Episentrum Gempa Kripto di FTX dan Hikmah untuk Masa Depan

Bangkrutnya FTX layak disebut sebagai episentrum gempa kripto terheboh saat ini setelah kasus MtGox tahun 2014 silam. Asal tahu saja, proses ganti rugi kepada pengguna MtGox, sampai detik belum juga usai. Namun selalu ada hikmah di balik itu.

OLEH: James Qu
Chief Technology Officer (CEO) PlatON

Meskipun saya sudah terbiasa dengan gempa bumi setelah tinggal di Tokyo selama bertahun-tahun, saya tetap saja selalu kaget. Saya kaget tak hanya goncangan besar yang sanggup menyayun-ayun gedung, tetapi pula perihal korban jiwa.

Gempa kripto oleh FTX—izinkan saya menyebutnya seperti itu sebagai analogi yang mudah—menyebabkan banyak ketakutan. Karena skalanya, sebut saja setara 7,0 skala richter, dampaknya bangkrutnya FTX sangat dalam dan luas.

Lihat saja investor, serta semua investasi FTX ke ekosistem lain kena dampak guncangannya. Ini mengingatkan saya pada gelembung dot com tahun 2000 silam dan tentu saja krisis keuangan Lehman tahun 2008. Atau lebih dekat dengan dunia crypto, adalah kasus MtGox yang bangkrut di di Shibuya, Tokyo.

Pangkal bangkrutnya MtGox adalah akibat peretasan yang dialaminya pada 13 Juni 2011. MtGox mengaku sekitar 25 ribu BTC (senilai US$400 ribu kala itu) dicuri dari 478 akun milik pengguna. Sekitar 200 ribu BTC berhasil diselamatkan. Baru pada Februari 2014 MtGox menyatakan diri bangkrut dan pada April 2014 proses likuidasi dimulai. Hingga detik ini transfer ganti rugi (baik berupa BTC ataupun uang tunai) belum rampung.

Kendati kasus FTX tidak serupa sama dengan MtGox, tetapi peristiwa terakhir, yakni klaim peretasan dan pencurian terhadap sistem mereka, setidaknya punya “kedekatan modus”.

Namun yang paling penting di atas itu semua adalah pentingnya tata kelola yang benar, termasuk manajemen hingga bagaimana menciptakan trust dengan pengguna. Belum lagi bicara soal prosedur kompensasi jika terjadi pencurian.

Pun itu cukup beruntung jika ganti rugi itu diperoleh ketika bull market di masa depan, daripada saat ini ketika pasar masih bearish.

Lagi-lagi dari sudut pandang pribadi, kejadian ini lebih seperti gelembung dot com tahun 2000, ketika arus masuk modal dari perusahaan-perusahaan serakah yang mengejar talenta muda dengan ekspektasi untung besar.

Investasi demi investasi, perusahaan baru demi perusahaan baru, pada akhirnya tidak dapat bertahan tanpa arus kas yang cukup, karena kurangnya pendapatan yang menguntungkan.

Hasilnya termasuk lahirnya jutawan muda dalam waktu singkat dan akhirnya adalah banyak start up yang jadi mayat. Dan itu tentu saja diikuti oleh duit investasi yang menguap sekejap mata dan menciptakan bearish di pasar saham.

Gempa Kripto di FTX: Selalu Ada Hikmah

Ibarat peristiwa gempa, setelah peristiwa akan ada selalu hikmahnya. Dalam hal dot com bubble ada investasi infrastruktur yang sangat besar, meletakkan asas yang lebih kuat daripada sebelumnya, di mana banyak perusahan kuat yang bertahan dan meramaikan dunia Web2.0 hingga detik ini. Hal serupa terjadi di dunia kripto, blockchain, yakni semua peristiwa ini dan di masa depan, menjadi asas kuat bagi Web3.0.

Dari pengamatan pribadi saya, ada begitu banyak inovasi sehat di dunia crypto, termasuk ZKP yang matang dan teknologi MPC dan HE yang sedang berlangsung. Infrastruktur yang bagus muncul sebagai hasil dari investasi aktif yang memikat banyak talenta.

Saya masih melihat beberapa pertanda baik terlepas dari investasi yang terlalu agresif dan ceroboh.

Dari sudut pandang lain, ini lagi-lagi menjadi topik hangat dan akhirnya menjadi kasus pendidikan yang bagus bagi mereka yang belum terlalu mengenal crypto.

FTX yang jatuh adalah centralized crypto exchange, perusahaan dengan investasi yang diatur dengan cara tradisional, bukan DEX alias decentralized exchange yang mengedepankan kendali dana oleh pengguna. Gaya web3 yang sebenarnya harus transparan dan dapat diverifikasi.

Misalnya, sebagai pengguna FTX Jepang, saya masih tidak bisa atau tidak tahu cara memverifikasi di mana aset klien disimpan dan dijaga dengan aman. Saya percaya DEX memiliki jawaban yang lebih baik, karena setiap pengguna mengontrol dompet mereka sendiri.

Anggaplah setiap individu mengontrol dompet dengan cara aman dengan teknologi MPC, maka akan ada lebih sedikit kepanikan, sekalipun gempa buminya dahsyat. [ps]

Terkini

Warta Korporat

Terkait