Setelah lama dinantikan, akhirnya hari ini publik bisa membaca whitepaper mengenai mata uang kripto “Libra” atau yang selama ini dijuluki “GlobalCoin“, yang diinisiasi oleh Facebook bersama sejumlah mitranya melalui Libra Association.

Dalam whitepaper disebutkan, Libra ditujukan sebagai mata uang berskala global dan sekaligus sebagai infrastruktur keuangan (Libra Blockchain) yang sederhana bagi banyak orang. Libra blockchain mengadopsi algoritma konsensus Byzantine Fault Tolerant (BFT) dan selanjutnya disebut sebagai LibraBFT. Libra Association pun merasa perlu membuat bahasa pemrograman khusus, yakni “MOVE” untuk pembuatan kontrak cerdas (smart contract).

“Libra menyediakan teknologi blockchain yang desentralistik, volatilitas nilai mata uangnya rendah dan platform kontrak cerdas yang dapat digunakan untuk inovasi layanan keuangan. Kode sumber peranti lunak yang digunakan juga tersedia secara secara terbuka,” jelas Libra Association.

Whitepaper itu juga menyebutkan, bahwa Libra sebagai unit satuan mata uangnya kelak dapat digunakan di mana saja dan mudah diakses.

“Tak seperti mata uang kripto lainnya, setiap unit mata uang kripto Libra nilainya dipatok dengan sejumlah aset real: simpanan uang di bank dan surat utang pemerintah (bond) bertenor pendek. Ini yang menjamin nilai instrinsik Libra,” jelas Libra Association.

Libra Association juga memastikan sejumlah anggota pendiri asosiasi tersebut, yakni Mastercard, PayPal, PayU (terafiliasi dengan Naspers), Stripe, Visa, Booking Holdings, eBay, Facebook/Calibra, Farfetch, Lyft, Mercado Pago, Spotify AB, Uber Technologies, Inc., Iliad, Vodafone Group, Anchorage, Bison Trails, Coinbase, Inc., Xapo Holdings Limited, Andreessen Horowitz, Breakthrough Initiatives, Ribbit Capital, Thrive Capital, Union Square Ventures, Nonprofit, Creative Destruction Lab, Kiva, Mercy Corps, dan Women’s World Banking.

“Kami mengharapkan anggota Libra Association bisa mencapai hingga 100 pada pertengahan tahun 2020 nanti,” sebut Libra Association.

Kendati asosiasi itu bersifat independen, Facebook, melalui anak perusahaan barunya, Calibra dibentuk sebagai “pengawas” proyek ini hingga tahun 2019.

Kemudian, ada dua mekanisme penggunaan sistem blockchain ini sebagai simpul (node) validator transaksi, yakni “permissioned” atau “permissionless“. Di tahap awal disebutkan Libra Blockchain terlebih dahulu akan menjalankan mekanisme permissioned. Artinya, hanya pihak-pihak tertentu saja yang diperkenankan sebagai simpul validator.

Sebelumnya disebutkan, informasi soal mata uang berbasis teknologi blockhain itu masih samar-samar. Pihak Facebook juga masih enggan berbicara banyak. Satu-satunya informasi langsung dari Facebook datang pada awal Juni lalu, berdasarkan wawancara majalah ekonomi Jerman, WirtschaftsWoche dengan Laura McCracken (Head of Financial Services and Payment Partnerships Facebook untuk Eropa Utara).

Laura McCracken menyebutkan “GlobalCoin” Facebook memang berjenis stablecoin, tetapi harganya tidak berpatok langsung dengan harga mata uang fiat seperti dolar AS, yen atau won seperti pada kripto USDT.

“Harga GlobalCoin dipatok berdasarkan ‘currency basket‘ untuk menghindari volatilitas,” kata Laura McCracken.

Apa itu currency basket?
Lazim juga disebut sebagai “currency peg“, biasanya ia digunakan di perdagangan bursa berjangka (futures).

Berdasarkan penelusuran Blockchainmedia, istilah itu merujuk pada sejenis indeks yang terdiri dari harga beberapa mata uang negara lainnya, seperti European Currency Unit (ECU), Asian Currency Unit (ACU) dan yang paling terkenal, yakni USDX untuk mata uang dolar AS. Penentuan currency basket pada prinsipnya sama dengan indeks pasar saham. USDX yang dirancang sejak 1973, terdiri dari mata uang euro, yen, poundsterling, dolar Kanada, krona Swedia dan franc Swiss.

Sinyal Kuat dari 2018

Kabar soal keterlibatan Facebook di teknologi blockchain bergaung sejak awal tahun 2018 lalu. Sang Pendiri Facebook, Mark Zuckerberg sendiri memberikan sinyal kuat melalui status Facebooknya: For example, one of the most interesting questions in technology right now is about centralization vs decentralization. A lot of us got into technology because we believe it can be a decentralizing force that puts more power in people’s hands… There are important counter-trends to this –like encryption and cryptocurrency — that take power from centralized systems and put it back into people’s hands. But they come with the risk of being harder to control. I’m interested to go deeper and study the positive and negative aspects of these technologies, and how best to use them in our services.

Setelah itu datanglah kabar dari anak buah Mark Zuckerberg, yakni David Markus (mantan Presiden PayPal, yang selama beberapa tahun mengembangkan aplikasi Facebook Messenger). Begini kata Marcus pada 9 Mei 2018, di akun Facebooknya: After nearly four unbelievably rewarding years leading Messenger, I have decided it was time for me to take on a new challenge. I’m setting up a small group to explore how to best leverage Blockchain across Facebook, starting from scratch.

Teknologi Blockchain Libra dan mata uang kripto Libra mendapat perhatian luas oleh publik, sebab terkait erat dengan perusahaan besar seperti Facebook dengan jumlah pengguna yang mencapai 2 miliar. Kelak Libra bisa jadi dapat digunakan sebagai metode pembayaran di sejumlah produk Facebook, Instagram, Messenger dan WhatsApp. [ed]