Dimaz Ankaa Wijaya
Peneliti pada Blockchain Research Joint Lab Universitas Monash, Australia


Sejak ICO merebak, istilah token menjadi tidak asing lagi di kalangan para peraup profit. Hampir semua ICO yang mengandalkan token digital itu, terutama yang berbasis token Ethereum dengan format standar ERC-20. Meskipun, tentu saja, ada beberapa ICO yang menggunakan platform yang berbeda, seperti Stellar maupun Ardor. Namun ERC-20 tetaplah yang terdepan.

ERC-20
ERC-20 sendiri merupakan standar yang diciptakan pada tahun 2015 oleh Fabian Vogelsteller. Disebut ERC-20, karena standar ini dimulai dari pengajuan proposal di lingkungan Ethereum yang menggunakan protokol Ethereum Request for Proposal (ERC) di dalam platform Github. Sementara angka 20 didapatkan secara otomatis dari Github untuk setiap proposal yang diajukan.

Setiap proposal ERC yang diterima sebenarnya akan berubah menjadi EIP (Ethereum Improvement Proposal), serupa dengan BIP (Bitcoin Improvement Proposal), oleh karena itu ERC-20 berubah nama menjadi EIP-20. Namun ternyata nama ERC-20 sudah kadung terkenal dan amat sering dipakai untuk menyebut standar buatan Vogelsteller.

Dengan menggunakan standar ERC-20, seluruh token yang kompatibel akan dapat berkomunikasi dengan menggunakan antarmuka (interface) yang sama. Alasannya, karena ERC-20 menyediakan standar penamaan fungsi dan parameter yang dapat dipanggil oleh aplikasi antarmuka, sehingga para pengembang hanya perlu mengembangkan satu antarmuka untuk seluruh token berbasis ERC-20. Demikianlah token ERC-20 menjadi terkenal di seantero dunia, berkat standardisasi plus kesuksesan berbagai ICO berbasis ERC-20, termasuk di antaranya EOS, Bankex, Bancor dan Tron.

Token dalam Tron
Selepas meluncurkan jaringan utam (mainnet) sendiri dan meninggalkan platform ERC-20, Tron memang dikenal sebagai platform yang amat menyerupai Ethereum. Tidak hanya dari segi fasilitas smart contract yang sama-sama menggunakan Solidity, namun juga ketersediaan fitur token, membuat Tron seolah-olah menjadi Ethereum versi kedua. Namun tentu saja ada perbedaan di antara keduanya. Jika di dalam Ethereum dikenal standar token ERC-20, maka di dalam Tron dikenal dua jenis token, yakni TRC-10 dan TRC-20. Keduanya memiliki karakteristik yang cukup berbeda.

TRC-10
TRC-10 merupakan token dalam Tron yang berbeda dengan ERC-20. TRC-10 ini jauh lebih sederhana daripada ERC-20. TRC-10 lebih mudah dibuat oleh siapapun, termasuk mereka yang tidak memiliki kemampuan pemrograman yang baik. TRC-10 dikelola oleh sistem Tron, di mana perlakuannya cukup serupa dengan token yang diciptakan dalam sejumlah platform, seperti NXT maupun NEM. Untuk membuat TRC-10, seseorang harus membayar ongkos 1.024 TRX (koin utama dalam Tron), yang dibayarkan sekali saja pada saat pembuatan token TRC-10. Setelah itu, TRC-10 dapat segera digunakan.

Untuk mempersenjatai token TRC-10, Tron juga menyediakan pasar peer-to-peer yang dapat diakses melalui platform seperti Tronscan. Pasar ini memperbolehkan siapapun untuk melakukan “ICO” dengan menggunakan TRC-10 tersebut, dengan asumsi bahwa token TRC-10 tersebut akan digantikan dengan token TRC-20 pada saat peluncuran sistem utama yang sedang di-ICO-kan.

Hal lain yang menarik dari TRC-10 adalah, setiap akun dalam Tron dapat mentransaksikan token TRC-10 dengan gratis setiap hari hingga sekitar 25 transaksi. Sebab, TRC-10 hanya memerlukan “bandwidth”, yakni model biaya transaksi yang digunakan untuk menyimpan informasi ke dalam blockchain. Setiap akun dalam Tron mendapatkan 5.000 bandwidth gratis setiap harinya.

TRC-20
TRC-20 dalam Tron dibuat untuk menandingi kedigdayaan ERC-20 dalam Ethereum. Tentu saja, TRC-20 kompatibel dengan skrip yang ada dalam ERC-20, sehingga setiap pengembang yang tadinya menggunakan ERC-20, dapat langsung berpindah ke TRC-20 tanpa harus mengkode ulang skrip mereka.

TRC-20 amat berbeda dengan TRC-10. Untuk menjalankan smart contract TRC-20, selain dibutuhkan bandwidth, si pengguna juga memerlukan “energy”. Energy ini merupakan model biaya transaksi untuk menjalankan skrip smart contract dalam Tron Virtual Machine (TVM) yang tentu saja memerlukan sumber daya komputasi seperti CPU dan memori. Besaran energy yang dibutuhkan tentunya tergantung pada seberapa kompleks skrip TRC-20 yang dibuat.

TRC-10 vs TRC-20
Mana yang lebih baik, TRC-10 atau TRC-20? Tentu saja keduanya memiliki keunggulan dan kekurangan masing-masing. Pilihan jenis token terbaik harus menyesuaikan dengan kebutuhan sistem yang sedang dikerjakan. TRC-10 memberikan token yang sederhana dan mudah digunakan. Sementara TRC-20 menawarkan token dengan fitur yang lengkap.

Grup Tron Indonesia
Grup Tron Indonesia dibentuk dalam platform Telegram untuk menyediakan sarana berbagi informasi maupun pengetahuan tentang Tron. Anda dapat bergabung dalam grup tersebut melalui tautan https://t.me/tronnetworkID. []

Comments are closed.