Pertama Kali! Harga Bitcoin Lampaui Nilai Hash Rate Penambangannya

Untuk pertama kali sepanjang sejarah, harga Bitcoin (BTC) melampaui nilai hash rate penambangannya. Apakah ini mencerminkan kepercayaan diri para penambang untuk terus bertahan, di tengah permintaan Bitcoin yang tinggi?

Capaian itu terjadi ketika pada 7 Januari 2021 lalu, berdasarkan data dari Digitalik. Ketika harga Bitcoin menyentuh US$39.479 dan hash rate-nya mencapai 158,1 Exahash per detik. Tampak pada grafik, garis harga “menyilang” garis nilai hash rate dari arah bawah.

Dan beberapa hari kemudian, pada 10 Januari 2021, ketika harga turun ke US$38.202, garis hash rate menyilang dari arah bawah garis harga menjadi 161,8 Exahash per detik.

Kini garis hash rate berada di atas harga untuk kali pertama sepanjang sejarah Bitcoin.

Data ini mungkin tidak terlalu istimewa, tetapi baru pertama kali terjadi sepanjang usia Bitcoin yang sudah 12 tahun ini.

Sebelum tanggal itu, garis harga Bitcoin tidak pernah menyentuh sama sekali garis nilai hash rate. Pada 16 Desember 2017 silam, keduanya hampir bersentuhan.

Kala itu harga Bitcoin sekitar US$19.345 per BTC dan hash rate mencapai 13,4 Exahash per detik.

Apa Makna Terdalamnya?
Hash rate yang tinggi adalah indikasi umum bahwa ekosistem penambangan Bitcoin yang sedang sehat.

Itu juga sebagai pralambang, semakin banyak penambang yang menggunakan alat tambang Bitcoin terefisien yang mampu mereka beli dan bersaing satu sama lain untuk memproses transaksi dan mendapatkan imbalan Bitcoin yang baru, termasuk fee.

Semakin tinggi nilai hash rate-nya, maka jaringan blockchain Bitcoin semakin aman.

Dari sudut pandang investor, hash rate adalah sandaran kajian yang menarik untuk diikuti, karena menunjukkan bahwa para penambang berinvestasi dan mungkin menggunakan peralatan baru, untuk mengantisipasi kenaikan harga Bitcoin (BTC).

Max Keiser: Hash Rate Bitcoin Menguat Cermin Kepercayaan Diri

Teori semacam itu, yakni “harga mengikuti hash rate“, diyakini oleh Max Keiser. Keiser mengatakan dalam sejumlah kesempatan, bahwa harga bitcoin mengikuti hash rate.

Dalam cuitan pada 8 Juli 2020 lalu ia mengatakan bahwa jadwal emisi konstan 10 menit Bitcoin adalah “iming-iming” yang akan selalu menarik penambang, bahkan bertindak tidak rasional, yang mendorong hash rate dan harga mengikutinya.

Bagi Kaiser, hash rate tak hanya sebagai tolak ukur jaringan blockchain Bitcoin yang sehat. Baginya hash rate memberikan cakrawala yang lebih makro soal adopsi aset kripto Bitcoin di masa depan.

Dengan pertama kali harga Bitcoin lampaui nilai hash rate penambangannya, lalu terjadi sebaliknya, nilai hash rate lebih tinggi daripada harganya asetnya, bisa jadi teori yang dianut Keiser benar adanya.

Dan karena itu pula, mungkin kita akan menyaksikan kenaikan harga Bitcoin berikutnya, dengan koreksi besar di antaranya.

Menimbang Ramalan Bitcoin Rp3 Milyar Tahun Ini

Bahkan yang terbaru, dia meramalkan meramalkan penguatan lebih tinggi lagi untuk tahun ini, yakni US$220 ribu per BTC atau setara dengan Rp3 milyar! [red]

Terkini

Warta Korporat

Terkait