Ini 8 Fakta Bitcoin (BTC) Cetak Rekor Tertinggi Baru, US$66 Ribu

Sangat lama dinantikan, sejak 14 April 2021, akhirnya Bitcoin (BTC) mencetak rekor tertinggi baru sepanjang masa (ATH), US$66 ribu atau setara dengan Rp930 juta pada Rabu (20/10/2021) pukul 20:42 WIB. Menuju Rp1,4 milyar per BTC?

Berikut sejumlah fakta menarik di balik capaian fantastis ini.

Pertama, rekor terbaru ini terjadi hanya 1 hari setelah “BITO“, ETF Bitcoin Berjangka perdana diperdagangkan di Bursa Efek New York (NYSE). Permintaan terhadap BITO sama kuatnya dengan permintaan terhadap BTC yang asli.

Kedua, ETF itu, sebelumnya atas sikap positif dari Komisi Bursa dan Sekuritas (SEC) AS dan Bank Sentral AS (The Fed), yang menyatakan tidak akan melarang aktivitas terkait kripto.

TradingView Chart

Ini berseberangan dengan sikap Pemerintahan Tiongkok dan Bank Sentral Tiongkok (PBoC), yang tak hanya melarang penambangan Bitcoin dan kripto lainnya.

Tiongkok juga melarang semua aktivitas perdagangan kripto di dalam negeri. Namun, belum melarang kepemilikan kripto oleh warganya.

Ketiga, sebelum rekor harga ini, hash rate tambang Bitcoin beralih dari Tiongkok ke AS, sesuatu yang perdana terjadi sepanjang sejarah Bitcoin yang lahir pada tahun 2008 ini.

Keempat, rekor tertinggi baru ini pula hanya 11 hari menjelang hari jadi terbitnya whitepaper Bitcoin, yakni 31 Oktober 2021.

Kelima, Elon Musk beberapa pekan lalu menggaungkan wacana bahwa pemerintah AS tidak boleh terlalu ketat menerapkan regulasi dan kripto tidak bakal bisa dibumihanguskan.

Keenam, open interest (IO) terhadap kontrak berjangka Bitcoin di Chicago Mercantile Exchange (CME) naik sangat tinggi sejak September 2021.

Ini cerminan baik trader dan investor memasang posisi “long“, selaras dengan volume perdagangan yang aduhai.

Indeks Bitcoin berjangka inilah yang menjadi patokan harga BITO, sebagai ETF Bitcoin Berjangka di NYSE.

Ketujuh, secara teknikal dan fundamental, berdasarkan analisis Mike McGlone dari Bloomberg Intelligence, harga Bitcoin berpotensi menjadi US$100 ribu (1,4 milyar) pada tahun ini.

Namun, indikator lain menyatakan bahwa tidak secepat itu, melainkan pada Februari 2021.

Kedelapan, berdasarkan model harga Bitcoin Stock-to-Flow, sejak September, harga BTC menuju harga puncak siklus halving. Ini menandai akan tibanya masa overbought seperti Desember 2017, menyusul kemudian-berpotensi-terjadinya koreksi besar-besaran dalam waktu yang cukup lama.

Namun, tekanan jual bisa jadi tidak terlampau besar dan rentang waktu yang lama, karena sejumlah institusi menjadikan BTC menjadi bagian dari neraca keuangannya, sebut saja Tesla, Square dan MicroStrategy, termasuk sudah mejadi bagian dari interplay yang mulai rumit di pasar derivatif dan pasar modal. [ps]

Terkini

Warta Korporat

Terkait