seiring dengan komitmen terhadap nilai-nilai fundamental seperti kebebasan berbicara dan privasi. Di era di mana privasi digital semakin terancam, Durov tetap menjadi suara yang lantang dan berpengaruh dalam mempertahankan internet yang bebas dan terbuka bagi semua orang.
Dalam wawancara pada April 2024 dengan Tucker Carlson, Durov membahas tekanan yang dihadapinya dari pihak berwenang Rusia saat menjalankan VKontakte, serta pengawasan yang diterima Telegram dari agen penegak hukum di seluruh dunia.
“Saya lebih memilih untuk bebas, saya tidak ingin menerima perintah dari siapa pun,” kata Durov selama wawancara tersebut, dilansir dari BNNBloomberg.
Pavel Durov dan Blockchain TON
Pavel Durov memiliki keterkaitan yang signifikan dengan proyek blockchain TON (The Open Network), yang awalnya dikenal sebagai Telegram Open Network. TON adalah proyek blockchain yang dikembangkan oleh Durov dan timnya sebagai bagian dari rencana untuk menciptakan ekosistem desentralisasi yang terintegrasi dengan aplikasi pesan Telegram.
TON mulai dikembangkan oleh Durov dan tim Telegram pada tahun 2017. Tujuan utama proyek ini adalah menciptakan platform blockchain yang cepat, efisien, dan terdesentralisasi, yang mampu mendukung aplikasi dan layanan yang terintegrasi dengan Telegram. TON dirancang untuk menjadi dasar bagi transaksi yang cepat dan terjangkau, dengan kemampuan untuk mendukung aplikasi terdesentralisasi (dApps), kontrak pintar, dan layanan keuangan yang terintegrasi secara mendalam dengan Telegram.
Pada awalnya, TON menjadi sangat populer di kalangan investor karena potensi integrasinya dengan Telegram, yang saat itu sudah memiliki ratusan juta pengguna aktif. Pada 2018, Telegram meluncurkan Initial Coin Offering (ICO) untuk TON, yang berhasil mengumpulkan sekitar US$1,7 miliar dari investor swasta.
Masalah dengan SEC dan Penghentian Proyek
Namun, proyek TON menghadapi masalah serius ketika Komisi Sekuritas dan Bursa Amerika Serikat (SEC) mengajukan gugatan terhadap Telegram pada Oktober 2019. SEC menuduh bahwa penjualan token Gram (mata uang kripto yang akan digunakan di jaringan TON saat itu) adalah penawaran sekuritas yang tidak terdaftar, yang melanggar hukum sekuritas AS.
Setelah melalui berbagai proses hukum, Telegram akhirnya memutuskan untuk menghentikan proyek TON pada Mei 2020. Pavel Durov mengumumkan keputusan ini dalam sebuah posting blog, di mana ia menyatakan bahwa tekanan dari regulator AS membuat tidak mungkin untuk melanjutkan proyek tersebut. Telegram juga berkomitmen untuk mengembalikan dana kepada para investor.
TON dan Komunitas Open-Source
Meskipun Telegram secara resmi menghentikan pengembangan TON, proyek ini tidak mati. Komunitas open-source dan pengembang independen mengambil alih kode sumber TON dan melanjutkan pengembangannya dengan nama baru, yaitu The Open Network (TON). Blockchain ini terus berkembang dan digunakan untuk berbagai aplikasi, meskipun tidak lagi memiliki hubungan langsung dengan Telegram atau Pavel Durov.
Setelah Proyek Blockchain TON (TONCoin) Beralih dari Tangan Pavel Durov, Bos Telegram
Peran Pavel Durov Setelah Penghentian Resmi
Setelah penghentian resmi proyek TON oleh Telegram, Pavel Durov dan perusahaan tidak lagi secara aktif terlibat dalam pengembangan blockchain ini. Namun, Durov tetap memberikan dukungan moral kepada komunitas pengembang yang melanjutkan proyek ini utamanya lewat kanal resminya di Telegram dan akun X-nya. Ia mengakui upaya mereka untuk melanjutkan visi desentralisasi yang awalnya diusung oleh TON, meskipun Telegram tidak lagi secara resmi terlibat.
Keterkaitan Durov dengan blockchain TON dimulai dengan visi ambisius untuk menciptakan ekosistem desentralisasi yang terintegrasi dengan Telegram. Meskipun proyek ini menghadapi tantangan hukum yang besar dan akhirnya dihentikan oleh Telegram, komunitas open-source tetap melanjutkan proyek ini dengan semangat yang sama, membawa visi desentralisasi tersebut ke arah yang baru.
Sosok Pavel Durov memang tokoh kontroversial, namun perannya dalam sistem komunikasi manusia modern melalui Telegram dan upanya mendemokratisasikan sistem keuangan lewat blockchain TON, patut mendapat pujian. [ps]