Adopsi Teknologi Blockchain dan Kripto Berkembang Baik di Indonesia, Ini Penyebabnya

Adopsi teknologi blockchain dan kripto berkembang kian baik di Indonesia, berdasarkan kajian terbaru Chainalysis belum lama ini. Apa saja faktor pendorongnya dan bagaimana potensi di masa depan?

OLEH: Du Jun
Co-Founder Huobi

Asia Tengah dan Tenggara telah lama menjadi bagian dari wacana global tentang adopsi teknologi dan kripto. Belum lama ini Chainalysis mencatat, bahwa kawasan ini adalah salah satu pasar kripto yang tumbuh paling cepat. Awalnya, pertumbuhan itu dipimpin oleh negara-negara seperti Vietnam, India dan Pakistan. Namun data terkini, ada perubahan nyata yang menempatkan Indonesia dalam sorotan.

Sebagai ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan ekonomi terbesar kesepuluh di dunia dalam hal paritas daya beli, Indonesia menawarkan banyak peluang untuk pertumbuhan dan perkembangan teknologi blockchain dan kripto. Jumlah masyarakat kelas menengah pun bertambah, cerminan jutaan orang telah keluar dari kemiskinan di negara anggota G20 ini. Sementara itu, kendati pertumbuhan ekonomi terhambat oleh pandemi, pertumbuhan PDB Indonesia sudah berada di jalur yang tepat untuk pulih ke tingkat sebelum pandemi.

Pertumbuhan Adopsi Kripto di Indonesia

Indonesia memiliki basis pengguna kripto terbesar ketujuh di dunia, yang menjadikannya salah satu pemimpin global dalam kepemilikan dan adopsi kripto. Berdasarkan data Asosiasi Blockchain Indonesia (ABI), industri blockchain dan kripto telah berkembang menjadi lebih dari 1,5 juta pedagang kripto pada tahun 2020, mencerminkan tingkat pertumbuhan yang mengejutkan sebesar 2.263 persen sejak 2015.

Tahun lalu, Kementerian Perdagangan Indonesia melaporkan bahwa Indonesia memiliki lebih banyak pedagang kripto daripada investor di pasar saham ritel, dengan sekitar 6,5 juta investor kripto versus 5,37 juta investor ritel yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).

Penyebabnya tentu saja, karena daya pikat peluang investasi yang lebih menggiurkan daripada kelas aset konvensional, hingga munculnya potensi lindung nilai terhadap inflasi.

Blockchain dan Kripto sebagai Sistem Keuangan Alternatif

Tingkat adopsi kripto yang tinggi dapat, setidaknya sebagian, dikaitkan dengan ancaman kenaikan inflasi, yang memaksa investor Indonesia untuk beralih ke kripto sebagai lindung nilai terhadap ketidakpastian.

Ketika Indonesia mencatat tingkat inflasi tertinggi dalam hampir dua tahun, mereka bersiap untuk kenaikan lebih lanjut, buntut belanja besar masyarakat ketika bulan Ramadhan dan krisis energi global. Maka, tidak mengherankan jika orang Indonesia mencari solusi keuangan alternatif untuk mempertahankan nilai tabungan mereka, lewat kripto ini, walaupun mengandung risiko cukup tinggi.

Kondisi ekonomi yang kurang kondusif juga mendorong investor lokal untuk mencari peluang investasi tambahan. Kelas aset tradisional seperti saham belum memberikan imbal yang menarik dalam beberapa tahun terakhir, dengan indeks IDX80 turun sekitar 3persenĀ  selama lima tahun terakhir.

Sebagai gambaran, pasar saham Vietnam tumbuh sekitar 105 persen, sementara Indeks Straits Times Singapura naik 2,7 persen pada periode yang sama.

Akibatnya, investor Indonesia sekarang dapat melihat kripto atau turunannya, seperti non-fungible token (NFT), sebagai pilihan investasi yang lebih menarik daripada kelas aset yang lebih tradisional.

Selebritas Ikut Ramaikan Panggung Kripto

Sementara faktor ekonomi mungkin telah membuat kripto lebih menarik bagi pengadopsi awal, selebritas dan dan sejumlah influencer Indonesia faktor pemercepat lainnya sejak tahun 2021. Lihatlah ada seperti Joe Taslim dan supermodel seperti Jessica Iskandar, masing-masing sebagai duta merek untuk crypto exchange di Indonesia dan proyek NFT.

Bahkan sejumlah selebritas lainnya langsung “turun gunung” menggarap proyek kripto mereka sendiri. Salah satu yang kontroversial adalah token ASIX besutan musisi senior, Anang Hermansyah. Tak sedikit publik menilainya tidak serius menggarap proyek itu, karena salah satu game mereka dianggap tidak memuaskan sebagai use case yang baik untuk token.

Pendekatan Peraturan yang Bijaksana dan Beban Pajak

Saya menilai Indonesia cukup baik dalam merancang dan menerbitkan peraturan yang mendukung teknologi blockchain dan kripto, yang memungkinkan masyarakat lokal mendapatkan manfaat dan rasa aman dari inovasi terbaru, sekaligus melindungi mereka dari potensi risiko, seperti proyek kripto fraud.

Misalnya, kripto memang ilegal sebagai alat tukar di Indonesia, tetapi pemerintah mengizinkannya untuk diperdagangkan sebagai komoditas. Apalagi, Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI) memiliki pedoman khusus yang harus dipenuhi oleh aset kripto yang diperdagangkan di Indonesia, termasuk proses penilaian resmi.

Pajak kripto (PPN dan PPh) yang berlaku sejak 1 Mei 2022 lalu juga tak kalah jadi sorotan para trader dan investor kripto. Pasalnya, pajak itu dinilai cukup membebani trader kripto harian, ditambahkan biaya trading yang sebenarnya cukup tinggi dibandingkan dengan crypto exchange popular di luar negeri.

Sejumlah pengelola layanan kripto di Indonesia juga berkali-kali mengumandangkan keberatan mereka, karena berpotensi hijrahnya trader ke layanan lain di luar negeri yang tidak membebankan pajak. Namun, di sisi lain itu menjadi “penegasan” soal legalitas kripto sebagai kelas aset baru yang menarik oleh negara.

Saujana Kripto di Indonesia

Pertumbuhan komunitas kripto Indonesia didorong oleh banyak “pemain”, termasuk crypto exchange yang berfungsi untuk memenuhi permintaan pengguna lokal yang terus meningkat. Sebagai salah satu bursa aset digital terkemuka di Asia Tenggara, Huobi Global memandang Indonesia sebagai salah satu pasar dengan pertumbuhan tercepat dan optimis dengan potensi masa depannya.

Patut dicatat bahwa populasi crypto-savvy Indonesia hanya terdiri dari sekitar 2,7 persen dari total populasi, 272 juta. Anda bisa membayangkan sendiri potensi luar biasa yang belum dimanfaatkan di Indonesia dalam hal adopsi dan pertumbuhan kripto. [ps]

Terkini

Warta Korporat

Terkait