Harga Bitcoin dan Shiba Inu Meroket, Ini Poin-poin Pentingnya

Harga Bitcoin dan Shiba Inu Meroket gila-gilaan. Berikut poin-poin penting di balik itu, mulai dari peristiwa fundamental hingga teknikal, yang akan membawa kita ke US$100 ribu per BTC tahun ini juga. Tanggal 18 Oktober 2021 bisa jadi tanggal penting dan luar biasa.

Harga Bitcoin menguat lebih dari 25 persen dalam sepekan di kisaran US$54 ribu per Kamis petang, (7/10/2021).

Sementara itu, Shiba Inu (SHIB) yang lama tertidur, kian mendekati rekor tertingginya. Kripto pesaing Dogecoin (DOGE) itu terbang lebih dari 381 persen dalam sepekan terakhir. Ketika artikel ini disusun, ia masih kuat di kisaran US$0,00003419.

Berkat penguatan luar biasa ini, nilai pasar kripto kembali lagi menjadi US$2,2 triliun, sebelum ambrol cepat 7 September 2021 lalu.

Dominasi Bitcoin lebih bergairah, hingga 44,5 persen dan Ether (ETH) gembira di 18,3 persen.

Khusus Shiba Inu (SHIB), Perhatikan Ini

  • Permintan terhadap token ini menguat sejak 1 Oktober, setelah Coinbase, bursa kripto terbesar di AS memperdagangkannya (sempat tertunda beberapa bulan).
  • Kita masih menanti lampu hijau dari fintech RobinHood yang bisa saja me-listing SHIB pada bulan ini.
  • Bursa-bursa besar yang memperdagangkannya, masih bervolume apik, seperti di Binance dan FTX.com, termasuk di beberapa bursa di Indonesia.
  • Use case SHIB di ranah DEX, yakni ShibaSwap menjadi penopang kuatnya, karena para pemegang besar SHIB bisa mendapatkan reward token lain.
  • Pasar yang hendak dijamah SHIB lainnya, adalah NFT (Non-fungible Token), yang secara umum sudah bernilai triliunan rupiah secara umum. Masih banyak peluang, terlebih-lebih masuk ke area play to-earn seperti Axies Infinity.
  • Singkatnya, ShibaSwap dan NFT akan menjadi pendorong masif harga SHIB akan terus berkilau.

Harga Bitcoin dan Peristiwa yang Mendahuluinya

Berikut sejumlah poin penting di balik penguatan drastis ini, yang kelak menentukan jalan panjang kripto hingga akhir tahun 2021 ini.

Pertama, walaupun spekulatif, setidaknya penguatan ini berpangkal dari pernyataan tegas oleh Gary Gensler Ketua SEC (Komisi Bursa dan Sekuritas) Amerika Serikat pada Rabu (6/10/2021) lalu.

Dia memastikan bahwa lembaga independen yang baru dipimpinnya itu tidak berencana akan melarang segala macam aktivitas terkait kripto.

Bagi Gensler, yang berhak melarang adalah atas nama kongres AS, wakil rakyat Negeri Paman Sam itu.

Ini dimaknai bahwa lampu hijau sudah dinyalakan oleh OJK-nya Amerika Serikat itu dan menegaskan sikap AS, lewat Commodity Futures Trading Commission (CFTC) sebelumnya, bahwa kripto masuk kategori komoditas yang diperdagangkan di bursa berjangka.

Patut dicatat bahwa Gensler pernah menjabat sebagai ketua CFTC, sebagai lembaga pengawas pasar berjangka. Ini setara dengan Bappebti, di Indonesia.

Sebelum di SEC dan berhenti dari CFTC, Gensler cukup ternama dengan sikap pribadinya yang mendukung teknologi blockchain dan kripto untuk masa depan ekonomi AS. Dia pun masyhur sebagai dosen di MIT, khusus mengajar soal blockchain.

Dia pun paham benar soal “ekonomika teknologi”, karena pernah makan asam garam di Wall Street.

Tak heran, sebelum ia duduk di SEC, kaum penghayat kripto di AS menafsirkan Gensler akan bersikap lebih lunak daripada pendahulunya, yang berujung pada digugatnya Ripple Labs.

Kedua, Gensler juga memastikan mendukung hadirnya Bitcoin ETF (exchange-traded fund) di bursa efek di AS, mengikut produk investasi serupa di Kanada pada awal semester 2021 ini.

Setidaknya ada 12 proposal dari segala macam perusahaan yang menumpuk di meja Gensler saat ini, menanti persetujuan.

Lantas apa kata Gensler? Alih-alih nilai produk Bitcoin ETF, berdasarkan nilai fisik (spot) Bitcoin, ia lebih memilih nilainya berdasarkan nilai kontrak berjangka Bitcoin, yang saat ini popular di CME (Chicago Mercantile Exchange).

CME sendiri memperdagangkan produk investasi ini sejak Desember 2021, awal mula harga Bitcoin runtuh 85 persen.

Jadilah, Mike McGlone dan Eric Balchunas meramalkan, bahwa Bos SEC itu akan menyetujui beberapa proposal Bitcoin ETF dan siap menghampiri para investor kakap di pasar modal, pada Oktober 2021 ini juga.

Dan khusus Bitcoin ETF ber-underlying asset fisik (spot) BTC mungkin tidak dalam waktu yang bersamaan, bisa berbulan-bulan.

Tetapi toh, kata Eric Balchunas, ini cukup memberi hawa nan segar bagi investor kripto yang ingin mendulang cuan di Bitcoin tanpa perlu memberi BTC aslinya dan tanpa perlu membeli kontrak Bitcoin berjangkanya secara langsung di CME.

Terdekat yang perlu kita sorot bersama adalah Produk ETF Proshares yang diperkirakan akan diputuskan pada 18 Oktober 2021.

Ketiga, The Fed tak larang Kripto. Wacana SEC mendukung Bitcoin ETF dan tak akan melarang kripto, selaras dengan sikap Bank Sentral AS (The Fed) sebelumnya, bahwa tidak akan bersikap keras dan kaku seperti Bank Sentral Tiongkok.

Bagi The Fed, inovasi tetap jadi tulang punggung ekonomi AS dan membaca itu sebagai peluang positif, walaupun publik mendesak lembaga pimpinan Jerome Powell agar segera menerbitkan dolar digital, mengikut yuan digital yang dikebut PBoC sejak tahun 2014.

Namun Powell bersikukuh, bahwa The Fed tidak perlu terlalu terburu-buru, dan di saat yang sama, kampus MIT (tempat Gensler dulu mengajar) sejak tahun lalu sudah digandeng untuk membuat purwarupanya.

Keempat, Elon Musk berpendapat, bahwa kripto tidak bisa dimusnah lewat segala macam peraturan.

Jauh sebelum pernyataan Gensler dan Powell, si pencinta Bitcoin dan Dogecoin, Elon Musk berpendapat, bahwa AS tidak bisa menggencet industri kripto begitu saja.

Intinya, dia meminta negara lebih bersikap fleksibel dan melunak serta melangkah berseberangan dengan Tiongkok.

Kelima, Efek Bank of America (BoA) dan George Soros. Kedua hal ini tidak bisa diabaikan sebagai pemicu sentimen positif terhadap pasar kripto. BoA belum lama ini memuji keunggulan teknologi blockchain dan meramalkan perkembanga kripto yang selalu positif.

Lalu menyusul George Soros mengakui bahwa dia memiliki beberapa unit Bitcoin lewat perusahaan keluarganya, Soros Fund. Hal itu disampaikan oleh CEO Soros Fund, Dawn Fitzpatrick. Ini pernyataan terbuka kali pertama kepada publik.

Perusahaan keluarga itu berinvestasi besar di NYIG yang punya andil akan mempermudah ribuan nasabah di bank AS untuk membeli Bitcoin langsung lewat rekening mereka masing-masing, tanpa perlu ke bursa kripto biasa.

Analisis Teknikal, Harga Bitcoin US$100 Ribu Tahun Ini Juga

Walaupun volatilitas masih terhitung tinggi pada jangka pendek, namun dalam jangka panjang, potensi kenaikan Bitcoin agar lebih tinggi lagi, sangatlah besar.

Menggunakan sejumlah indikator pada time frame mingguan, harga Bitcoin berpotensi mencetak rekor baru, melampaui rekor 14 April 2021, yakni pada 22 November 2021.

Dari situ, US$100 ribu per BTC berpeluang hadir pada 10 Januari 2021. Ramalan seperti ini sudah jauh-jauh hari ditulis oleh Mike McGlone. Silahkan bisa dibaca di sini.

Kami memanfaatkan indikator Bitcoin Log Growth Curves dan kurva parabolik yang memetakan support dan resisten penting.

Pun lagi, berdasarkan indikator pertama, candle sudah menyentuh level 50% fibonnaci level, menutup kerugian awal September 2021 lalu.

Harga Bitcoin dan Shiba Inu

Jadi, BTC perlu bertahan terus di atas level itu, berturut-turut ke depan, yakni US$55.088, US$55.814 dan US$56.365.

Dinamika Pasar Derivatif Kripto di CME

Berdasarkan data terkini dari CryptoCompare, Kamis (7/10/2021), perdagangan Bitcoin options di CME menguat 36 persen month-on-month. Pada September 2021, volume tumbuh 36 persen menjadi 1.295 BTC. Ini adalah peningkatan bulanan terbesar sejak Juni 2020.

Aspek lainnya, maksimal 177 kontrak Bitcoin diperdagangkan pada 24 September. Ini adalah volume tertinggi harian sejak 23 April.

Namun secara umum, perdagangan derivatif bernilai ETH di CME justru mengalahkan BTC berdasarkan open interest.

Produk bernilai ETH tumbuh 4,7 persen menjadi US$5,8 milyar pada September 2021, sementara open interest pada derivatif berbasis Bitcoin turun 3,7 persen month-on-month menjadi U$11,9 milyar.

Pasar berjangka derivatif di CME adalah cerminan minat institusi terhadap nilai kelas aset baru ini. Pasalnya investor perlu modal yang tidak besar, dibandingkan di pasar spot.

Kesimpulan

Dinamika fundamental, regulasi dan bisnis masih sangat kuat, mencetak tahanan agar aksi jual tidak terlalu besar.

Tesla, Twitter, Square, MicroStrategy masih tetap pada pendapat awal, bahwa Bitcoin adalah untuk masa depan.

Bank-bank besar, yang sebelumnya mencibir kelas aset kripto ini, mulai masuk, berebut kue yang aduhai.

Simpul baru yang terdekat saat ini adalah, kita menantikan apa yang akan terjadi ketika Bitcoin ETF pertama di AS lahir dan meraba-raba hati sanubari para “pemain” bursa efek, mengingat AS adalah pasar terbesar kripto kedua setelah Tiongkok.

Dan, sejarah mengajarkan kita, bahwa ketika BTC menguat, maka sejumlah altcoin, tentu saja “altoken” unggulan akan bernasib serupa. [vins]

Terkini

Warta Korporat

Terkait