Tambang Bitcoin Tiongkok Pasca Krisis Listrik

Tambang Bitcoin secara global kini relatif stabil pasca listrik padam di Xinjiang, Tiongkok. Hash rate saat ini rata-rata sekitar 155 Exahash per detik.

Tiongkok saat ini adalah sentra penambangan Bitcoin global. Acuannya adalah hash rate, atau tingkat komputasi untuk menambang Bitcoin, yang kini mencapai 65 persen.

Artinya Tiongkok menguasai lebih dari separuh kekuatan menambang Bitcoin secara global. Ia jauh mengalahkan Amerika Serikat (7 persen) dan Rusia (6,9 persen).

tambang Bitcoin
Distribusi hash rate tambang Bitcoin global. Tiongkok masih menguasai 65 persen. Sumber: Cambridge.

Tambang Bitcoin di Negeri Panda itu terkonsentrasi di Provinsi Xinjiang, berdasarkan data dari Cambridge Centre for Alternative Finance. Besarannya mencapai 35,76 persen.

Hash rate tambang bitcoin di Tiongkok terkonsentrasi di Xinjiang. Sumber: Cambridge.

Hash Rate

Anjlokan hash rate terjadi pada 10 April 2021 lalu, di 161 Exahash per detik. Sempat naik tipis lalu ambruk hingga terendah pada 19 April, sekitar 98 Exahash per detik.

Terpantau dari Bitinfocharts, Kini hash rate kembali ke rata-rata 155 Exahash per detik dalam 24 jam terakhir (Senin, 3/5/2021) pukul 01:35 WIB.

Tambang Bitcoin: Dari Sichuan ke Xinjiang

Sebenarnya baru beberapa bulan sejak tahun 2020 lalu tambang Bitcoin Tiongkok masuk ke wilayah paling Barat Tiongkok itu.

Padahal sebelumnya Sichuan yang mendapatkan “status istimewa itu”, sempat mencapai 50 persen.

Pindah dari Sichuan ke Xinjiang adalah alasan ketersediaan pasokan listrik untuk mentenagai alat-alat tambang mereka, terkait musim.

Pada tahun lalu, sejumlah penambang Bitcoin mendapat biaya listrik yang murah, karena curah hujan yang tinggi.

Maklumlah, pembangkit listrik di provinsi itu menggunakan tenaga air berkat Sungai Kuning.

Ketika musim hujan, praktis pasokan listrik lebih melimpah daripada biasanya dan tarif listrik menjadi murah.

Tambang Bitcoin Diawasi

Nah, ketika berada di Xinjiang beberapa bulan lamanya, walaupun bisa mendapatkan listrik yang banyak dan relatif murah, para penambang mendapatkan dua tantangan utama.

Pertama, akses ke listrik berebutan dengan industri lainnya, termasuk dengan rumah tangga.

Kedua, kendati Xinjiang sedang dikebut menggunakan sumber terbarukan untuk listrik, batubara masih jadi andalan. Listrik tenaga angin masih terbatas jumlahnya.

Masalahnya penggunaan batubara berdampak serius bagi lingkungan hidup. Memang saat ini Xinjiang dikebut sebagai kota industri baru, sehingga diperlukan daya listrik yang masif.

Data terakhir dilansir dari China.org.cn menyebutkan, tingkat distribusi listrik selama kuartal pertama 2021 saja mencapai 42 persen.

Namun, pada pekan ketiga April 2021 lalu, terjadi kecelakaan di tambang batubara di Xinjiang.

Itu berdampak pada padamnya pasokan listrik di beberapa kota, termasuk tambang Bitcoin yang mengandalkan energi listrik yang masif.

Nah, karena pasokan listrik berkurang dan Xinjiang adalah tambang Bitcoin besar, maka hash rate juga menurun drastis sebesar 0,71 persen.

Kendati angkanya tampak kecil, itu cukup berdampak pada jaringan Bitcoin kala itu, bahkan pada volatilitas harga BTC di pasar. Pasalnya proses produksi BTC yang baru terganggu.

Beijing Terus Pantau

Walaupun kegiatan menambang Bitcoin tidak dilarang sepenuhnya di Tiongkok. Tapi, pejabat terkait di Beijing terus memantaunya.

Kabar teranyar adalah sejumlah penambang di Provinsi lain, yakni di Inner Mongolia sudah mulai diselidiki oleh pemerintah pusat.

“Mereka perlu melaporkan jumlah, dan bagian, daya yang dikonsumsi oleh penambangan Bitcoin,” sebut dokumen yang diperoleh oleh Reuters pada akhir April lalu.

Bahkan sejak bulan lalu, Beijing berencana akan menutup semua wilayah Inner Mongolia dari aktivitas penambangan, walaupun hash rate-nya hanya 8,7 persen di peringkat ketiga setelah Sichuan.

Balik ke Sichuan

Dilansir dari Coindesk beberapa hari lalu, pemerintah Xinjiang malah mulai “mengusir” para penambang.

Mereka mengarah kembali ke Sichuan, karena curah hujan mulai naik.

Tampak beberapa penambang sudah memboyong alat mereka kembali ke wilayah Barat Laut Tiongkok itu.

“Kembali ke hash rate Bitcoin yang normal mungkin perlu waktu. Saat hash rate masih di kisaran 150 Exahash per detik. Perlu tambahan 20 Exahash lagi,” kata Liang Da, Direktur Finansial Global & Pengembangan Bisnis F2Pool.

Harga Bitcoin

Harga Bitcoin selama sepekan terakhir menguat sangat baik, naik dari sekitar Rp691 juta menjadi Rp819 juta.

Sejumlah analis meramalkan harga Bitcoin akan terus menguat, walaupun masih berjarak dari rekor terbarunya pada 14 April 2021 lalu (Rp936 juta per BTC). [ab]

Terkini

Warta Korporat

Terkait